Aku masih meregangkan keangkuhan di tengah pedihnya duri yang menancap di dada. Masih setega itu kau membuka diri untuk dihinggapi kekejaman itu? Lalu dimanakah kausimpan cintamu padaku di saat itu? Aku sungguh tidak percaya dan tidak terima ini semua.

Engkau telah berguru kepada keledai dungu itu selama bertahun-tahun, maka kinipun kau tak lagi bisa membedakan kasih sayang dengan kekejaman. Bagaimana bisa, ketika kau sudah dihempaskan, diludahi, dihina, dan disiksa, lalu kaubalas dengan tempat teduh yang berisikan kasih sayang itu?

Dari dulupun aku hanyalah angin yang jauh. Yang berhembus tak tentu arah dan waktu. Hanya terkadang mampu terbang menghampiri di saat masih cukup tenaga dan waktu. Begitu juga dengan hujan, di saat musimnya tidak datang, akupun hanya bisa diam. Menunggu dan bersabar.

Masih embun pagi jugalah aku. Bening, kosong, tercerai-berai dari luapan rindu yang menggumpal. Tapi akan selalu membeku selama kehangatan itu tidak pernah terbit. Hanya hujan yang terus berbicara. Seperti tangismu. Terisak dalam kegetiran.

Tiba-tiba aku sudah ada di pedalaman yang gelap. Hutan belantara yang tidak pernah kukenali sebelumnya. Tebing tinggi yang dibungkus dedaunan semak menghalangi pemandangan di sebelah kananku. Sisi kiriku hanyalah belantara yang tidak mengijinkan aku mengenali arah.

Aku berharap tidak bertemu binatang buas atau makhluk menyeramkan lainnya di hutan ini. Aku mencoba melangkah, walaupun badan rasanya remuk semua. Entah apa yang terjadi padaku, seperti baru bisa bergerak setelah sekian lama tubuhku dibekukan. Gemericik air terdengar, semakin keras. Semakin jelas seiring aku melangkah. Sepertinya aku mulai mendekatinya. Sehampar sungai yang bening dengan air terjun yang indah....

Mata tiba-tiba tertuju pada sesosok makhluk cantik sedang mandi. Wow... Eksotik! Makhluk apa itu? Tiba-tiba aku inget pada kisah Jaka Tarub deh kalau gini. Bener eh... ada lebih dari satu sosok "perempuan" yang mandi di sana. Entah itu bidadari ataukah jin penghuni hutan ini. Bermunculan dari dalam air dan sebagian dari belakang air terjun. Kulitnya bersih-bersih, berwarna pula. Ada yang putih, merah muda, kuning, ... satu... dua... tiga... empat... .

"Aaaakh...!"

Ada yang berteriak.... Akupun kaget.
Sambil menunjuk jari ke arahku, satu diantara mereka seakan menunjukkan kepada yang lain kalau ada 'sang pengintai' disini. Semua yang ada di sana kemudian seperti kebingungan dan menenggelamkan tubuh mereka ke air dan hanya menampakkan kepala mereka saja. Gaduh dan riuh diantara mereka tidak ketahuan berbicara apa, mungkin bahasa mereka sendiri.

Lautan masih bergelombang ketika serpihan rindu itu beradu dan semakin menyatu. Bergumpal di permukaan dan menelusuri lekuk-lekuk hingga pedalaman. Menciptakan sensasi keinginan untuk bertemu dan mencairkan kembali gumpalan bermuatan gairah itu melalui sentuhan-sentuhan cinta.

Akhir-akhir ini aku lebih suka menyepi. Sendiri dalam hamparan khayalan. Menatap pemandangan di sebalik pelupuk mataku dan menciptakan kenyataan semu demi sebuah keindahan sesaat. Walau radang dalam rongga dada ini semakin tak bisa ditahan lagi, tapi semakin aku merasa tidak punya daya meraih harapan itu. Maka sebaiknya aku menunggui detik waktu, sambil terus menghitung hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, dan seterusnya. Karena aku yakin, kereta cinta akan segera menjemputku untuk menemui harapan itu, dimana pernah aku titipkan sebagian dari hati ini disana.

***

Sebagian harapan itupun terpercik. Kenangan tercipta walau tak sempurna tertulis di dalam catatanku. Kupeluk dahan-dahan kerinduan dan kupanjat ketinggian hasrat. Seperti biasa, akupun menemukan seonggok cinta yang beradu dalam desah nafas dan deru dendam kerinduan.

Lalu kutuliskan kenangan, tentang mengapa hanya ada kebersamaan yang bisa mengijinkan kerinduan itu mencair, mengalir dan menggenangi relung-relung yang dalam. Sehingga bisa dibayangkan betapa tersiksanya ketika kebekuan tergumpal sesak menggelayut di rongga dada.

Lalu kembali kupeluk ranting-ranting yang tersisa, dan kupanjat ketinggian hasrat untuk kedua kalinya. Kembali, akupun menemukan seonggok cinta yang terbuai di sebalik lagu merdu dan deru dendam kerinduan itu lagi.

Hanya beberapa hari setelah ditemukan dan dikembalikan ke rumahnya, Bobby dilaporkan telah kabur lagi untuk menemui kekasih yang siap menemaninya di musim kawin.

Sebelumnya, Bobby si kura-kura jantan yang berada dalam masa birahi dilaporkan telah melakukan perjalanan sejauh 20 mil untuk menemukan betina. Hewan itu berjalan keluar dari kebunnya di rumah keluarga di Barnacle, dekat Coventry, Warwickshire, dan melakukan perjalanan sejauh dua mil ke kandang kura-kura terdekat.

Namun hanya beberapa hari di sana, ia ditemukan oleh orang Samaria yang baik hati, yang membawanya pulang ke Solihull untuk berjumpa kembali dengan pemiliknya Debbie Acton.

Debbie memelihara Bobby sejak berusia lima tahun. Dia dan ketiga anaknya - Jay (10 th), Casey (12 th), dan Aidan (17 th) - sangat bergembira setelah mendapatkan kembali Bobby dari pelarian pertamanya.

Pada pengalaman pertama kaburnya Bobby, Debbie mengirim email ke seluruh desa dan bertanya jika ada yang melihatnya. Debbie dan putra bungsunya, Jay, kemudian keluar melakukan pencarian yang akhirnya hanya sia-sia di seputar Barnacle.

Beruntung di hari berikutnya, mereka menerima informasi yang sangat menggembirakan. Seorang pria mengetuk pintu dan mengatakan bahwa istrinya yang sedang memberi makan kuda di kandang di Mile Tree Lane, telah melihat Bobby.

Fenomena kehidupan memang silih berganti. Hilang timbul seperti riak gelombang di lautan. Kalau pas timbul, dia bisa begitu hebat. Menjadi trending topic di mana-mana. Mulai dari pembicaraan di warung-warung gorengan sampai di media sosial. Kalau sudah saatnya hilang, diapun lenyap seperti hantu. Kadang hilang tak berbekas.

Nah, kali ini sepertinya kita kembali ke jaman batu. Orang begitu tertarik dengan bebatuan sebagai perhiasan dan koleksi. Kalau dilirik sekilas memang ada menariknya disana. Ada banyak jenis dan warnanya. Bahkan klasifikasinya pun jelas, ada yang termasuk kategori barang mahal, ada juga yang biasa-biasa saja. Harganya bisa berkisar ratusan ribu sampai ratusan juta. Bahkan ada yang mencapai miliaran.

Herannya lagi, batu perhiasan bukan hanya laku dijual sebagai barang jadi yang sudah berupa cincin atau liontin. Batu yang masih berupa bongkahan pun laku dijual dengan harga puluhan ribu sampai jutaan rupiah.

Penjual batupun menjamur di setiap sudut kota. Menjual aneka bongkahan batu mentah yang digelar di atas selembar karung bekas sampai dengan batu yang dipajang di lemari kaca dengan dudukan berputar disertai pencahayaan yang menarik.

Batu perhiasan ini dikenal dengan nama "akik". Kalau mau tau tentang batu akik yang paling populer dan mahal harganya, kamu bisa lihat di www.akiks.com.

Nah, pada kesempatan ini saya hanya mau unjuk gigi saja. Satu-satunya batu akik yang saya punya sampai dengan blog ini saya tulis, saya jadikan istimewa. Dia bisa "mengambang" di udara. Jelas ini trik, tapi bagaimana saya melakukan trik itu?

Mata terbuka di pagi hari itu, menatap ke langit-langit. Bengong dengan pikiran nyang nyaris kosong, lalu pikiran itu mulai merayap dan akhirnya mengembara. Mimpi semalam begitu indah hingga rasanya ingin melanjutkan lewat angan-angan. Namun ketika tahu bahwa mimpi tak bisa bersambung, hatipun kecewa. Hampa. Tak tahu lagi harus melakukan apa selain diam dan bengong.

Menggerutu di pagi hari hari ketika kenyataan begitu pedih. Ada amarah dan penolakan. Ada pengingkaran dan penyangkalan yang hanya membuat kegetiran semakin dalam. Tak ada lagi yang lebih baik selain terdiam, terpaku dan membisu seribu bahasa. Walau tak sadar air mata ingin saja meleleh membanjiri pipi.

Nafas seakan berhenti sejenak ketika air mata sudah mengering. Rasanya ingin kembali bermimpi dan mengejar impian, tak peduli seperti apa fakta dan kenyataan itu. Hanya sekedar melanjutkan perjalanan. Menerima kenyataan bukan semudah membalikkan telapak tangan. Terjaga dengan kenyataan pahit sungguh sangatlah sulit. Sangatlah berat membiarkan mimpi indah dalam genggaman terbang begitu saja, memupus segala keinginan. Jiwa yang besar harus bisa menerimanya, sadar diri tidak boleh egois. Bagaimanapun, perjalanan harus dilanjutkan dan waktu pasti akan menyembuhkan.

Hidup memang kosong dan hampa. Mimpi pun hanya akan membuat larut dalam kepalsuan. Masih ada banyak mimpi lain yang masih bisa direka untuk menjadi kenyataan. Begitu banyak kesempatan untuk membenahi dan menata diri. Pohon yang tinggi tidak akan mungkin tumbuh tanpa terpaan angin kesabaran dan ketekunan. Melakukan kesalahan itu sudah biasa, tak mengapa juga bila harus mengulangnya kembali dari semula.

Saya pernah dengar orang bilang, kalau kamu ngaku pernah ke Papua, belum ke Papua itu namanya kalau kamu belum ke Wamena. Dimana itu Wamena? Di Kabupaten Puncak Jaya, sebuah lembah di bawah gunung Jayawijaya bernama lembah Baliem. Di sana suku pedalaman berada. Tempat hidup para penduduk asli Papua.

Walaupun banyak ragam suku dan peradaban yang tersebar mulai dari Sorong, Manokwari, Biak, Timika, Jayapura dan Merauke, tapi yang namanya Wamena ini secara geografis berada di pusat (pertengahan) daratan besar Papua. Jadi boleh saya katakan, di sanalah inti dari keaslian Papua yang sebenarnya.

Nah, beberapa waktu lalu saya sempat mengunjungi tempat paling eksotis itu. Urusan pekerjaan, sih. Biasa, akhir tahun ternyata seru untuk menyelenggarakan petualangan. Apa lagi kalau bukan karena banyaknya target-target yang belum tercapai. Target-target ini biasanya menumpuk di akhir tahun dan mengharuskan untuk dikejar agar pencapaiannya maksimal.

Lho, mengapa harus ditumpuk di akhir tahun, sih? Kenapa nggak dilaksanakan di awal-awal tahun? Masih banyak waktu, kan? Lalu ngapain aja awal tahun? Nganggur? Ntar aja deh njelasinnya. Sekarang ngomongin petualangan dulu, biar tetap seru dulu!

Ceritanya saya harus mengantar klien saya untuk melakukan tugasnya di sana. Enggak mungkin dia jalan sendiri ke sana tanpa didampingi. Saat itu pembagian tugas sangat ketat, akhirnya saya memang harus menerima tantangan untuk ikut blusukan ke daerah yang konon kabarnya penuh konflik dan keprimitifan itu.

Hari ini mungkin sudah ada sekitar sebulan aku merasakan Internet lemot, baik dari koneksi seluler di ponsel pribadi maupun koneksi kabel di kantor. Hal yang sebenarnya bikin bete banget, karena di jaman Internet ini seakan semuanya sangat tergantung dengan Internet. Untuk memulai pekerjaan juga sudah terpola seperti itu, tidak lepas dari membuka kembali apa yang menjadi hot issue hari ini melalui koneksi yang bernama Internet itu.

Biasanya kita membuka e-mail dulu untuk mencari tugas-tugas yang harus diselesaikan hari ini, kalau tidak ada, baru menyelesaikan tugas lain yang kemarin belum kelar. Tidak jarang di hari kerja kita sering mendapatkan tugas cito alias dadakan untuk diselesaikan hari itu. Tapi kalau Internet tidak bersahabat, sering kali kita tidak tahu. Nanti tahunya sudah terlambat mendekati deadline waktu, akhirnya kelabakan dan hasilnya harus pulang malem untuk menyelesaikannya sampai tuntas.

Kalaupun tidak ada tugas cito, tugas kemarinpun kalau sudah selesai, untuk dikirim juga tidak bisa. Oh, betapa susahnya kalau koneksi Internet bermasalah, pada saat jaman sudah menuntut informasi harus dialirkan seperti halnya streaming.

Itu urusan kerjaan. Kalau hari libur lebih bete lagi. Tidak ada hiburan yang lebih seru daripada bermain ponsel, browsing informasi-informasi yang menghibur, baca-baca berita, atau menuangkan gagasan dalam bentuk postingan di Fesbuk, Twitter, atau bahkan Blog. Padahal salah satu hobi saya itu juga membuat jepretan foto dan mengaplod gambar di Instagram. Kalau Internet lelet, jadi males juga akhirnya bikin foto dan ngetik di blog. Yang pasti lagi, ketinggalan berita!

Lho kan ada sarana lain? Radio, televisi, surat kabar?

Kurang lebih sudah dua minggu lebih saya nggak main-main di Fesbuk. Padahal sebelumnya hampir setiap hari paling rajin main di sana. Walaupun nggak update status, tapi setidaknya komen-komen atau sekedar baca-baca celoteh temen yang kadang bikin geli.

Akhir-akhir ini lemotnya jaringan semakin bikin putus asa. Aplikasi fesbuk yang biasanya menghadirkan berita-berita yang biasanya di-share oleh teman-teman, sekarang tidak terasa lagi. Yang ada hanyalah berita basi yang sudah banyak dikomenin dan sudah nggak dibahas lagi.

Dalam pekerjaanpun, koneksi internet semakin membikin tambah stress. Download lampiran dari e-mail seringkali terputus dan tidak bisa terbuka alias corrupt. Walaupun kadang koneksi terasa begitu lancar, tapi seringkali juga putusnya sedemikian lama. Kalau misalnya saya harus mengirimkan laporan yang sudah mendekati deadline-nya, ini merupakan hal paling memusingkan dan bikin frustasi.

Pada saat yang sama datanglah php (pemberi harapan palsu) berupa hadirnya tekhnologi baru sinyal 4G LTE yang katanya super-cepat. "Sinyal Internet seluler" generasi ke empat "Long Term Evolution" itu pastinya akan diklaim sebagai sarana koneksi internet paling cepat saat ini. Kehadiran koneksi 4G LTE (Long Term Evolution) diyakini mampu meningkatkan produktivitas rakyat disegala bidang.