Duduk sendiri di pojokan
Memeluk rembulan

Gue nggak ngerti alur cerita ini
Tahu-tahu aja gue disini
Tersesat di ujung sunyi

Gue nyoba aja memetik gitar
Nurutin hati gue yang ingin nyanyi
Gue tahu suara gue jelek
Tapi bukan suara gue yang ingin gue perdengarkan
Hati gue ini, lho. Menjerit terus...

Lagunya ya, yang kemarin sore itu
Lagu lama, sih. Sekalian aja mau flash back
Lagu baru gue banyak yang gak ngerti (kuncinya)

Gue mulai meraung
Senar gitar gue aja nyaris putus
Tetangga gue terganggu
Gue mau dilempar batu
Tapi mereka masih baik hati
Tahu kalik, kalau gue lagi kumat?

Gue tau mestinya gue harus begitu-begitu
Bukan malah begini-begini
Ya sori saja, sebenarnya gue sadar sih
Kalau gue itu salah
Mestinya gue introspeksi. Gitu, kan?
Tapi nyatanya gue belum bisa insaf sekarang


Ngapuranen aku, ya, Nimas?
Amarga mangajab ing pepisahan iki
Mungguh aku mangerteni rasa tresna ing atimu
Nanging kabeh wis mokal bisane kelakon

Nimas, lali-lalinen aku saka sajroning atimu
Lalenana uga reronce critaning katresnan kang wingi
Aku ora ngira uga kabeh bakal kaya mangkene
Nimas, coba mangertenana wae

Ngapuranen aku sepisan maneh,
Nadyan sliramu isih ing atiku
Nadyan tresnamu isih rumaket
Sing gedhe ngapuramu, Nimas!

Aku ngerti laraning atimu
Nanging percayaa marang aku, Nimas!
Sliramu bakal ketemu katresnan
kang luwih becik tinimbang aku

Waktu masih ABG dulu, saya punya banyak energi untuk melakukan berbagai hal. Saya juga punya banyak waktu untuk itu. Yang tidak saya punya adalah uang. Keuangan masih bergantung sama orang tua.

Setelah sekarang saya bisa mendapatkan uang sendiri, saya tidak punya banyak waktu untuk melakukan hal-hal selain pekerjaan saya yang menghasilkan uang itu. Tentu saja saat ini energi saya masih sangat cukup untuk melakukan banyak hal.

Nanti kalau sudah pensiun, menginjak lansia, giliran energi yang lemah. Uang mungkin masih ada. Waktu yang tersedia sangat berlimpah.

Nah, kalau digambarkan dalam bentuk tabel, kira-kira seperti yang berikut akan kita lihat.

Hampir semua orang memiliki pola yang sama. Rata-rata begitu. Kalau kita menyadari hal ini lebih awal, kita bisa menentukan sikap agar di setiap rentang masa itu kita bisa menikmatinya dengan sempurna.

Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah mengantisipasi masa berikutnya. Kita perlu mempersiapkan diri menyongsong masa berikutnya dengan tujuan agar masa selanjutnya itu tidak menemui kegagalan.

Jadi ketika masih abege, dimana energi dan waktu kita masih banyak, kita harus mengantisipasi suatu periode dimana waktu kita akan banyak tersita. Bagaimana caranya agar waktu yang ada dapat digunakan secara efektif, juga efisien.