PROKRASTINASI. Aku sudah lama mengenal mengenal istilah ini, tapi baru ngeh beberapa waktu belakangan ini saja lantaran "penyakit' ini tiba-tiba melanda diriku. Padahal sudah lama tahu bahwa tidak ada yang lebih berharga dibandingkan dengan waktu. Emm... maksudku harga untuk sang waktu tidak bisa dibandingkan dengan apapun.
Biasanya ini baru terasa kalau kita sudah terjebak oleh dateline yang mepet. Pada saat itu pasti kita baru sadar kalau waktu kita yang kemarin-kemarin ternyata hanya terbuang sia-sia.


Di dunia ini cukup banyak orang yang suka menunda-nunda pekerjaan atau sering disebut prokrastinasi (ini dari bahasa latin, pro artinya gerakan maju dan crastinus artinya milik hari esok). Alasannya banyak, biasanya hanya karena malas, tapi ternyata ada yang lebih serius dari itu.

Sebuah pekerjaan memiliki konsekuensi penyelesaian yang memerlukan waktu, energi, dan sangat terpengaruh oleh suasana hati. Beberapa jenis pekerjaan akan memiliki "beban" masing-masing untuk menyelesaikannya. Beban inilah yang akan menentukan seseorang akan membuat semacam skala prioritas untuk penyelesaian beberapa pekerjaan tadi.

Merica Masam?
Loh?... Merica 'kan pedas? Bagaimana mungkin merica -atau yang disebut juga lada- berasa masam? Memangnya ada spesies baru? Atau suatu produk rekayasa genetik?

Ini hanya sebuah istilah untuk menggambarkan suatu keadaan. Dalam kesusasteraan Jawa atau Kawruh Basa, banyak dipelajari beberapa cara mengungkapkan suatu kalimat secara tidak langsung. Memang sih kesannya berbelit-belit. Tidak langsung mengarah ke satu tujuan tertentu atau to the point. Tapi begitulah yang namanya sastra. Di dalam karya sastra penggunaan bahasa memang seperti itu.

Sebagaimana karya puisi, pantun dan sebagainya, pasti sarat akan pengayaan istilah. Tapi penggunaannya tetap memenuhi kaidah tata bahasa yang sudah ada.

Dalam bahasa Jawa, merica masam disebut sebagai mrica kecut. Yang dimaksud adalah buah yang bernama wuni. Buah dari tumbuhan liar di kebun berbentuk bulat kecil-kecil layaknya merica, tapi memiliki cita rasa yang masam.

Istilah ini terbentuknya sama dengan istilah-istilah seperti: klapa mudha (kelapa muda) atau degan, balung pakel (tulang [biji] mangga) yaitu pelok, kimpul wulung (talas berdaun ungu) sarilaya, witing klapa (batang pohon kelapa) yaitu glugu, balung janur (tulang daun kelapa) yaitu sada (lidi), dan masih banyak lagi.

Penggunaannya seperti pantun, tapi frase pendahulunya merupakan plesetan dari frase berikutnya. Misalnya begini:
"Wong kok saben dina ngimpul wulung, ngajak sulaya ra uwis-uwis."
Artinya: Orang kok setiap hari mengajak berantem terus, tidak ada habisnya. Nah, disini ngimpul wulung merupakan plesetan dari sulaya, karena kimpul wulung artinya sarilaya.

Aku ingin dunia malaikat dan peri
mana yang baik adalah udara yang bernafas
dan aroma bunga adalah inti dari harmoni
yang selalu hadir
dan kita semua melihat dan merasakan

Aku ingin dunia malaikat dan peri
mana senyum dan ekspresi cinta adalah juru bicara
protes melawan kejahatan

Aku ingin dunia malaikat dan peri
Aku ingin menjadi cahaya dan syukur
Aku ingin menari dalam angin
dengan bunga yang terbang dari pikiranku

Aku merasakan kegembiraan dunia sihir
cinta universal
ingin bermain dengan anak-anak yang tidak pernah tumbuh
dan bermimpi hari kami manusia melihat
dunia unik malaikat, peri dan binatang mitologis

tidak selalu di mana para penyihir yang jelek dan sedih atau pahit
tapi hanya penyihir
cukup bijak dalam bekerja dengan bahan yang besar
bahwa alam itu sendiri menyediakan

Ah ... Aku ingin dunia
dengan peri, elf, malaikat dan putri duyung
Dimensi ini akan bernyanyi
dan suara Aku selalu mendengar

hanya kirim karena Aku lagu
yang paling penting di dunia ini adalah cinta ..
oleh cinta ...