"Kesetiaan hanyalah limbah yang mengalir dari peradaban yang jauh...." Saya pernah menuliskan kata-kata ini. Tapi di mana ya? Saya lupa. Kalau nggak salah dulu saya pernah punya catatan yang hilang. Judul catatan itu adalah "Cinta dalam Skema Rumit" (Elegi Cinta buat TJ).

Ah, sayang mengapa harus hilang. Mungkin masih era floppy disk dan saya juga belum memiliki flashdrive, hard disk, bahkan komputer, apalagi laptop. Saya juga belum mengenal shared-drive yang dikenal dalam cloud computing sekarang ini. Jadi sayapun merelakan catatan itu hilang begitu saja.

Saya pernah mencetaknya, membuatnya dalam format buku kecil, mirip novel. Waktu itu tahun 2001. Tapi entah di mana saya juga sudah tidak tahu lagi juntrungannya. Semuanya tidak berbekas. Hanya beberapa kata dan frase yang sempat kuingat. (Buat TJ, kalau masih punya catatanku, pinjam donk!)

Dalam kata-kata itu saya sepertinya sudah mulai merasakan bahwa kesetiaan kedepan menjadi sesuatu yang langka. Akan ada jamannya dimana kesetiaan itu musnah, seperti dinosaurus yang punah ditelan jaman. Mungkin saja jaman itu adalah jaman sekarang ini!

Sepertinya sekarang sudah bukan lagi jamannya untuk setia. Kesetiaan pada idealisme politik saja tidak kelihatan, tidak ada bedanya dengan setia pada pasangan. Pindah-pindah partai sudah biasa, seperti ganti baju saja. Tentunya banyak juga yang memiliki “cadangan” di mana-mana.

Ini sudah Desember lho, ya? Sudah di penghujung tahun lagi. Biasanya ini menjadi momen-momen buat flashback selama tahun berjalan. Mengkoreksi diri, introspeksi diri, evaluasi diri, atau semacamnya. Lalu digunakan buat menentukan langkah ke depan. Nggak jauh-jauh dari teori manajemenlah: Planning, Organizing, Actuating and Controlling.

Kalau sudah begini baru tau rasanya, kalau waktu itu cepet banget muternya. Perasaan baru kemarin saya bikin resolusi, sekarang sudah harus dievaluasi. Sungguh malu kalau tahu kesenjangan antara resolusi dan realitanya. Untung aku nggak ungkapkan apa resolusi itu. Hari ini saya benar-benar malu sama diri sendiri. Achievement saya nol besar.

Yaah... gagal itu sih biasa (ini mau ngeles apa ekskyus yach?). Tentu segala sesuatu ada sebabnya. Kenapa sampai gagal? Ada sih. Sesuatu yang sangat nyata sekali. Sebuah kesalahan paling besar yang pernah saya ambil dalam hidup saya. Entah berapa lama waktu yang akan dibutuhkan buat membenahinya kembali. Tentu saja harus pelan-pelan.

Dalam hidup ini kita kan mengenal yang namanya cobaan, ujian, hambatan, rintangan, gangguan, godaan, tantangan, ... apa lagi ya? Semua itu bisa terjadi bergantian maupun bersama-sama. Hehe... nih critanya ngeles beneran deh!

Tapi bener loh, seseorang mungkin tangguh dalam menghadapi cobaan, ujian, hambatan, rintangan, gangguan bahkan godaan sekalipun. Tapi dia tidak suka tantangan. Maka suatu ketika dia akan merasa kalah ketika melewatkan tantangan yang ditawarkan kepadanya. Penyesalanpun timbulnya belakangan.

Hai hai hai...
Lama gak jumpa, gimana kabarnya? Baik-baik semua kan? Nih saya juga baru sempet nulis lagi. Biasanya sih sibuk. Sibuk kerja lah, masa' sibuk apaan? Orang sibuk nih? Nggak juga. Pura-pura sibuk sajalah, biar dikira orang sukses. Padahal kalau sibuk sendiri itu karena nggak sukses-sukses. Mengejar mimpi terus. Tapi ngapain juga mimpi dikejar ya? Kurang kerjaan banget. Pantesan sibuk!

Tapi bener kok. Saya sibuk. Ini sekaligus meluruskan beberapa asumsi yang beredar, bahwa saya sakit. Saya enggak sakit kok. Saya sehat-sehat saja berkat doa dari kalian semua. Thanks yach? Operasi kemarin lancar, anggap saja prosesi buang sial atau semacam membebaskan satu belenggu yang membebani hidup ini. Jadi sekarang, I feel better, okay?

Ini kebetulan pas liburan natal plus satu hari cuti bersama, jadi bisa longgarin pikiran dan tangan buat nulis (baca: ngetik) di tempat paling indah dan seksi ini. Jujur sebenarnya ini agak dipaksain karena gak tau mau nulis apa. Nah, ini juga penyakit lama. Biasanya saya "jalan-jalan" dulu ke blog-blog populer, baru dapet ide, trus nulis disini. Tapi kali ini udah jalan-jalan sampai capek kok ya nggak nemu ide. Kalau sudah begini ini akhirnya jurus "ngayawara" pun dipakai. Ini jurus paling jitu buat update blog.

By the way, saya lagi nyiapin ngetik beberapa ide kedepan. Mungkin akan jadi dua atau tiga postingan di akhir Desember yang biasanya kelabu. Saya mungkin nggak akan ngetik panjang-panjang tapi secukupnya saja. Saya sadar kalau saya nggak jago nulis, kalian juga kayaknya tipe pembaca yang bosenan. Kamu pasti kalau baca loncat-loncat, kan? Sudah capek-capek diketik, tapi kamunya nggak baca 'kan rugi gitu. Salah siapa sebenarnya ini?