Kemarin itu ceritanya kelaparan. Tumben-tumbennya gue bisa merasa lapar. Padahal biasanya tidak pernah. Kalau telat makan, tanda lapar itu biasanya pening di kepala, bukan ndangdutan di perut.

Udah hampir larut malam cari makan memang susah. Hampir tutup semua tempat orang yang berjualan makanan. Disini gak ada yang buka sampai pagi. Lagian kalau ada yang masih buka, menunya sudah tidak lengkap lagi.

"Nasi goreng satu, Mbak!"
"Maaf pak, nasi gorengnya habis."

"Kalau gitu ayam bakar. Satu. Lengkap dengan nasinya."
"Ayamnya juga habis, Pak!"

Daripada perut gue makin merdu kroncongnya, gue gak akan nanya makanan lagi.

"Trus yang ada apa donk?"
"Tinggal mie goreng sama mi kuah, Pak!"
"Bilang dari tadi kek! Ya udah. Mi goreng satu."

Pesan makanan satu saja harus nunggu lama sekali.

Setelah makanan siap, tak ada waktu lagi buat ngiler, langsung sikat! Baru masuk sesuap, sudah terasa pedasnya. Pedasnya nggak main-main pula. 


Sudah tau bakalan suram nih, hari esok....

Tapi karena lapar,
karena udah nunggu lama,
karena udah mau tutup,
karena gak mungkin nyari warung makan lain,
karena gak mungkin pesen baru lagi yang gak pedes,
nggak mungkin juga kan gue mau ngunyah sandal?

Akhirnya mie goreng pedas itu kulahap juga. Sampai titik penghabisan!

Begitulah awal mulanya, kemarin. Terpaksa hari ini kuhadapi sakit perut dengan penuh lapang dada. Akan kujadikan kenangan tersendiri.

0 komentar: