Still remember the first story about an angel who came in my dream....

At the time I woke up in shock and in wet conditions. I was wet? Oh, no! This wet was just different. I thought of what happened while I was dreaming. Apparently I had a dream to fuck up an Angel, after I catch her up.

 


There were about 5 to 7 people pursued an angel who was flying low. An angel who exhausted reach the sky again. A beautiful angel, but was battered for so long despaired, unkempt.

I myself did not know where I was. Anywhere, in a part of the world there was often an angel falling from the sky. The Angel was deliberately lowered into the earth by gods because of an unforgivable mistake. She was sentenced to be a human being on earth. Only the first man who catch her is that allowed to have it.

Buto Cakil baru saja melarikan diri dari perang kembang. Badannya terasa remuk semua setelah kalah melawan Arjuna. Dalam hatinya tidak pernah terima. Dia sudah berlatih berperang, memperlincah gerakan-gerakannya, mempelajari trik-trik melawan musuh. Tapi tetap saja ia kalah dan kalah. Ia mengeluh kepada para Dewa yang menjadikan takdir seperti itu untuknya. Ia protes. Akankah selamanya ia akan kalah menghadapi si Ganteng yang playboy itu?


Soal wajah memang boleh kalah. Tampang memang sudah dari sononya begini. Mau nyalahin siapa lagi? Nyalahin tukang sungging (tukang pahat) wayang juga nggak bisa. Karena mereka hanya nurut pakem pakeliran (pewayangan) yang berlaku. Jadi ia masih terima dengan wajah yang jelek, dengan rahang bawah yang ekstrem klas 3 itu. Tapi soal nasib dan takdir, ini siapa sebenarnya yang bikin? Sepertinya Tuhan tidak pernah membikin nasib seseorang jadi selamanya ancur begini. Tidak adil kalau hidup seseorang hanya menjadi tumbal bagi yang lainnya. Nasib bisa diubah, kadang diatas, kadang dibawah. Maka iapun menggugat. Kepada Para dewa di kayangan ia tidak pernah didengarkan, iapun menggugat sang Dalang.

Lihat Aku? Sudah tampang jelek, nasib nggak kalah jelek. Padahal dibalik kejelekanku aku ini punya kesetiaan. Aku punya semangat untuk selalu menang. Aku selalu belajar dan berlatih. Karena itulah, sesama pasukanku aku yang terpilih (pilih tanding). Aku selalu mengobarkan semangat perangku untuk selalu menyala. Dan kenyataannya, aku selalu melambangkan tokoh yang pantang menyerah dan selalu berjuang hingga titik darah penghabisan. Tapi kali ini aku melarikan diri untuk satu tujuan, yaitu protes!

Satu hal lagi yang penting: aku bukan tipe orang yang suka mempermainkan hati perempuan. Aku tidak pernah merebut pacar ataupun istri orang.

Apa yang kamu lihat pada si Arjuna itu? Wajah ganteng, punya segalanya. Tapi apa arti kesetiaan baginya? Apakah memang harus demikian jalan hidup untuk menjadi manusia? Menjadi orang yang sukses, dengan harta melimpah, tahta yang terhormat, wanita yang banyak? Satu pasangan tak cukup? Dua simpanan juga tak cukup? Sebenarnya siapa yang Bajingan? Aku atau Arjuna?

Kamu sekarang sebagai seorang dalang, “Ngudhal Piwulang”! Pelajaran apa yang telah kauberikan untuk para manusia? Kau selalu menempatkan aku dalam kebusukan hidup, menjadi raksasa dekil yang tidak disukai wanita. Jangankan untuk merebut hati perempuan seperti si Sembadra; Juminten, janda jelek jerawatan penjual jamu itupun nggak sudi sama aku!

Inikah yang kau sebut takdir? Kurasa ini bukan takdir dari Tuhan! Ini takdir yang sengaja kauciptakan untuk kepentinganmu sendiri. Kaubenarkan segala bentuk keserakahan akan harta, tahta, bahkan wanita! Kaubenarkan perselingkuhan dan hubungan-hubungan tidak sah! Kautiduri wanita-wanita pesindenmu! Lalu dengan keserakahan yang manis itu kaukambinghitamkan orang-orang buruk rupa seperti aku sebagai bentuk angkara murka di dunia ini!

Hmm... dunia memang sudah terbalik sejak dulu! Terserah! Sampai jumpa di Neraka!