Mata terbuka di pagi hari itu, menatap ke langit-langit. Bengong dengan pikiran nyang nyaris kosong, lalu pikiran itu mulai merayap dan akhirnya mengembara. Mimpi semalam begitu indah hingga rasanya ingin melanjutkan lewat angan-angan. Namun ketika tahu bahwa mimpi tak bisa bersambung, hatipun kecewa. Hampa. Tak tahu lagi harus melakukan apa selain diam dan bengong.

Menggerutu di pagi hari hari ketika kenyataan begitu pedih. Ada amarah dan penolakan. Ada pengingkaran dan penyangkalan yang hanya membuat kegetiran semakin dalam. Tak ada lagi yang lebih baik selain terdiam, terpaku dan membisu seribu bahasa. Walau tak sadar air mata ingin saja meleleh membanjiri pipi.

Nafas seakan berhenti sejenak ketika air mata sudah mengering. Rasanya ingin kembali bermimpi dan mengejar impian, tak peduli seperti apa fakta dan kenyataan itu. Hanya sekedar melanjutkan perjalanan. Menerima kenyataan bukan semudah membalikkan telapak tangan. Terjaga dengan kenyataan pahit sungguh sangatlah sulit. Sangatlah berat membiarkan mimpi indah dalam genggaman terbang begitu saja, memupus segala keinginan. Jiwa yang besar harus bisa menerimanya, sadar diri tidak boleh egois. Bagaimanapun, perjalanan harus dilanjutkan dan waktu pasti akan menyembuhkan.

Hidup memang kosong dan hampa. Mimpi pun hanya akan membuat larut dalam kepalsuan. Masih ada banyak mimpi lain yang masih bisa direka untuk menjadi kenyataan. Begitu banyak kesempatan untuk membenahi dan menata diri. Pohon yang tinggi tidak akan mungkin tumbuh tanpa terpaan angin kesabaran dan ketekunan. Melakukan kesalahan itu sudah biasa, tak mengapa juga bila harus mengulangnya kembali dari semula.