disini semata
serangkaian duri yang terkubur
di sepanjang pantai
pasir panas yang terhampar
melelehkan jejak-jejak perjalanan
jauh dari biduk dan kepulauan
berarak awan
seperti gelombang pasir
hilang menelan manis
di dalam hutan

sebuah lorong bergema
burung-burung berkicau dalam mimpi
tentang tanah merah di seberang
panorama lama yang pernah kukenang
kutenggelamkan dan enyah

tidak pernah menyangka begitu sulitnya mempercayai api agar terus menyala di tengah badai, melarutkan kehangatan di setiap denyut dan ayunan langkah agar senantiasa sedemikian adanya
mengabdikan diri pada keabadian yang selalu diterkam oleh kenyataan yang mengharuskan untuk tersendat
tentu saja tidak boleh dirundung keluh manakala kegaduhan menghimpit secara simultan dari berbagai arah
walau akhirnya di sepanjang pantai hanya ada torehan-torehan di atas pasir, enyah tersiram ombak, tak berbekas
setitik bintang di ufuk sekarang tidak lagi bisa menunjukkan kemana harus berlabuh, karena haluanpun tidak jelas ke mana tujuan

aku masih disini, di pantai yang kaujanjikan untuk menemukan surga cinta yang berpacu bersama sang waktu
dari dulu aku masih di pantai ini, berharap malaikatmu akan turun mengirim salam dan mengusir kegalauan
atau bidadarimu yang halus, mulus, putih serta harum dan bersinar itu akan menjemputku untuk sekedar mengajakku menghirup teduh sayap-sayapnya yang wangi, atau sekedar mengirimi aku bunga, atau apalah...

sama saja, masih hitam juga pucuk-pucuk cemara yang rimbun menutupi gunung
masih terdampar dan terus terkapar, menjauh.

Yaah... BBM naik kok malah hore? Seneng ya? Nggak sih... Siapa yang seneng coba? Habisnya sudah capek menggerutu, nih. Biar demo-demo sampai mati juga pasti tetep naik 'dah! Mendingan hore sajalah.

Masalahnya kalau harga BBM naik tuh bukan hanya bahan bakar berupa minyak saja yang naik. Gas juga pasti naik, angkutan umum juga taripnya naik, bahkan sembako juga pasti ikutan naik harga. Kalau begini siapa yang bahagia?

Yang bahagia bisa jadi orang yang nggak ngeh dengan kenaikan BBM. Tapi di jaman kayak gini, siapa yang nggak ngeh? Kalau dulu orang masih pada naik sepeda onthel, kendaraan umum masih berupa kereta kuda, barangkali saja masih ada orang yang tidak masalah dengan kenaikan BBM. Kalaupun ada pengaruhnya pada kenaikan harga bahan pangan yang tidak terlalu besar. Tapi itu dulu, jaman kuda gigit besi. Sekarang ini jamannya kuda gigit roti, barangkali bukan manusia kalau tidak terpengaruh kenaikan harga BBM.

Tapi hidup ini kan selalu harus dihadapi. Kalau pemerintah bersikeras menaikkan harga BBM tentunya ada alasan yang cukup kuat untuk itu. Ini bukan berarti dalam hal ini saya pro pemerintah lho. Saya hanya berposisi sebagai pihak yang mencoba survive dengan keadaan, bagaimana menyikapi sesuatu dengan sebaik-baiknya, sepositif mungkin yang saya bisa. Jadi hidup harus tetap indah dan seksi 'kan?

Kendaraan bermotor sudah semakin banyak, kemacetan sudah menjadi masalah kronis yang tak kunjung bisa dipecahkan. Setidaknya mengurangi jumlah kendaraan bermotor yang berlalu lalang di jalan bisa mengurangi macet. Yang masih bisa naik sepeda onthel ya silahkan nggowes, disamping lebih sehat, ya irit energi, mengurangi polusi udara, mengurangi macet juga.

Mungkin lagi musimnya, hujan hampir tiap hari turun. Udara dingin, tapi kadang panas lantaran mendung. Jalanan yang biasanya penuh debu sekarang jadi penuh genangan air keruh. Sepertinya saya jadi punya kebiasaan baru, yaitu mencuci kendaraan pribadi. Saya harus bangun lebih pagi agar bisa mencuci bersih "rata kresna" tunggangan saya itu. Sebab kalau tidak dicuci, kotornya tampak sekali. Pada jam tertentu di pagi hari kalau biasanya saya membenahi selimut, kali ini harus bangkit untuk bermain semprotan air di depan rumah.

Ternyata dengan bangun lebih pagi, pikiran jadi lebih fresh. Nggak tahu ya, mungkin karena sebelumnya dibiasakan untuk tidur terlalu lama, otak jadi malas berpikir. Tapi dengan bangun lebih awal, otak sepertinya juga akan bekerja lebih awal. Dengan begitu rasa-rasanya tuh, jadi lebih siap dalam menghadapi hari.

Selama ini paling terasa kalau hari Senin. Banyak orang tidak suka hari Senin lantaran pikiran masih terbawa suasana libur panjang dua hari sebelumnya. Dengan model kelembaman ala Newton, otak maunya juga malas terus. Senin pagi, bangun kesiangan, nggak siap dengan aktivitas hari itu. Lantas ada istilah I hate Monday. Lalu banyak upaya juga mengubah paradigma itu menjadikan istilahnya I love Monday, Happy Monday, dan sebagainya.

Sudah beberapa hari ini otak saya juga rupanya bekerja lebih awal dari biasanya. Ada beberapa ide muncul begitu saja tanpa diduga. Senin pagi biasanya datang di kantor dengan mata sembab, otak masih kosong, kali ini saya tiba di kantor paling awal. Bibir tersungging senyuman merasakan indahnya pagi itu. Beberapa teman kerja yang kemudian datang ke kantor dengan muka kusut, mata bengkak, rambut basah, tak terhindar dari senyumku yang lebar itu. Bukannya membalas senyum malah menatap kosong tanpa ekspresi, membuat senyumku tambah lebar dan akhirnya akupun tertawa dibuatnya. Habis, lucu sih! Melihatku tertawa malah dia mengernyitkan dahi dan menatap curiga. Akhirnya bertanya, "Apanya yang lucu?" "Hehe Hehe... Nggak!"