Aminah, mungkin begitulah nama aslinya. Dia sering dipanggil Minah saja atau sebagian orang memanggilnya Mimin. Perempuan muda berhati emas itu selalu menyusuri jalan hampir di setiap pagi menuju pasar. Langkahnya anggun, selalu mengenakan baju rapi dengan bawahan warna-warni yang menutupi hingga ke bawah lututnya. Sesekali tertiup angin, roknya itu selalu berkibar-kibar memperlihatkan betisnya yang indah bagai pualam. Mengingatkan semua orang pada betis Ken Dedes yang memikat hati Ken Arok. Siapa yang tidak tahu kisah betis yang melegenda dari negeri Singasari itu?

Wajahnya yang sejuk, menentramkan hati setiap orang yang memandangnya. Apalagi senyumnya yang selalu membuat hati tergoda. Sekali tersenyum, barangkali berjuta bintang langsung berguguran di pangkuannya. Penampilannya sederhana. Tak nampak seperti perempuan kebanyakan yang gemar merias wajah berlebihan. Rambutnya diikat di belakang kepala, ujungnya terurai dan melambai-lambai di belakang punggungnya. Menambah keanggunan perempuan itu.

Seperti biasanya, pagi itu dia pergi ke pasar berjalan kaki. Walaupun mungkin dia bisa naik ojek atau membawa motor sendiri, tapi jalan kaki dia rasa lebih menyehatkan. Ia juga tidak pernah khawatir bahwa matahari akan membakar kulitnya yang kuning bagai langsat. Sinar matahari pagi bisa menjaga kesehatan kulit dan tulang belulangnya. Barang belanjaannya ditenteng di tangan. Tidak banyak, hanya kebutuhan sehari-hari yang selalu habis dikonsumsi. Dia tahu, makanan yang selalu baru bisa lebih menyehatkan.