Bahkan seandainya candi batu yang kuciptakan sudah genap seribu, engkau tetaplah tidak akan menerima cintaku. Karena engkau hanyalah Rara Jonggrang yang bernyali kecil, tidak mampu menerima kebesaran cinta. Demi segumpal dendam dalam dadamu, engkau hanya bisa berlagak sombong dengan kecantikanmu yang memikat banyak orang. Padahal engkau tidak memiliki apapun untuk dibanggakan. Maka pantaslah jika sekarang kujadikan dirimu sebagai candi yang keseribu. Inilah mahakaryaku... dan engkaupun...tamat!





Wah… kok serem banget judulnya? Jangan takut dulu! Sesuai tema blognya, kita akan membahas sesuatu yang indah dan seksi. Biasanya kita hanya membahas kehidupan, tapi kita kali ini akan membahas kematian. Hmm… nggak kebayang nih! Kematian kok indah dan seksi? Biasanya kematian kan dikaitkan dengan sesuatu yang serem dan menakutkan. Tapi disini, kita coba melihat sesuatu yang serem tadi dari sudut keindahan dan yang seksi. Bagaimana ya? Simak nich!

Sebelumnya, mari kita coba untuk jujur dan terbuka hati. Pernahkah kita berpikir bahwa suatu ketika kita sudah benar-benar siap mati? Ada yang berani mengatakan siap, nggak? Biasanya kalau orang yang hidupnya enak, aman, nyaman, tenteram dan bahagia dia tidak mau cepet-cepet mati. Sebaliknya jika sedang dilanda masalah: bisa masalah cinta, masalah kekurangan harta, kadang membuat orang sudah merasa hidupnya tidak berarti lagi. Orang yang begini berpikir lebih baik mati. Disangkanya setelah mati tidak ada lagi yang namanya penderitaan. Dipikirnya semua akan berakhir dengan menyudahi hidupnya dengan bunuh diri.

Memang ada banyak cara untuk mati. Baik yang disengaja ataupun tidak. Tapi tentu saja dengan pikiran yang masih jernih, kita mengharap suatu saat bisa mati dengan cara yang wajar. Tapi kalau boleh memilih, kira-kira kita akan memilih kematian yang seperti apa? Ada banyak macamnya. Tapi coba kita ambil beberapa saja sebagai contoh.

Kematian datang kepada kita kadang tidak dalam bentuk kematian yang menyeluruh. Artinya, ada beberapa organ tubuh kita yang pelan-pelan mengalami penurunan fungsi atau degenerasi terlebih dahulu sebelum kita benar-benar mati. Degenerasi artinya mengalami kerusakan dan menuju kematian. Ada banyak orang dalam sisa hidupnya megalami gangguan fungsi saraf sehingga anggota badannya lumpuh akibat serangan stroke. Ada juga sementara orang yang dalam sisa hidupnya tergantung dengan alat cuci darah atau hemodialisa, karena ginjalnya sudah tidak berfungsi secara signifikans dalam menunjang hidupnya sehari-hari.

Seorang pengusaha yang terbangun di sebuah Rumah Sakit dan istrinya yang setia sedang mendampinginya menjalani perawatan.

Pria ini berkata pada Istrinya, "Kamu tahu? Waktu pertama kali kita menikah, usaha kita bangkrut. Engkau ada di sisiku.

Setelah itu di tahun kedua pernikahan kita, harta benda yang telah aku kumpul buat masa depan keluarga kita lenyap dicuri orang. Namun Kamu masih tetap setia menemaniku.

Beberapa tahun kemudian, saat rumah yang telah kita cicil mengalami kebakaran Engkaupun di sisiku juga. Melalui semua itu Kamu selalu di sisiku".

Istrinya menjawab, "Ya aku akan selamanya setia berada di sisimu, Suamiku. Dalam keadaan apapun!"

Pengusaha ini berkata, "Sekarang aku terbaring lemah di Rumah Sakit, Kamu tetap ada di sisiku".

Istrinya menjawab lagi, "Pasti, Suamiku! Aku akan selalu ada untukmu."

Kemudian pengusaha ini berkata lagi, "Makanya sekarang aku mulai berpikir bahwa kehadiranmulah yang menjadi pembawa semua kesialan ini!"

Heran! Memang ada orang-orang tertentu yang tidak paham bagaimana cara bersyukur. Orang-orang seperti ini kelihatannya tidak pernah dapat melihat sesuatu hal yang positif karena pandangannya senatiasa tertuju pada hal yang negatif.

Coba bayangkan Anda memiliki dua orang teman, yang satu selalu mengucapkan kata-kata indah dan yang lainnya selalu mengeluh. Kepada teman yang mana Anda akan lebih senang berhubungan? Saya sangat yakin bahwa Anda pasti menyukai teman yang pertama tadi. Ingatlah, pada dasarnya semua orang senang berhubungan dengan orang-orang yang selalu berpikiran positif yang kata-katanya selalu menghibur, membangun dan menguatkan. Bukan malah merusak, mencemooh, menuduh, terutama lagi yang paling sering dilakukan orang adalah: mengeluh.

Bagi anda yang telah lama malang melintang di dunia web, mungkin tidak asing lagi dengan istilah ini. Tapi saya yakin banyak para user, terutama para blogger yang masih asing dengannya. Saya sendiri juga sedang memahami, apa itu SEO.
SEO kependekan dari Search Engine Optimization. Kalau membaca kepanjangannya, mungkin akan banyak menimbulkan persepsi yang berbeda-beda. Bahkan SEOpun memiliki definisi yang beragam.
Bagi saya memahami SEO hanya semata-mata mempelajari cara kerja dan perilaku dari Search Engine, misalnya Google. Saya sebut google karena mesin pencari ini yang paling popular digunakan orang.
Saya tidak belajar mendetil, hanya kulitnya saja. Saya bukan tipe orang yang suka hal-hal detil, njlimet, apalagi untuk hal-hal yang kurang mendapat prioritas untuk dipelajari. Spesifikasi saya bukan di dunia web. Blogging saja hanya merupakan hobi, nggak lebih.
Setelah sekian lama memiliki blog, yang saya cari memang bukan rating yang tinggi, atau sejumlah pengikut yang setia mengomentari setiap posting yang kubikin. Apalagi mencari uang lewat blog, meskipun hal itu sangat mungkin, tapi bukan tujuan saya mencari uang dari dunia maya. Bukan tidak mau mencoba, saya hanya yakin bahwa mata pencaharian atau rejeki saya bukan dari sana. Jadi saya tetap akan menyambut rejeki dari cara saya sendiri, bukan dari blog.
Sebuah pengalaman sederhana saja, itu cukup bagi saya. Saya memang sering dibikin penasaran dengan perilaku suatu software. Mulai dari pengolah kata, pengolah data spreadsheet, database, sampai dengan software untuk desain grafis, semua saya pelajari secara otodidak yang sebagian besar timbul karena penasaran. Termasuk blogging, dan yang sekarang sedang menarik bagi saya adalah perilaku search engine, terutama mbah Google.

Hari-hari warung mbok Darmi tidak pernah sepi dikunjungi pelanggan. Mulai dari sopir angkot, tukang ojek, sampai karyawan kantor singgah di warung itu untuk menghabiskan waktu istirahat atau sengaja berlama-lama sekedar mencicipi hidangan yang ala kadarnya.

Sekilas warung mbok Darmi memang hanya warung kecil dengan beberapa makanan yang hampir tidak pernah berubah, baik dari segi jenis, rupa dan rasanya. Tapi pelanggan cenderung memilih tempat itu karena suasananya yang sejuk meskipun tanpa AC, teduh karena beberapa pohon yang kebetulan tumbuh besar di depan warungnya dibiarkan rindang memayungi warung kecil itu. Letaknya pun yang strategis, dekat persimpangan yang mudah dijangkau oleh para sopir angkot dan para penarik ojek.

Yang tidak kalah menariknya lagi, mbok Darmi dibantu beberapa gadis yang cantik-cantik untuk melayani para pelanggannya. Mereka adalah anak-anak mbok Darmi sendiri dan beberapa kemenakannya. Pelayanan yang murah senyum, ramah dan akrab tak jarang membuat para pelanggan berlama-lama duduk di warung sekedar menikmati segelas minuman dan beberapa potong kue yang dihidangkan.

Apa yang dibutuhkan seorang pelanggan ternyata bukan sekedar materi yang disajikan. Lebih dari itu, suasana nyaman, kemudahan aksesibilitas layanan dan beberapa inovasi tambahan yang disajikan untuk menambah kenyamanan dalam memperoleh layanan.

Setengah malam telah terlelap. Sang Waktu mengajak bepergian dan sampai juga akhirnya keberadaan ini diantara retakan peradaban hidup. Peradaban dimana akumulasi dari sedimen-sedimen yang telah menjadi jenuh. Setelah retak, barulah nampak beberapa garis warna kelam dan cerah saling berlapis. Warna-warna yang melambangkan pilihan-pilihan hidup di masa yang lalu. Diantaranya darah, air mata, cinta, ketulusan, pelajaran hidup serta berbagai manifestasi yang tidak pernah terucap pada jam-jam sibuk.
Terperangah menatap kesalahan dan kegagalan yang ditunjukkan oleh warna gelap sedimen itu. Betapa banyak, seakan sadar bahwa selama ini menjalani hidup dengan cara yang tidak efektif. Seperti berinvestasi untuk sesuatu yang sia-sia. Kerja keras yang membuang-buang energi tanpa menghasilkan keindahan sedikitpun.

Para bidadari penghuni rumah seakan telah lelah menyemangati. Berbagai bentuk self improvement pun telah menghabiskan banyak dana untuk menjamu para Begawan dan para Guru. Hidup memang sulit, kadang terasa lebih sulit dari yang dibayangkan. Makanya tak heran jika banyak yang lantas meletakkan garis keseimbangan hidupnya pada ritual santai dan bermalasan.

Saat ini Depkominfo bersama jajarannya sedang menggalakkan pemblokiran terhadap sejumlah situs porno, agar tidak dapat lagi diakses lewat jejaring Internet di negeri ini. Lebih mengejutkan lagi data yang diungkapkan oleh Depkominfo menunjukkan bahwa negeri tercinta ini termasuk pengakses situs porno paling besar.

Ini sungguh mengerikan! Bukan mau munafik nih, saya juga sesekali mengakses beberapa konten porno untuk konsumsi pribadi, tapi saya nggak menyangka kalau melihat angka kunjungan ke situs porno yang ternyata jadi segede itu.

Selama ini saya mengukur diri sendiri, menikmati konten porno seperti itu menurut saya bukan suatu kebutuhan yang besar. Ala kadarnya saja, hanya sebagai penghias kehidupan seksual sehari-hari. Maksudnya sehari-hari nih, tentunya diluar dari aktivitas harian lainnya seperti: ngantor dari jam delapan pagi sampai jam lima sore, kadang molor sampai malam, habis itu mememani anak-anak belajar, dan selanjutnya kalau ada “greng” ya barulah ada aktivitas seksual bersama sang istri yang biasanya berlangsung di kamar sebelah kalau anak-anak sudah tidur. Itupun tidak setiap hari, karena ‘menyamakan gelombang’ hasrat antara suami dan istri ini tidak setiap saat bisa terjadi ‘interferensi’. Masih mending bisa seminggu sekali, kadang sampai lewat sebulan -dari menstruasi ke menstruasi berikutnya- tidak terjamah tuh istri. Hehe... . :-P

"Lha mbok nggih sampun. Wonten dhusun saged gesang sawontenipun." mekaten ngendikanipun pak Lik nalika kepanggih wonten ing griyanipun.

"Mboten saged, Pak Lik! Sapunika jamanipun sampun kalangkung majeng. Manawi taksih gesang sawontenipun wonten ing dhusun, ketinggalan jaman! Kuper, Pak Lik! Kados Pak Lik punika, ngertosipun naming kebon kaliyan sabin. Kamangka negara manca sampun tindak nyabrang Galaksi Bimasakti!"

“Ngendi kuwi sing diarani Galaksi Bimasakti”

“Lha rak tenan to? Dereng sumerep? Pak Lik mboten badhe saged mangertosi, awit kawruhipun pak Lik taksih jero tapak meri.”

“Eh, lha! Kurang ajar! Bocah saiki kok kumalungkung ora karuan!”

“Nyuwun pangapunten, Pak Lik! Monggo kula aturi ngilo. Kawruh punapa ingkang sampun Pak Lik kempalaken wonten ing salebeting ngangesang punika?”

Pak Lik naming mendel kemawon.

“Ing mangka kula lan panjenengan sami punika dipun wajibaken luru ngelmu, ngangsu kawruh wiwit saking gendhongan ngantos ing palereman kang pungkasan. Ing mangke badhe dipun dangu, kawruh punapa ingkang sampun panjenengan amalaken wonten ing salebeting ngagesang. Kados pundi anggen panjenengan badhe mangsuli, manawi kawruh kemawon mboten gadhah, punapa malih amalan?”

[... durung ana candhake]

Membaca buku yang berjudul “Wahai Pemimpin Bangsa!!! Belajar dari Seks, Dong!!!” tulisan Mariska Lubis yang diangkat dari blognya, memang benar bahwa bicara seks nggak mesti porno. Bicara seks juga bicara kehidupan. Bahkan banyak aspek kehidupan ini berpola mirip seperti pada seks: dari pemanasan/foreplay, penetrasi, menuju puncak, klimaks (orgasme/ejakulasi), lalu anti klimaks dan pendinginan. Seperti olah raga juga 'kan begitu? Bukan hanya olah raga, pada dasarnya di saat-saat kita sedang menjalani aktivitas hidup kita, seperti: belajar, berbisnis, menjalani hobi, akan ada yang memiliki pola seperti hubungan seksual. Hal itu sangat terasa jika anda menjalaninya dengan kesungguhan.

Bahkan menurut mbak Mariska kalau kita amati pola hidup seseorang pasti akan mirip pola ini. Contoh mudahnya jika kita mengamati seseorang atau sekelompok orang yang kita kenal sebagai selebritis saja. Dia menjadi terkenal tentu melalui proses awal yang panjang dalam mencapai puncak kejayaannya, lalu sampai pula pada waktunya dia meredup dan lenyap. Ada juga pola seks yang kurang baik: ejakulasi dini, terdapat pada seseorang yang mendadak terkenal lalu cepat pula hilangnya.

Itu hanya contoh mudah. Kita bisa melihat hidup kita masing-masing. Kalau Anda kebetulan misalnya sedang menjalani hidup sebagai seorang pemimpin di sebuah perusahaan, atau pimpinan instansi pemerintah, atau pemimpin di suatu partai politik, atau apalah... lihatlah pola karir Anda. Pastikan Anda memperoleh kepuasan yang maksimal dalam menjalaninya. Jangan sampai Anda mengalami antiklimaks dalam keadaan yang tidak puas. Nggak seru itu!

Embuh geneya pirang-pirang dina iki kelingan terus marang bab-bab kang mambu Filsafat. Kamangka nalikane duwe blog iki kawitan ora kepengin nulis babagan Filsafat. Malah, biyen pas isih kuliah, ana mata kuliah pilihan Filsafat Kedokteran lan Seksologi, aku ora milih Filsafat nanging milih Seksologi. Banjur saiki sajake aku babar pisan ora tau nulis babagan seks ing blogku iki, malah ngumbar kabar liyane sing sakelingane. Angger-angger kerep kelingan nalikane nemu pengalaman kang ndarbeni piwulang kang becik, nanging lagi saiki bisa nulisake. Muga wae bisa dadi pitutur kang becik.


Neng tlatah sangkan paranku saiki aku wis suwe ora keprungu suarane dhalang kang lagi ngudhal piwulang lumantar radhio utawa tivi. Kamangka nalika isih ndherek bapak, prasasat saben wengi sing disetel mung gremenge radhio sing lagi nyiarake wayang kulit.

Isih kelingan banget nalika samana aku pas nglilir ing wanci bengi, bapak lagi rawuh saka rondha. Kaya padatan bapak langsung nyetel radhio kesayangane iku terus milih saluran sing lagi nyiarake wayang kulit. Biasane wayang ing radhio iku mau bakal ngumandang sawengi muput.

Pas nglilir keprungu lagi ana jejagongane para panakawan. Biasane pas tiba adegan iku akeh lelucon sing marai ngguyu dhewe. Isa-isane aku ngguyu ing satengahe wengi pas nglilir, sawise krungu apa sing dadi guneme para panakawan mau. Hehe...

Sejene lelucon, uga ana bab-bab sing migunani. Malah ora sethithik sing bisa dadi sanguku ing sangkan paran kaya mangkene iki. Ing antarane, aku kelingan bab pacul.

PROKRASTINASI. Aku sudah lama mengenal mengenal istilah ini, tapi baru ngeh beberapa waktu belakangan ini saja lantaran "penyakit' ini tiba-tiba melanda diriku. Padahal sudah lama tahu bahwa tidak ada yang lebih berharga dibandingkan dengan waktu. Emm... maksudku harga untuk sang waktu tidak bisa dibandingkan dengan apapun.
Biasanya ini baru terasa kalau kita sudah terjebak oleh dateline yang mepet. Pada saat itu pasti kita baru sadar kalau waktu kita yang kemarin-kemarin ternyata hanya terbuang sia-sia.


Di dunia ini cukup banyak orang yang suka menunda-nunda pekerjaan atau sering disebut prokrastinasi (ini dari bahasa latin, pro artinya gerakan maju dan crastinus artinya milik hari esok). Alasannya banyak, biasanya hanya karena malas, tapi ternyata ada yang lebih serius dari itu.

Sebuah pekerjaan memiliki konsekuensi penyelesaian yang memerlukan waktu, energi, dan sangat terpengaruh oleh suasana hati. Beberapa jenis pekerjaan akan memiliki "beban" masing-masing untuk menyelesaikannya. Beban inilah yang akan menentukan seseorang akan membuat semacam skala prioritas untuk penyelesaian beberapa pekerjaan tadi.

Merica Masam?
Loh?... Merica 'kan pedas? Bagaimana mungkin merica -atau yang disebut juga lada- berasa masam? Memangnya ada spesies baru? Atau suatu produk rekayasa genetik?

Ini hanya sebuah istilah untuk menggambarkan suatu keadaan. Dalam kesusasteraan Jawa atau Kawruh Basa, banyak dipelajari beberapa cara mengungkapkan suatu kalimat secara tidak langsung. Memang sih kesannya berbelit-belit. Tidak langsung mengarah ke satu tujuan tertentu atau to the point. Tapi begitulah yang namanya sastra. Di dalam karya sastra penggunaan bahasa memang seperti itu.

Sebagaimana karya puisi, pantun dan sebagainya, pasti sarat akan pengayaan istilah. Tapi penggunaannya tetap memenuhi kaidah tata bahasa yang sudah ada.

Dalam bahasa Jawa, merica masam disebut sebagai mrica kecut. Yang dimaksud adalah buah yang bernama wuni. Buah dari tumbuhan liar di kebun berbentuk bulat kecil-kecil layaknya merica, tapi memiliki cita rasa yang masam.

Istilah ini terbentuknya sama dengan istilah-istilah seperti: klapa mudha (kelapa muda) atau degan, balung pakel (tulang [biji] mangga) yaitu pelok, kimpul wulung (talas berdaun ungu) sarilaya, witing klapa (batang pohon kelapa) yaitu glugu, balung janur (tulang daun kelapa) yaitu sada (lidi), dan masih banyak lagi.

Penggunaannya seperti pantun, tapi frase pendahulunya merupakan plesetan dari frase berikutnya. Misalnya begini:
"Wong kok saben dina ngimpul wulung, ngajak sulaya ra uwis-uwis."
Artinya: Orang kok setiap hari mengajak berantem terus, tidak ada habisnya. Nah, disini ngimpul wulung merupakan plesetan dari sulaya, karena kimpul wulung artinya sarilaya.

Aku ingin dunia malaikat dan peri
mana yang baik adalah udara yang bernafas
dan aroma bunga adalah inti dari harmoni
yang selalu hadir
dan kita semua melihat dan merasakan

Aku ingin dunia malaikat dan peri
mana senyum dan ekspresi cinta adalah juru bicara
protes melawan kejahatan

Aku ingin dunia malaikat dan peri
Aku ingin menjadi cahaya dan syukur
Aku ingin menari dalam angin
dengan bunga yang terbang dari pikiranku

Aku merasakan kegembiraan dunia sihir
cinta universal
ingin bermain dengan anak-anak yang tidak pernah tumbuh
dan bermimpi hari kami manusia melihat
dunia unik malaikat, peri dan binatang mitologis

tidak selalu di mana para penyihir yang jelek dan sedih atau pahit
tapi hanya penyihir
cukup bijak dalam bekerja dengan bahan yang besar
bahwa alam itu sendiri menyediakan

Ah ... Aku ingin dunia
dengan peri, elf, malaikat dan putri duyung
Dimensi ini akan bernyanyi
dan suara Aku selalu mendengar

hanya kirim karena Aku lagu
yang paling penting di dunia ini adalah cinta ..
oleh cinta ...

Rupanya berita soal tuduhan yang ditujukan kepada Ariel Peterpan, Luna Maya dan Cut Tari atas dua video mesum yang disebut-sebut pemerannya mirip mereka, kini menjadi topik heboh ditengah masyarakat, terutama para penggosip dan sejenisnya. Bareskim Mabes Polri pun sampai turun tangan untuk mengusut siapa yang menjadi otak dan pelaku penyebaran pertama kali video ini, begitupun pembuatnya.

Di era tekhnologi sekarang ini, dimana pertukaran dokumen elektronik begitu mudah dilakukan, video yang bocor itu juga bisa dengan mudah disebarkan ke mana-mana. Tak susah-susah amat orang menemukannya di situs-situs pertukaran dokumen di dunia maya. Begitu sebuah video porno diunggah, tak butuh keajaiban untuk menyebarkan dalam tempo singkat. Jejaring media sosial seperti Facebook dan Twitter merupakan sarana yang sangat ampuh untuk mempopulerkannya.

Lebih celaka lagi, konsumen terbesar materi pornografi adalah anak SD, SMP, dan SMA. Merekalah sebenarnya konsumen utama dunia maya. Dokumen-dokumen yang paling tersembunyi pun bisa mereka temukan. Bahkan hanya dengan sekali klik, mereka bisa bertukar-menukar dokumen berupa gambar atau video antar teman.

Nah, giliran para orang tua yang memiliki anak remaja jadi pusing! Anak-anak yang sebenarnya belum matang secara psikologis dan sosial ini bukan tak mungkin akan mencontoh adegan porno yang beredar melalui Internet, handphone, dan sebagainya.

Beberapa waktu lalu saya menerima surel dari seorang teman. Dia minta saya menanggapi artikelnya sebelum diterbitkan, yaitu tentang Atheisme yang dianggapnya sebagai pemikiran tidak rasional.

Sebelumnya saya mohon maaf kalau saya berpendapat: apa tidak kesiangan nih, bicara tentang Atheisme? Di tengah kehidupan masyarakat yang ber-Bhinneka Tunggal Ika, kita sudah sama-sama tahu semua orang menganut agama dan berusaha menghormati kebebasan menjalankan Agama masing-masing. Kita saling bertoleransi antar agama, walaupun kadang terjadi adu argumen tentang kebenaran agamanya masing-masing. Tapi saya tidak pernah berjumpa orang yang jelas-jelas tidak percaya adanya Tuhan. Jadi, buat apa bicara tentang Atheisme?

Tapi membaca tulisan itu saya jadi ragu dengan pendapat saya tadi. Jangan-jangan memang ada atheisme laten? Jangan-jangan ada orang yang diam-diam tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, tapi mereka takut eksis lantaran mereka bisa dianggap berbahaya dan takut diperlakukan sebagaimana para penganut komunisme dulu? Lalu mereka hanya menganggap agama hanya sebagai trend yang harus diikuti.

Kalau di luar negeri, apalagi Amerika, saya tidak heran. Di negara yang benar-benar bebas seperti itu apapun bisa terjadi. Diantara mereka memang menganut Freedom to be Free. Kalau di Indonesia, misalnya ada, bisa jadi orang ini memang orang bodoh, atau justru orang yang sangat pintar.

Dulu aku pernah terobsesi untuk memiliki empat istri dalam hidupku. Sepintas hal ini seperti sebuah obsesi yang berlebihan. Tapi tidak kusangka obsesiku itu ternyata sudah lama terwujud. Sekarang empat istriku dapat hidup berdampingan dengan harmonis dalam sebuah kehidupan yang benar-benar aku idamkan.


Istri keempatku adalah istri yang paling aku cintai. Dialah istri yang paling cantik. Hidup bersamanya menjadikan rejeki terus mengalir. Harta benda dan kesenangan seolah berlimpah ruah dan tidak pernah menderita kekurangan sedikitpun. Tidak perlu lagi berpikir besok akan makan apa, melainkan besok makan dimana.

Istri ketigaku sangat pintar. Ia tidak hanya pandai mengatur rumah tangga, tapi juga banyak memberi inspirasi dalam pekerjaanku di kantor. Aku selalu bangga padanya. Karena dia jugalah kehidupanku di tengah-tengah masyarakat senantiasa dihormati oleh banyak orang. Mereka tidak hanya sekedar mengakui eksistensiku, melainkan sudah menganggapku lebih. Tak heran aku sering dianggap pemimpin bagi mereka. Tapi jujur, aku sering merasa khawatir kalau istriku ini akan lari ke orang lain.

Saat kau bangun pagi hari, AKU memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepadaKU, walaupun hanya sepatah kata meminta pendapatKU atau bersyukur kepadaKU atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu hari ini atau kemarin ... .


Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja ... .
AKU kembali menanti saat engkau sedang bersiap, AKU tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKU, tetapi engkau terlalu sibuk ... .

Di satu tempat, engkau duduk disebuah kursi selama lima belas menit tanpa melakukan apapun. Kemudian AKU Melihat engkau menggerakkan kakimu. AKU berfikir engkau akan berbicara kepadaKU tetapi engkau berlari ke telepon dan menghubungi seorang teman untuk mendengarkan kabar terbaru.


Baru-baru ini aku menyadari bahwa hukum rimba ternyata masih berlaku di era modern seperti sekarang ini. Meskipun jaman sudah berganti dari jaman “kuda gigit besi” menjadi “kuda gigit roti”, jaman dimana demokrasi sudah dijadikan “agama baru” yang dianut banyak orang dengan berdasarkan suara terbanyak. Jaman dimana HAM (Hak Azasi Manusia) dijadikan “kitab suci”, ternyata hukum rimba belumlah punah. Mungkin juga karena masih berlakunya hukum rimba itulah, perlu ditegakkannya HAM.
Memang benar, yang namanya hukum memang tidak memandang warna kulit, suku, agama dan ras. Seperti hukum gravitasi, biarpun orang tidak beragama sekalipun akan tetap terpengaruh oleh yang namanya hukum gravitasi. Itulah salah satu analogi yang mungkin bisa sedikit menjelaskan apa arti dari istilah hukum yang kumaksud.
Meski jaman sudah berubah, yang namanya hukum akan tetap berlaku. Seperti halnya hukum gravitasi, hukum rimba juga demikian. Yang kuat menindas yang lemah. Yang lemah dengan segala cara melindungi diri dari tindasan penguasa. Sayangnya diriku terlambat memahaminya. Entah karena baru kali ini mengalami jadi korban jajahan sang penguasa, ataukah karena selama ini aku yang keenakan menjajah? Entahlah, saya hanya merasa perlu berbagi tentang hal ini.

Kesadaran seakan berkabut. Mencoba menyisir kebenaran tapi banyak yang hilang. Tidak tahu apa yang terjadi. Padahal jiwa dan raga masih menyatu utuh.
“Semacam ketololan yang terpelihara bertahun-tahun”

Kesunyian bukanlah emas jika hanya tak beralasan. Tapi kesunyian hanya meledak di malam hari, seperti biasa, bersama lolongan anjing malam.

Tidak tahu sebenarnya dimana harus berdiri, kehilangan petunjuk. Peta yang seharusnya terhampar, kini tak terlihat.

Seperti halnya belenggu, menggelayut di setiap langkah. Semangat untuk terbang justru malah selalu mematahkan sayap sendiri.

Segmen-segmen ini tidak terangkai benar. Terserak di samudera yang terlalu luas. Ada link-link yang hilang, namun tak mampu menjawab teka-teki itu.

Akhirnya sampah jugalah tempat bersandar, teronggok, sunyi, dan membusuk.



Saat kau MENYUKAI seseorang, kau ingin memilikinya untuk keegoisanmu sendiri.
Saat kau MENYAYANGI seseorang, kau ingin sekali membuatnya bahagia dan bukan untuk dirimu sendiri.
Saat kau MENCINTAI seseorang, kau akan melakukan apapun untuk kebahagiaannya walaupun kau harus mengorbankan jiwamu.

Saat kau MENYUKAI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan bertanya,
"Bolehkah aku menciummu?"
Saat kau MENYAYANGI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan bertanya,
"Bolehkah aku memelukmu?"
Saat kau MENCINTAI seseorang dan berada di sisinya,
maka kau akan menggenggam erat tangannya.

SUKA adalah saat ia menangis, kau akan berkata "Sudahlah, jangan menangis."
SAYANG adalah saat ia menangis dan kau akan menangis bersamanya.
CINTA adalah saat ia menangis dan kau akan membiarkannya menangis di pundakmu sambil berkata,
"Mari kita selesaikan masalah ini bersama-sama."

SUKA adalah saat kau melihatnya kau akan berkata, "Ia sangat cantik dan menawan."
SAYANG adalah saat kau melihatnya kau akan melihatnya dari hatimu dan bukan matamu.
CINTA adalah saat kau melihatnya kau akan berkata,
"BUATKU DIA ADALAH ANUGRAH TERINDAH YANG TUHAN BERIKAN PADAKU..."

Pada saat orang yang kau SUKAI menyakitimu, maka kau akan marah dan tak mau lagi bicara padanya.
Pada saat orang yang kau SAYANGI menyakitimu, engkau akan menangis untuknya.
Pada saat orang yang kau CINTAI menyakitimu, kau akan berkata,
"Tak apa dia hanya tak tau apa yang dia lakukan."

Pada saat kau SUKA padanya, kau akan MEMAKSANYA untuk menyukaimu .
Pada saat kau SAYANG padanya, kau akan MEMBIARKANNYA MEMILIH.
Pada saat kau CINTA padanya, kau akan selalu MENANTINYA dengan setia dan tulus... .

SUKA adalah kau akan menemaninya bila itu menguntungkan.
SAYANG adalah kau akan menemaninya di saat dia membutuhkan.
CINTA adalah kau akan menemaninya di saat bagaimanapun keadaanmu.

SUKA adalah hal yang menuntut.
SAYANG adalah hal memberi dan menerima.
CINTA adalah hal yang memberi dengan rela... .


Tampak Qur'an dan Injil disediakan di laci Hotel Aston.

Sudah kesekian kali saya berkunjung ke kota ini. Kota yang dihuni oleh penganut Muslim dan Nasrani yang hampir sama dominannya, disamping beberapa penganut agama lain. Kerukunan antar umat beragama disini memang bikin salut. 
Memang sih, nuansa muslim di kota ini jadi agak berkurang, tak seperti kehidupan di masyarakat yang dominan Muslim seperti di kota-kota yang pernah saya tinggali: Gorontalo, Ternate (Maluku Utara), ataupun Solo (Jawa Tengah). Misalnya, saya jadi bingung soal waktu shalat. Adzan hampir tak pernah terdengar di kota ini, bahkan Shubuh sekalipun. Biasanya sepagi itu belum banyak aktifitas masyarakat, tapi adzan Shubuh nyaris tak terdengar. Bahkan lebih dominan suara anjing menggonggong di mana-mana. Hampir semua warga, terutama yang Nasrani memelihara anjing di rumahnya. Bahkan banyak juga anjing-anjing liar yang tidak memiliki tuan.

Pada suatu sore ada seorang petani sedang berjalan kaki bersama istrinya. Rupanya mereka baru pulang dari sawah. Waktu itu hujan gerimis tiba-tiba berubah menjadi deras. Karena tidak ada tempat berteduh, maka merekapun melanjutkan perjalanan pulang dengan setangkai daun pisang sebagai payungnya. Dari arah belakang melintas sebuah sepeda motor yang kebetulan dikendarai juga oleh sepasang suami-istri. Motorpun berlalu dengan cepat melintasi hujan yang kian deras.


Sambil terus melangkah, pak tani berkata kepada istrinya,”Enak ya, kalau punya motor? Hujan-hujan begini kita bisa cepat sampai di rumah. Tidak perlu berlama-lama kehujanan begini.”

"Sudahlah, Pak! Mereka kan lebih beruntung dari kita. Tidak perlu iri. Jatah rejeki kita kan sudah ditentukan." jawab istrinya, menirukan kata-kata orang yang dianggap bijaksana.


Pantai yang sepi




Beberapa spesies tumbuhan paku bersarang di taman.


Kereta cinta masih berderak jauh ke langit merah ketika hujan badai menghadang. Kutelusuri setiap hembusan nafas, denyut nadi dan desiran di ujung-ujung pembuluh darah untuk memastikan semuanya akan tetap apa adanya. Walaupun angin serentak berteriak, hujan terus menangis, dan lamunan berpendar ke masa yang jauh. Kepada musim yang hadir senantiasa menghias mimpi.


Pegang erat tanganku. Senyumlah. Kita tidak dapat mengelak. Maka sekali lagi senyumlah meskipun badai mengamuk di dalam hati kita. Kepasrahan yang kaugenggam dan kuteguhkan dengan hamparan sejarahku. Mungkin aku akan mati. Ya, lembaran hidupku hanya sampai disini. Tapi setidaknya arwahku tidak memandang sia-sia kepada jasadku yang masih menggenggam rindu.

Kereta cinta terus berderak sampai jauh menembus badai. Langit semakin merah. Kesunyian memaksaku untuk bernyanyi, meski hanya beriringan dengan debur ombak di pantaiku. Kesunyian ini bukan tidak berarti. Kesunyian yang selalu berbisik, mengungkapkan kerinduan.

Semilir angin menghembus pelan. Derai ombak berulang-ulang menyentuh bibir pantai yang hangat. Senandungpun terdengar pelan. Nuansanya memang biasa. Sudah teramat biasa untuk sebuah pantai yang dulu pernah hampir setiap hari terhampar di depan mata.

Tapi mataku tiba-tiba tertuju ke pemandangan yang lebih detil: pasir pantai ini. Bukan pasir, tapi butiran kerikil kecil berdiameter 3 s.d. 10 mm. Komunitasnya begitu heterogen, terlihat dari perbedaan warna, bentuk, tekstur dan beratnya.

Aku jadi teringat dulu pernah punya teman yang memiliki hobi mengoleksi pasir pantai. Di lemari kaca khusus dia taruh gelas bening berderet-deret. Gelas yang sengaja dipilih berbentuk polos dan seragam. Di dalam gelas-gelas itulah terdapat setengah penuh pasir pantai, dari yang lembut sampai yang paling kasar. Kemudian di bagian depan gelas tertempel label nama pantai dimana pasir itu berasal. Tampaknya menarik.

Hobinya memang jalan-jalan ke pantai. Seluruh pantai di Jawa dan Bali pernah ia susuri. Meskipun menurut pengakuannya, tidak semua pasir itu dia peroleh sendiri dengan mengambilnya di pantai, melainkan beberapa diantaranya hanya titip teman.


Saya benci sekali kata-kata itu, “Tidak masuk akal!” Seolah yang mengucapkan kata-kata itu akalnya sudah merupakan segalanya. Dia lupa bahwa akal manusia ini diciptakan terbatas.
Memang manusia dibedakan dengan makhluk lainnya karena dia memiliki akal. Pikiran manusia jauh lebih hebat dibandingkan pikiran dari makhluk apapun. Bahkan makhluk lain dianggap tidak memiliki pikiran, tidak memiliki akal.
Saya sendiri sudah belajar menggunakan akal sejak kecil. Sampai tumbuh dewasa akal terus digunakan dan dikembangkan. Akal pikiran ini banyak dilatih di masa usia sekolah. Kita dijejali ilmu-ilmu pengetahuan yang sarat dengan pemahaman yang memerlukan akal.


Hari ini sewindu yang lalu aku menghilangkan keperawanan seorang gadis. Dia adalah bekas pacarku yang beberapa hari sebelumnya telah aku putuskan. Gadis itu malah girang tiada kepalang waktu aku putuskan. Loh? Karena waktu itu aku benar-benar memutuskan untuk menikahinya.

Hari ini, Minggu 28 Februari 2010. Tepat delapan tahun yang lalu aku bersanding dengannya di sebuah pelaminan. Pada saat itu aku merasa sebagai manusia paling bahagia di dunia ini. Pada saat yang sama mungkin berjuta gadis telah patah hati dan berjuta jejaka juga sedang kecewa karena ditolak cintanya. Tetapi cintaku tumbuh subur bertaburkan "pupuk" yang komposisinya telah tepat sesuai dosis yang dianjurkan. Halah...!

Kebahagiaan itu juga muncul karena pada hari itu aku dapat melihat diri sendiri sebagai seorang laki-laki yang sempurna, memiliki cinta yang terbalaskan. Meskipun kesempurnaan itu baru dapat dibanggakan setelah "sudah terbukti" dapat memiliki anak dari pernikahan itu, tapi setidaknya waktu itu sudah ada seorang perempuan yang akhirnya mau mengakui aku sebagai suaminya, setelah pencarian panjang.


Mengarungi samudra bukanlah tanpa perjuangan. Tidak bisa diumpamakan hanya seperti air mengalir di hilir yang tenang, meluncur mengikuti arus dan tak dituntut apapun. Jangan hanya dibayangkan bahwa berlayar di samudra yang luas bebas, tanpa batas lantas kita bisa berkehendak sesuka hati. Ada badai, ada arus laut, ada gelombang, ada predator dan ada banyak hal yang menyiksa disana.
Jangan juga membayangkan hidup sebagai seekor burung yang terbang bebas, lepas, tak ada belenggu. Membentangkan sayapnya lalu mengepak-ngepakkannya di udara seakan-akan langit biru hanyalah miliknya. Tahukah kemana burung-burung itu ketika langit menjadi berawan dan hujan? Di saat petir-petir menggelegar dan cuca menjadi kian buruk. Ke mana mereka sembunyi?
Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Di setiap tempat di dunia ini, bahkan di tempat-tempat tersembunyi di manapun tidak pernah ada tempat yang benar-benar nyaman untuk didiami. Tidak bisa sekehendak hati. Ada aturan-aturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Aturan-aturan yang membatasi kebebasan kita untuk tidak melanggar hak orang lain. Sehingga ketika kita ingin bebas, kita masih terbentur apakah kebebasan yang kita miliki nantinya berdampak kerugian atau perampasan hak bagi orang lain atau tidak. Kenyamanan menjadi semakin relatif dan sering pengorbanan diperlukan untuk sekedar menyalakan api cinta di dalam hati kita.
Tapi ketika api cinta kemudian tidak bisa menyala, pengorbanan seakan menjadi sia-sia. Karena pengorbanan ternyata hanya menginginkan udang di balik batu, bukannya ridho dari Sang Penguasa Alam.



Hidup kita ini kan seharusnya penuh dengan pilihan? Semua sudah ada di depan mata tinggal kita pilih dan menjalaninya. Biasanya juga dalam hidup ada beberapa momen penting, kita harus membuat pilihan berat yang akan menentukan jalan hidup kita dikemudian hari.


Apapun pilihan kita, semua ada konsekuensinya. Makin berat pilihannya nampaknya konsekuensinya juga makin besar. 

Lalu pernahkah suatu ketika kita tidak punya pilihan? Kita hanya punya satu pilihan untuk melakukan sesuatu? Sebenarnya pilihannya tinggal ya atau tidak. Tetapi kalau memilih "tidak", konsekuensinya parah. Jadi terpaksa milih "ya".

Mungkin kita masih bisa terima kalau pilihan semacam ini hanya datang sesekali saja dalam hidup kita. Tapi kalau sudah menjadi menu harian? Apa nggak frustasi?


Harusnya judul diatas berbunyi, "Saatnya Upgrade Windows 7". Tapi apalah dayaku, menggunakan Operating System (OS) yang mahal bukanlah prioritas dalam hidupku. Menggunakan OS yang bagus sih, OK! Tapi kalau mahal? Hmmm... nanti dulu!

Tampilan Windows 7 terakhirku: kinclong!

Menggunakan Windows 7 sudah aku nikmati sejak hampir setahun yang lalu. Waktu itu aku hanya tidak sengaja "menemukan" di sebuah majalah komputer. Aku tertarik membacanya dan akhirnya menginstall sistem dalam DVD yang disertakan di majalah itu: Windows 7 Beta.


Lautku masih biru. Tak pernah kalah biru dengan langitmu. Meski badai menghadang di laut biruku, namun tetap akan teduh untuk biduk cintamu.


Tak terasa sudah dua tahun di Gorontalo, tiga kali pindah rumah. Pertama, waktu datang pertama kali di kota ini. Kedua waktu kontrakan pertama habis, dan ketiga waktu kontrakan rumah kedua habis.
Ternyata pindah rumah bukan sekedar pindah barang dan personilnya saja. Penyesuaian diri perlu dimulai lagi. Pembenahan di sana-sini untuk menunjang aktivitas sehari-hari juga harus dilakukan. Semua itu butuh waktu, tenaga dan tak jarang menimbulkan stress jiwa-raga.
Kali ini Alhamdulillaah sudah tidak ngontrak lagi. Rumah dengan tiga kamar ini kami beli dari seseorang yang kebetulan lagi butuh duit. Relatif lebih murah dibandingkan membeli di perumahan yang baru dibangun.

Pernah nonton serial Friday the 13th? Dulu aku hampir tak pernah melewatkan nonton acara TV itu. Waktu itu aku masih nggak ngerti kenapa angka 13 begitu dikeramatkan.
Di seantero dunia terdapat bermacam-macam kepercayaan, mitos, dan legenda, yang tidak terhitung banyaknya. Bagi kaum rasionalis, kepercayaan-kepercayaan orang-orang tua ini seharusnya ikut mati sejalan dengan modernisasi yang merambah seluruh sisi kehidupan manusia. Namun demikiankah yang terjadi? Ternyata tidak.
Di dalam tatanan masyarakat modern, kepercayaan-kepercayaan tahayul ini ternyata tetap eksis dan bahkan berkembang dan merasuk ke dalam banyak segi kehidupan masyarakatnya. Kepercayaan-kepercayaan ini bahkan ikut mewarnai arsitektural kota dan juga gedung-gedung pencakar langit.
Sebagai contoh kecil, di berbagai gedung tinggi di China, tidak ada yang namanya lantai 13 dan 14. Menurut kepercayaan mereka, kedua angka tersebut tidak membawa hoki. Di Barat, angka 13 juga dianggap angka sial. Demikian pula di berbagai belahan dunia lainnya. Kalau kita perhatikan nomor-nomor di dalam lift gedung-gedung tinggi dunia, Anda tidak akan jumpai lantai 13. Biasanya, setelah angka 12 maka langsung ‘loncat’ ke angka 14. Atau dari angka 12 maka 12a dulu baru 14. Fenomena ini terdapat di banyak negara dunia, termasuk Indonesia.
Mengapa angka 13 dianggap angka yang membawa kekurang-beruntungan? Sebenarnya, kepecayaan tahayul dan aneka mitos yang ada berasal dari pengetahuan kuno bernama Kabbalah. Kabbalah merupakan sebuah ajaran mistis kuno, yang telah dirapalkan oleh Dewan Penyihir tertinggi rezim Fir’aun yang kemudian diteruskan oleh para penyihir, pesulap, peramal, paranormal, dan sebagainya—terlebih oleh kaum Zionis-Yahudi yang kemudian mengangkatnya menjadi satu gerakan politis—dan sekarang ini, ajaran Kabbalah telah menjadi tren baru di kalangan selebritis dunia.
Bangsa Yahudi sejak dahulu merupakan kaum yang secara ketat memelihara Kabbalah. Di Marseilles, Perancis Selatan, bangsa Yahudi ini membukukan ajaran Kabbalah yang sebelumnya hanya diturunkan lewat lisan dan secara sembunyi-sembunyi. Mereka juga dikenal sebagai kaum yang gemar mengutak-atik angka-angka (numerologi), sehingga mereka dikenal pula sebagai sebagai kaum Geometrian.
Menurut mereka, angka 13 merupakan salah satu angka suci yang mengandung berbagai daya magis dan sisi religius, bersama-sama dengan angka 11 dan 666. Sebab itu, dalam berbagai simbol terkait Kabbalisme, mereka selalu menyusupkan unsur angka 13 ke dalamnya. Kartu Tarot misalnya, itu jumlahnya 13. Juga Kartu Remi, jumlahnya 13 (As, 2-9, Jack, Queen, King).
Penyisipan simbol angka 13 terbesar sepanjang sejarah manusia dilakukan kaum ini ke dalam lambang negara Amerika Serikat. The Seal of United States of America yang terdiri dari dua sisi (Burung Elang dan Piramida Illuminati) sarat dengan angka 13.
Inilah buktinya:
  • 13 bintang di atas kepala Elang membentuk Bintang David.
  • 13 garis di perisai atau tameng burung.
  • 13 daun zaitun di kaki kanan burung.
  • 13 butir zaitun yang tersembul di sela-sela daun zaitun.
  • 13 anak panah.
  • 13 bulu di ujung anak panah.
  • 13 huruf yang membentuk kalimat ‘Annuit Coeptis’
  • 13 huruf yang membentuk kalimat ‘E Pluribus Unum’
  • 13 lapisan batu yang membentuk piramida.
  • 13 X 9 titik yang mengitari Bintang David di atas kepala Elang.
Selain menyisipkan angka 13 ke dalam lambang negara, logo-logo perusahaan besar Amerika Serikat juga demikian seperti logo McDonalds, Arbyss, Startrek. Com, Westel, dan sebagainya. Angka 13 bisa dilihat jika logo-logo ini diputar secara vertikal. Demikian pula, markas besar Micosoft disebut sebagai The Double Thirteen atau Double-13, sesuai dengan logo Microsoft yang dibuat menyerupai sebuah jendela (Windows), padahal sesungguhnya itu merupakan angka 1313.
Uniknya, walau angka 13 bertebaran dalam berbagai rupa, bangsa Amerika rupa-rupanya juga menganggap angka 13 sebagai angka yang harus dihindari. Bangunan-bangunan tinggi di Amerika jarang yang menggunakan angka 13 sebagai angka lantainya. Bahkan dalam kandang-kandang kuda pacuan demikian pula adanya, dari kandang bernomor 12, lalu 12a, langsung ke nomor 14. Tidak ada angka 13.
Kaum Kabbalis sangat mengagungkan angka 13, selain tentu saja angka-angka lainnya seperti angka 11 dan 666. Angka ini dipakai dalam berbagai ritual setan mereka. Bahkan simbol Baphomet atau Kepala Kambing Mendez (Mendez Goat) pun dihiasi simbol 13. Itulah sebabnya angka 13 dianggap sebagai angka sial karena menjadi bagian utama dari ritual setan.
Percaya atau tidak?


Tangan yang berada di air tidak seperti tangan yang berada di bara api.
Tidak akan sempurna keimanan seseorang sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.
(Shahih dikeluarkan oleh Al Bukhari di dalam [Al Iman/12/Fath], Muslim di dalam [Al Iman/45/Abdul Baqi])


Sebuah sistem yang menarik yang Tuhan ciptakan di dalam semesta ini adalah sistem keseimbangan alam. Ada siang, ada malam. Ada gelap ada terang. Ada yang cantik ada yang jelek! Hehe...

Tuhan menciptakan alam semesta yang di dalamya terdapat bumi tempat kita berpijak, planet tempat kita hidup ini, sudah lengkap dengan sistem-sistem yang nggak kita bayangkan sebelumnya. Lalu Tuhan juga menciptakan para ilmuwan untuk mengungkap sistem-sistem itu. Seperti si Newton yang menemukan sistem Gravitasi. Si Einstein yang terkenal dengan teori Relativitasnya. Dan masih banyak lagi, termasuk sistem-sistem yang berlaku dalam ilmu-ilmu ekonomi, ilmu hukum, politik, sosial, budaya, dan segala aspek kehidupan manusia. Itu semua sudah tergaris, bahkan garis hidup manusia yang disebut Takdir itu sudah tertulis dalam sebuah kitab (Lauhul Mahfudz).

Kenapa kita nggak menganggap siang dan malam itu sama saja? Baik dan buruk juga sama. Kaya dan miskin, cantik dan jelek juga sama saja, kita tinggal mau milih yang mana. Semua kan hanya tinggal pilihan? Percuma juga kita sudah bela-belain milih yang cantik wajahnya tapi ternyata hatinya jahat. Ada yang ganteng tapi bego. (Malah ada juga seorang cewek cantik milih bersuamikan orang yang udah tua, miskin, jelek lagi! Tapi mereka bisa bahagia dalam hidup berumah tangga.) Ada juga yang biasa-biasa saja. Tampangnya biasa aja, pinter juga nggak, tapi juga nggak bego-bego amat. Kelakuannya juga kadang baik tapi juga kadang nyebelin. Hehe, sapa tuh?

Saya rasa kita setuju kalau di dunia ini nggak ada yang 100% sempurna, apapun itu.

Jadi, ada banyak pilihan. Silahkan mau jadi apa saja, memilih apa saja dan silahkan berbuat apa saja. Toh semuanya akan ada dampaknya, ada balasannya. Artinya gini: kalau kita memilih untuk berbuat baik, ya ntar kebaikan jugalah yang kita dapetin. Kalau suka berbuat jahat sama orang lain ya nggak usah lama-lama nunggu ntar kalau mati trus masuk neraka. Dunia ini sudah cukup untuk menghukum orang jahat, dan membahagiakan orang baik.

Kalau kita tiba-tiba anda kena musibah, trus kita menderita, itu adalah buah dari apa yang kita lakukan sebelumnya. Mungkin di waktu yang lalu kita banyak berbuat hal-hal yang tidak baik. Bisa juga gini: sekarang kena musibah, besoknya kita akan mendapat anugerah yang indah dan besar nilainya. Cukup adil 'kan? Seimbang gitu loh! Barangkali itu sudah hukum alam, mungkin juga sudah pernah ditemukan oleh ilmuwan dan ditulis dalam buku. Tapi kita enggan menyadarinya.
<--!more-->
Coba deh liat sekeliling kita. Ada orang yang sudah tua, tangan dan kakinya lumpuh sebelah. Jalan udah nggak bisa. Ke mana-mana pakai kursi roda. Penyakit stroke pernah dideritanya beberapa kali. Masuk ICU hampir mati, tapi nggak jadi mati-mati. Sekarang sisa hidupnya tersiksa dan terancam serangan stroke untuk kesekian kalinya. Apa gerangan yang pernah ia lakukan di waktu-waktu yang lampau?

Ada juga yang sudah usia senja, punya anak banyak tapi semuanya pergi meninggalkan dia. Sekarang ia malah tinggal di panti jompo. Padahal hatinya selalu rindu pada suasana dulu saat masih bahagia membesarkan anak-anaknya. Siksaan batin yang mendalam ini akibat dari perbuatannya dulu. Ngapain aja dia?

Banyak hal yang tidak mengenakkan terjadi dalam kehidupan kita. Tentu kita harus tabah menjalaninya. Kenapa? Itu untuk mengurangi dosa kita kelak kalau ditimbang di akhirat. Sehingga akan mengurangi penghuni neraka juga kan? Sebab kalau kita nggak ikhlas menjalani, yang ada malah menggerutu, malah memaki-maki Tuhan, itu justru menambah panjang daftar dosa kita.

Itulah mengapa kita disuruh senantiasa bersyukur. Bersyukur itu nggak susah kok! Nggak butuh biaya, nggak butuh tenaga. Hanya butuh nurani yang bersih, hati yang terbuka, ditambah sedikit senyuman. Selesai! Ada orang yang justru bisa bersyukur sampai menangis loh! Memeteskan air mata! Bener deh! Kalau kita bisa lakukan itu, mungkin kita orang yang paling bahagia saat itu. Karena apa? Hati kita tentram, teduh rasanya.