Beginilah kalau kita hidup di jaman yang serba tanggung.
Sebagian orang mengklaim kalau jaman ini adalah jaman modern dimana semua serba canggih, serba cepat dan serba hebat. Tapi sebenarnya modern sendiri itu apa? Sepuluh tahun yang lalu kita mengatakan bahwa jaman saat itu juga jaman modern, tapi toh belum ada tekhnologi yang seperti sekarang ini.

Tekhnologi informasi yang berkembang secepat inipun masih jauh dari kekurangan. Jaman terus berkembang dan modernitas hanyalah relatif. semuanya masih berkembang dan yang kita nikmati sekarang ini adalah tekhnologi yang seba tanggung. Semuanya masih berkembang, berkembang dan berkembang. Tak ada yang memuaskan sesuai harapan 100%.

Kita sudah menikmati Internet ini lebih dari 10 tahun, tapi sampai saat ini masih saja banyak hal-hal yang selalu menjadi problem klasik. Koneksinya tidak lancar, putus-putus, trus biayanya masih mahal juga. Registrasi gagal karena suatu gangguan yang ada pada koneksi jaringan. Pada saat saya memposting tulisan ini, saya telah mencoba untuk masuk jaringan internet selama 30 menit! Sementara situs lain yang sedang kucoba membukanya, masih saja waiting for http://www. ...

Barusan temanku juga mengeluh bahwa ia kecewa telah mengisi ulang telepon seluler prabayarnya, yang ternyata gagal tanpa sebab pasti. Voucer isi ulang sudah terbeli dari kocek yang pas-pasan, sudah digosok, entri angka sampai 3 kali hampir terblokir. Alhasil tidak berhasil dan merelakan uangnya raib tanpa memperoleh apa-apa. Tekhnologi masih primitif, memang!

Apa mungkin karena aku tinggal di daerah yang tanggung juga ya? Mungkin kalau aku tinggal di perkotaan di Pulau Jawa sana mungkin tidak akan separah ini. Saat ini aku tinggal di daerah yang naggung juga sih! Apa yang bisa duharapkan dari Kota Gorontalo pada tahun 2008 ini? Belum banyak! Gubernurnya saja bukan orang asli sini, malah orang Ternate. Dengan kata lain orang yang diharapkan jadi nomor satu di Provinsi ini masih kalah dengan orang Ternate. Sudah cukup bagiku mengenal Ternate selama kurang lebih dua tahun dengan tinggal disana. Padahal disana lebih parah! Mahalnya didepan, mutunya belakangan. Lagi pula tidak banyak pilihan. Kalau mau surfing Internet disana harus mengeluarkan uang sepuluh ribu rupiah per jamnya, itupun hanya dua warnet yang ada disana. Sementara di Jawa saat itu rata-rata masih Rp. 3.000,oo per jam. Kalau mau pakai GPRS, hanya ada dua operator seluler GSM yang ada disana. Yang lain entah kapan mau masuk. CDMA segera hadir! Mulai saya datang pertama kali lalu tinggal selama dua tahun, sampai saya pergi dari sana bunyinya sama saja: "Segera Hadir!" Payah loe!

Mungkin saja di Jawa sendiri saat ini meskipun tekhnologinya lebih maju, tetap saja tanggung! Saya yakin koneksi 3G yang saat ini menjadi primadona masih juga terputus-putus. Habis tanggung sih! Iklannya aja yang gede, tapi setelah semua pakai 3G nah, padat jaringannya. Tekhnologi pasca 3G katanya baru dikembangkan, tapi belum juga bisa dinikmati secara luas. Nanggung juga tuh!

Kita juga yang akhirnya dirugikan. Maunya dapat yang bagus, yang memuaskan, dapatnya malah payah. Tapi salah kita juga mengapa harus tergesa-gesa memakai produk tekhnologi yang tanggung.