Kalau lagi di penghujung tahun begini rasanya segala sesuatu berjalan begitu cepat. Tak terasa sudah sedemikian banyak yang telah kita lewati. Anak-anak kita semakin besar dan kitapun semakin tuwir. Rasanya belum puas menikmati masa muda, tapi apadaya. Malang tak bisa diraih, mujur tak dapat ditolak. Segala sikap dan perbuatan kita juga harus menyesuaikan dengan usia. 

Dulu sewaktu muda suka berbuat seenak pantatnya sendiri, sekarang harus lebih santun dan bijaksana. Dulu hobinya teriak-teriak di kamar mandi nyanyiin lagunya Metallica, sekarang lebih sering mengalunkan syairnya Ebiet G Ade. Jadi ilmunya mengikuti ilmu padi: makin matang makin merunduk. 

Walaupun adakalanya hati suka berontak, tidak menyadari kalau usia semakin senja. Alasannya, biar tua tetap berjiwa muda. Ikut-ikutan gaul, bahkan ikutan 4L@1. Jadi ilmunya ilmu keladi: tua-tua keladi, makin tua makin menjadi.

Maaf lama nggak menyapa kawan,
dan engkaupun mungkin 'dah tahu mengapa.

Seperti yang engkau katakan,

Kehidupan kita lima atau sepuluh tahun yang akan datang (bahkan kehidupan setelah mati) sangat ditentukan oleh 'Referensi', yaitu buku yang kita baca, acara yang kita saksikan, dan orang-orang yang kita temui. Untuk itu, jangan salah memilih buku, acara yang anda saksikan, serta memilih sahabat anda.

Pilihan Anda akan suatu referensi memiliki pengaruh yang paling besar terhadap keberhasilan Anda dibandingkan dengan hal-hal yang lain.

Aku hanya orang yang ingin menjadi baik, maka harus aku hindari referensi yang menjauhkan dari kebaikan. Walaupun aku belum tahu apakah aku telah melakukannya atau belum.

Hari yang indah nih. Apalagi ini tanggal 12 bulan 12 tahun 2012. Terlalu indah buat dilewatkan begitu saja. Berharap hari ini ada sesuatu yang bisa dishare. Tapi apa ya? Kalau kamu ngapain? Nyiapin liburan ya? Emang liburan ntar mau kemana? Ke luar negri donk, pastinya? Kan sudah urus paspor segala macem, udah nabung, udah disiapin tiket dan segala rupa, tinggal finalisasinya. Begitukah?

Hebat donk? Selamat berlibur saja deh. Selamat bersenang-senang! Tapi bagi yang belum sempat ke luar negri, santai saja. Wisata dalam negri juga nggak kalah menarik kok. Barangkali diantara kamu justru ada yang lebih suka melakukan hal-hal yang tidak berbau hura-hura, buang banyak duit begitu. Misalnya nih: mendaki gunung, kemping, atau mau berkontemplasi di pinggir pantai yang sunyi?

Wow, asik tuh? Pelepas penat setelah setahun menjalani aktivitas rutin, bagi yang sekolah, yang kuliah, yang  jadi kuli (baca: pelayan masyarakat), wajar donk kalau ada momen yang harus kamu miliki untuk diri sendiri di akhir tahun ini.

Mungkin saat ini kamu masih sempat melihat "Pusaran Batin" saya di Sidebar sebelah kanan ini. Tampilannya kalau belum berubah seperti gambar berikut di sebelah kiri. Bagi pengguna iOS memang tidak pernah bisa melihatnya. Bagi pengguna Android atau Windows masih bisa.

Kemarin Pusaran Batin itu tidak kelihatan, hanya judul saja, trus di bawahnya putih kosong belaka. Padahal seharusnya ada tulisan berputar pada waktu ada pointer mouse yang didekatkan ke area Pusaran Batin itu. Tulisan itu berisikan kategori-kategori yang saya cantumkan di setiap postingan. Saya juga baru memasangnya sekitar awal tahun 2012 ini. Padahal Fitur itu sudah dikembangkan sejak sebelum tahun 2008. Ketinggalan banget yah?

Usut punya usut, ternyata hal itu terjadi karena fitur ini tidak lagi dikembangkan oleh sang penemu, yaitu Mas Roy Tanck. Adapun beberapa alasannya diungkapankan dalam salah satu postingan di blognya: I’ll no longer be developing WP-Cumulus beberapa hari lalu. Sayapun sempat putus asa. Kiamat sudah, Pusaran Batin ini. Tidak akan ada pusaran yang indah lagi, apalagi yang seksi!

Klik di gambar ini untuk melihat video di YouTube
Saya juga punya hobi satu lagi. Hobi saya ternyata banyak. Hobinya aneh-aneh. Salah satu hobi yang belum pernah tersalurkan adalah: mancing. Sepanjang hayat, kalau dihitung saya hanya beberapa kali saja melakukan aktivitas yang disebut memancing ini. Padahal suka banget. Mungkin karena perlu waktu khusus, jadi selama ini ya memang tidak sempat. Dibutuhkan waktu yang benar-benar longgar dan tenang. Karena memancing itu mesti dilakukan dengan persiapan khusus, dilakukan dengan penuh kesabaran dan belum tentu langsung dapat ikan.

Yah, ingat mancing jadi ingat betapa lama saya tidak menikmati kehidupan di alam terbuka. Menghirup udara bebas di alam yang masih hijau segar, atau menghirup angin pantai yang sejuk dengan rinaian ombak dan tempias air laut. Juga gemericik air yang mengair, yang sebagian jatuh di grojogan kecil atau pancuran alam. Huu... Jadi rindu deh.

Selama ini kebanyakan cuma ngantor dari pagi sampai lewat jam pulang. Di luar itu cuman main di mol, nongkrong di tempat makan, sampai di rumah tidur lagi. Kalaupun ada waktu senggang seperti ini paling-paling ya buka-buka internet, masuk ke kehidupan maya, atau kalau nggak ya download lagu, ngeblog, ngutak-atik gambar, video, musik, pokoknya nggak jauh-jauh dari berhala (baca: gadget) digital semacam laptop, henpong, tablet, puyer dan sirup.

Tapi saya selalu bingung kalau ditanya hobi. Pasalnya hobi saya yang seabreg itu tidak pernah saya jalani secara konsisten. Apalagi sampai menyeriusinya, menghasilkan uang juga nggak. Alasannya sih, biasa. Klise. Yaitu: sibuk kerja. Paling-paling sebagian dari hobi itu tersalur sebagian di dalam menunjang pekerjaan di kantor. Misalnya, kalau lagi mengadakan event-event semacam pertemuan gitu, saya kebagian bikin spanduk. Dengan bangganya saya membuat desain spanduk sendiri, lalu dengan tanpa dosa saya juga mendonlod gambar-gambar yang sekiranya ada hubungannya dengan kegiatan event yang sedang diselenggarakan untuk sekedar penghias latar belakang atau ilustrasi.

Kalau kebetulan kegiatannya berupa olah raga, ada acara bagi-bagi kaos, saya juga yang kebagian mendesain gambar atau pesan tulisan (tema kegiatan) untuk disablon di kaos itu.

Sayangnya saya tuh nggak ngerti, kegiatan seperti itu apa istilahnya. Nggambar, enggak. Desain grafis, kok kayaknya lebay. Walaupun mungkin itu istilah yang paling mendekati. Jadi saya masih selalu bingung ketika ditanya hobi.

Pernah ketika saya harus melengkapi formulir biodata untuk perusahaan tempat saya bekerja, saya terhenti lama di isian yang menayakan hobi. Saya sempat mikir lama disitu. Akhirnya yang saya tuliskan hobi saya yang saat itu lagi nyangkut dalam ingatan, yaitu: video editing.

Terserah kamu membacanya gimana judul diatas. Yang jelas orang yang bernama Aceng kini mendadak jadi buah bibir di berbagai media massa.  Mulai dari media cetak, media elektronik, televisi, radio, kulkas. Bahkan sampai ke media luar negeri!

Adalah Aceng HM Fikri, nama lengkap Bupati Garut Jawa Barat ini menikahi seorang gadis secara siri, lalu menceraikannya dalam waktu hanya empat hari sesudahnya. Bikin koprol dan wow saja nih, orang!

Kalau belum cukup buat kamu bilang "wow", perlu saya sampaikan juga bahwa ini perceraian hanya dilakukan lewat sms, trus alasannya karena sang gadis sudah tidak perawan. Gila kan? Gadis yang dinikahinya nih, umurnya baru 18 tahun. Masih bawah umur, Coy! Gadis kencur ditipu mentah-mentah nih sama sang pejabat. Jadi janda kencur deh, kamu!

Tentunya itu yang menjadi pemikiran semua orang sekarang ini. Masa'sih sudah tidak gadis? Lalu membuktikannya gimana? Toh dia juga sudah apain saja si gadis selama empat hari nggak ada orang yang tau kok!

Teramat susah bagi dunia medis menuduh seseorang "tidak perawan" lagi. Ini dengan mudahnya orang yang tidak punya kompetensi medis bisa mengatakan bahwa sesorang sudah tidak perawan. Opo tumon?!

Yang jelas ini orang sungguh arogan. Tindakan Aceng yang menceraikan istri sirinya, Fany Oktora melalui SMS hanya empat hari setelah menikah dengan alasan sudah tidak perawan lagi, sudah dianggap melecehkan kaum perempuan. Terlebih, gadis yang dinikahi masih termasuk di bawah umur. Tambahan lagi, sang Pejabat masih terikat pernikahan sah dengan istri pertamanya.

Waw! Heboh pokoknya. Kemarin saya juga sempat nonton siaran televisi. Begitu kecewanya masyarakat Garut dengan perilaku Bupatinya itu. Apalagi mereka yang sempat memilihnya pada Pilkada sebelumnya. Merekapun beramai-ramai melakukan demo. Bahkan saya lihat seorang aktivis ibu-ibu membawa beberapa CD (celana dalam) wanita bekas, yang "dijemurnya" di pagar pintu gerbang kantor Bupati Garut.

Saya juga tidak begitu paham apa makna dibalik celana dalam itu. Yang jelas tindakan tersebut minimal telah mempermalukan Aceng Fikri sebagai seorang Bupati yang seharusnya dihormati. Apalagi CD tersebut sebagian juga ada yang diletakkan di atas gambar Aceng ketika dilantik menjadi Bupati.

Barangkali kalau Aceng bukan seorang Bupati, mungkin dampaknya tidak akan menjadi begini. Mungkin saja kisah serupa ini juga banyak terjadi di kalangan orang-orang yang tidak terkenal. Tapi lantaran karena  terjadi sama si Aceng, maka segalanya jadi ikut mendadak ngAceng!

Akhirnya saya mengakui kalau saya memang lagi "kurang kerjaan". Mikirin hal-hal yang nggak penting, itu ternyata menjadi hobi saya sejak lama. Saya juga baru menyadari hal ini.

Saya merasa otak saya ini tidak pernah berhenti berpikir. Dia terus berpikir sepanjang waktu, kecuali mungkin ketika sedang tidur dia baru berhenti berpikir dan beralih ke alam mimpi.

Saya tidak tahu apakah setiap orang juga seperti saya, atau memang khusus orang-orang bego saja. Atau jangan-jangan ini salah satu ciri gangguan atau semacam bakat adanya gangguan berpikir. ABG kali? (Ada Bakat Gila)@*#:-(

Namun berhubung orang-orang di sekitar saya menganggap saya normal, atau setidaknya masih dalam batas normal, ya tentunya saya percaya dan selalu menduga kalau saya memang normal. Terbukti juga saya bisa berfungsi sebagai manusia di tengah-tengah manusia lainnya. Bahkan alhamdulilah, saya masih pantas disebut "berguna" bagi orang-orang di sekitar saya, terutama keluarga dan lingkungan kerja.

Alhamdulilah juga saya tidak pernah memerlukan pemeriksaan atau kontrol ke spesialis saraf atau jiwa. Artinya, selama ini otak saya baik-baik saja. Atau jangan-jangan saya tidak punya otak? Bagaimana saya tahu? Saya sendiri belum pernah melihat otak saya. Belum pernah juga menjalani foto Rontgen ataupun CT Scan otak. Hanya lantaran saya bisa berpikir, maka kesimpulannya saya punya otak. Tapi tetap saja saya ragu, jangan-jangan otak memang organ yang membuat kita menduga bahwa kita bisa berpikir?

Tapi semenjak saya belajar untuk bisa selalu berpikir positif, sayapun bersyukur memiliki otak yang selalu berpikir. Karena belakangan saya sering menemukan bahwa ternyata orang-orang tertentu tidak seperti saya. Beberapa orang ternyata sering mengalami kekosongan pikiran. Mereka inilah pada situasi tertentu bisa rentan "kerasukan jin", mudah terhipnotis, atau gangguan lainnya yang salah satu predisposisinya adalah kekosongan pikiran.

Meskipun otak saya suka berpikir, bukan berarti otak saya hebat. Terbukti dari dulu saya begini-begini saja. Terlalu banyak orang yang otaknya lebih hebat dari saya. Atau mungkin karena saya terlalu malas sehingga segala pemikiran itu hanya sekedar pemikiran hampa yang tidak berguna, semacam memikirkan persoalan telur dan ayam ini. Tetapi bisa juga karena pemikiran saya terlalu jauh, sehingga fisik saya tidak mampu menjangkau segala hal yang ada di angan-angan.

Sayapun enggan memikirkan hal-hal yang terlalu serius atau detil. Bahkan saya membenci permainan catur, sebuah permainan yang sarat pemikiran dan strategi itu. Apalagi kalau harus berdebat, saya paling benci itu. Kadang melihat atau mendengar perdebatanpun saya tak sanggup.

Selamat pagi, Dunia!

Wuih, kok dunia?

Ya nggak papa to, emang knapa?
Biarpun jarang update, tapi pengunjung blog ini stabil dan cenderung naik. Dari statistik yang sempat saya lirik, pengunjungnya ternyata nggak hanya penduduk Indonesia. Amerika, bahkan Suriname menempati posisi atas jumlah pengunjung setelah Indonesia. Waaa... Hebat kan?

Gitu aja hebat?

Belum bisa dikatakan hebat ya? Ya sudah, nggak usah bilang "Wow!" deh! Tapi saya bangga, gitu lho! Orang Suriname baca blog saya trus yang dicari apa, coba? Oh, mungkin beberapa postingan yang berbahasa Jawa, kali ya? Konon kan kabarnya penduduk Suriname ada yang asal Jawa, mengerti bahasa Jawa juga.
Halo, Suriname! Yen kon ngerti bahasaku mbok ayo kekancan neng Fesbuk tah!
Dari beberapa literatur yang saya baca, bahwa Orang Indonesia (terutama Suku Jawa) sudah bermukim di Suriname sejak tahun 1880-an atau pada abad ke-18. Keberadaan Orang Indonesia di Benua Amerika ini karena dibawa oleh Kolonial Belanda yang menjajah di Negeri kita pada jaman dahulu, tentu saja untuk dijadikan sebagai pekerja pada perkebunan dan pengolahan kayu yang dibuka oleh Belanda.

Nih, statistik negara-negara pengunjung. 
Belanda juga menempuh berbagai cara untuk mendapatkan tenaga kerja dari Indonesia, diajak dengan bujukan, paksaan, bahkan banyak diantara mereka yang diculik agar dapat dibawa dan diangkut dengan kapal menuju Suriname. Ribuan Tenaga kerja yang diambil oleh Belanda bukan melulu dari etnis Jawa, berbagai macam suku etnis di Indonesia juga ikut diambil. Namun pada akhirnya merekapun berbaur jadi satu dengan menggunakan bahasa Jawa.

Masih secara blogwalking, saya dapati bahwa di Suriname orang Indonesia tersebar dibeberapa daerah atau kampung yang gampang dikenali. Karena kampung mereka masih menggunakan nama-nama dalam bahasa Indonesia seperti Desa Tamansari, Desa Tamanrejo dan semacam itu. Untuk mengingat akan tanah air Indonesia, selain dengan menggunakan nama-nama Jawa untuk pemukiman, mereka juga berdialog dengan menggunakan Bahasa Jawa.

Mungkin ada beberapa istilah yang kurang pas kedengarannya di telinga kita, itu disebabkan oleh pengaruh bahasa Belanda dan Bahasa Tongo. Namun hanya pada percakapan saja yang kedengaran lucu, namun (katanya) akan dapat dimengerti dengan baik oleh orang Jawa bila mendengarnya. Fonologi bahasa Jawa Suriname menggunaan dialek Kedu yang menjadi bahasa induk Warga Negara Suriname asal Indonesia yang tentunya tak jauh berbeda dengan Bahasa Jawa yang baku.

Ketika saya googling kata "suriname" untuk pertama kalinya, saya terkesan dengan gambar yang nongol seperti di bawah ini:

Akhirnya aku berkesempatan untuk melihat Bali. Yah, menyedihkan memang! Hari gini belum tau Bali. Baru tau sekarang. Tapi apa daya, ini kenyataan.

Keindahan pulau ini sudah terdengar di telinga saya sejak duduk di bangku SD, waktu itu sekitar tahun 80an. Lewat pelajaran sekolah, lewat media cetak maupun televisi. Sekarang di tahun 2012 baru lihat. O, gini to yang namanya Bali.  Jujur saja waktu itu dalam bayangan saya jauh lebih indah. Media cetak belum banyak warna-warni seperti sekarang ini. Apalagi televisi, masih hitam-putih. Itupun hanya televisi milik pemerintah.

Tapi ya itu, seperti dugaan saya, Bali sekarang pasti sudah beda dengan yang dulu. Yang sekarang pastilah sudah tak seindah dulu. Dalam hal ini alamnya lho! Keindahan alam sudah tergantikan oleh keindahan hasil karya manusia: gedung-gedung baru, jalan-jalan tembus yang baru, dan yang pasti semua itu lebih mendominasi keindahan alamnya.

Saat ini baru itu yang kulihat. Kalau begini sih, apa ada bedanya dengan kota-kota besar lainnya? Hanya berbeda di ciri khas ukiran dan patung-patungnya saja yang turut menghiasi setiap bangunan arsitektur di mana-mana.

Begitu datang di bandara, gedung terminal Ngurah Rai saja sedang direnovasi, masih tampak berantakan. Abis itu, keluar bandara jalanan macet total, panas, berdebu, tampak banyak perkakas seperti kayu-kayu, besi dan seng di sela-sela pembatas jalan yang memenuhi pemandangan lantaran jalan raya itu juga sedang dalam perbaikan.

Lantas dimana indahnya? Untungnya saya sudah tidak menaruh ekspektasi yang terlalu tinggi untuk menikmati keindahan Bali yang legendaris itu.

Yah, superfisial memang. Yang kulihat juga hanya itu. Toh saya ke sini juga bukan dalam rangka wisata. Hanya memenuhi instruksi dari pimpinan perusahaan tempat saya bekerja, untuk mengikuti sebuah pelatihan yang kebetulan diadakan di Bali. Empat hari di Bali sudah full acara pelatihan dari pagi sampai larut malam. Kalaupun masih ada waktu ya cuman buat istirahat, sudah capek!

Halooooooo....?
Apa kabar duniaaa?
Lama tak berjumpa nih!
Maklum lagi sibuk di dunia nyata!
Hahahaaa...

OK, deh! Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya karena rahmatNyalah kita masih bisa bertemu di blog saya yang bersahaja ini untuk sekedar membaca tulisan dalam rangka say hello dan say something.

Barangkali kalau bukan hari penting nih, saya juga belum mau nongol. Berhubung hari ini kembali jadi hari bersejarah bagi saya, maka sayapun menyempatkan diri untuk mengetik. Tak, tik, tak, tik, bunyi kibod saya. Walaupun cuman kibod virtual, tapi sengaja dikasih click-sound biar efeknya lebih mantap!

Hari bersejarah? Yup! Sembilan belas Oktober sekian tahun yang lalu adalah hari lahir saya. Sori, tahunnya nggak usah disebutin, ya? Malu, dah tua soalnya! Dah om-om nih!

Walaupun sebenarnya nggak perlu malu sih. Kan nggak ada alasannya untuk malu? Tapi nggak tahu juga kenapa orang suka malu kalau diketahui umurnya. Bahkan di setiap penampilan profil di media sosial semacam Facebook dan kawan-kawan biasanya ada fitur untuk menyembunyikan tahun kelahiran. Nah, pasti tetep ada alasannya donk?

Mungkin malu itu memang berlaku bagi mereka yang pada usia tertentu belum mencapai visi tertentu pula. Nah biasanya ada semacam standar yang berlaku bahwa di usia sekian harus sudah mencapai level sekian, tentu saja ditinjau dari aspek kehidupan yang beraneka ragam. Anggaplah contoh mudahnya aspek kehidupan yang saya maksud adalah karir, kekayaan, cinta, ataupun tingkat pendidikan.

Pada umur sekian kok karirnya masih mentok sampai disitu, tentu malu donk? Usia segitu kok belum berkeluarga? Nggak laku donk? Nah, begitulah kira-kira alasannya kenapa kemaluan itu ada. Hohohooo... Kemaluan?

Karena bersyukur itu wajib, maka ya sebaiknya bersyukur saja. Itulah mengapa di awal tulisan ini saya ajak Anda semua bersyukur. Supaya inget bahwa kenikmatan itu sudah banyak kita terima. Walaupun hidup kadang terasa pahit, tapi dengan bersyukur kepahitan itu nggak akan lama. B'ner deh!

Walaupun di sisi lain kita juga harus inget, bahwa semakin tua usia kita berarti makin dekat dengan titik umur kematian kita. Makin sempit kesempatan memperbaiki diri. Jadi mestinya makin kesini makin banyak perbuatan baiknya daripada mudorotnya (pinjem istilah ustad saya). Kalau perlu pakai ilmu padi, makin merunduk makin jadi. Bukan malah ilmu keladi.

Setelah senja mengurung diri di kegelapan, barulah ku tersadar bahwa sudah terlalu lama mengulur waktu. Belum ada senyuman yang bisa kupetik. Baik dari tarian angin maupun helaian awan.

Biar sang Malam menggodaku untuk segera lelap bersamanya, namun mata ini belum mau terpejam. Dan seperti malam-malam sebelumnya, aku selalu mengembara. Luas hamparan yang kutemukan, namun tak ada satupun kemungkinan untuk tentram.

Disini cinta tak punya waktu lagi. Tak ada pula kambing hitam untuk disembelih. Salahkan aku! Salahkan aku! Semua tergantung dimana pernah kujatuhkan seberkas bintang di sehampar langit kelam malam.

Jangan lantas kaubodohi aku dengan kisah-kisah cinta dan kesetiaan. Aku sudah sedemikian kenyang dengan peradaban purba seperti itu: nyanyian ataupun semacam senandung tanpa intro. Cukup tinggalkan saja sebuah pesan di pintu, aku akan membacanya lain waktu.

Tak apalah. Biar saja kuanggap sebagai kembang tidur. Biar senyum tak lagi mencerminkan betapa jenakanya sandiwara ini. Demikian pula desah malam sang Angin tak seperti biasanya, yang selalu menyusul di setiap bayangan menggairahkan.

Untuk itu, tiadalah cinta. Tiadalah cinta yang itu. Cinta hanyalah sebutir zarah, semacam senyawa terlarut dalam segelas anggur merah untuk diteguk bersama racun. Masih Romeo jugalah aku. Hanya sayangnya kau bukan Yuliet yang sudi mati bersamaku.

Tiadalah cinta yang itu. Karena kepahitan selalu menghimpit dada, menghentikan nafas serta merenggut kelapangan hati. Kini cinta hanya tinggal segumpal ketegangan, yang selalu ingin mengisi ruang hampa untuk sebuah makna.

Jika sebuah ciuman telah meluruhkan kerinduan, mengapa harus kautangguhkan? Maka sekarang sesalilah. Karena tak akan ada kenyataan dimana waktu bisa berhenti sejenak, untuk berpaling sekalipun.

Biarkanlah matahari esok kembali tersenyum. Tak peduli awan menggelapi. Karena hanya dalam kehangatannyalah kita bisa menggenggam catatan bahwa sebuah kepastian akan selalu ada.

Walau akhirnya harus kurelakan engkau meniti biduk yang tak terukir namaku.

Kosong,
Memang kosong

Haripun hampa
Mimpipun tiada

Sepi,
Tak ada cerita

Diam,
Tanpa rencana

Ya disini,
Di rumah saja

Tak ada ketupat
Tak ada opor
Tak ada sambal goreng
Hanya selongsong ketupat kosong
Teronggok di lantai
Sendirian

Baiklah, Saudara-saudara! Memang ada banyak hal menjengkelkan tentang iPhone. Tapi di sisi lain, saya menemukan hal-hal yang terlalu asyik buat dilewatkan. Ini salah satunya: membuat komik dari koleksi foto-foto kita. Memang sih, disini saya tidak hanya memakai hasil jepretan iPhone. Karena saya masih jarang njepret pakai iPhone, koleksi foto yang banyak memang diperlukan untuk merangkai cerita agar menarik. Dalam hal ini saya memakai foto-foto aktifitas kantor tempat kerja saya. Bagi teman-teman yang merasa jadi "bintang" di komik ini, anggap saja ini parodi dari rutinitas kita selama ini. OK? Selamat menyimak:


Saat kutelepon, seperti memang sudah seharusnya, yang terucap hanyalah kata-kata maklum dan harapan segalanya akan baik-baik saja. Saling berbagi doa dan ucapan selamat, sepertinya hanya tinggal pemanis bibir.

Jauh di lubuk hati terbersit harapan bahwa mestinya saya pulang. Setahun sekali masa' tidak bisa menjalani? Kapan lagi Bapak sama Ibu akan bertemu Kalian? Sudah semakin tua, sudah keburu... Ah, sudahlah! Bukan itu sebenarnya harapan itu kan? Saya yakin kedua orang tua dan kedua mertua masih segar bugar, Tuhanlah yang akan melindungi mereka semua. Aamiin!

Setidaknya ada satu, dua, tiga, empat, lima,... enam! Ada enam alasan mengapa kali ini saya tidak bisa mudik. Sebenarnya lebih ke alasan klise, sih. Tapi keenam-enamnya membentuk sebuah kompleksitas berupa halangan yang menyebabkan saya tidak bisa mudik tahun ini. Insya Allah, masih bisa bertemu dalam kondisi yang lebih baik. Pertemuan kan tidak selalu harus di momen-momen dimana orang berjubel, serentak ingin melakukan hal yang sama di waktu yang sama pula.

Rindu, mungkin perasaan seperti ini terlalu biasa untuk sebuah perpisahan panjang. Walaupun di jaman 3G (triji) ini seharusnya sebuah perpisahan sudah tidak lagi berarti. Orang tidak semata-mata hanya mampu mengirim data berupa teks atau gambar, videocalling pun bisa jadi. Dengan demikian emosipun bisa kita alirkan melalui streaming, kapanpun mau.

Memang sih, kemampuan seperti itu kadang justru dibatasi oleh kita-kita sendiri. Lintas operator, misalnya. Untuk alasan bisnis tentunya mereka tidak membuka kemungkinan untuk berkomunikasi videocalling antar operator. Kalaupun nanti sudah dibuka, maka hal itu pasti dibebani biaya yang sangat mahal.

Jadi, pelanggan yang mesti menyesuaikan. Berlanggananlah operator yang sama. Tapi itu sulit juga. Di dalam mind set kita sudah terlanjur ada kata "mahal" untuk operator tertentu. Padahal operator ini yang justru trijinya sudah menjangkau ke pelosok-pelosok, bahkan sampai ke kloset rumah saya lho! Pun begitu, mahalnya musti dibandingin dengan ongkos transport kesana ditambah segala macem risiko yang ada.

Bagi pengguna di kota-kota besar, dimana semua operator sudah tersebar mungkin tak masalah pakai sembarang operator, fitur sama saja, bisa milih yang tarifnya lebih murah. Di daerah dimana beberapa operator fiturnya masih belum lengkap, punya gadget super-smart sekalipun tidak ada gunanya. Mandul! Jadi kalau mau eksis, ya terpaksa pakai yang paling mendukung kecanggihan smartphone-nya.

Malahan, sekarang ini justru gadgetnya yang ikut-ikutan egois. Fitur tertentu sama mandulnya. Karena harus sesama Blekberi, harus sesama iPhone, sesama tai kucing, dan sebagainya. Kalau tau begini saya males pakai telpon pintar tapi bego. Punya telepon pintar cuman buat bergaya. Makanya kalau liat orang bawa-bawa tentengan gadget keren disini jangan langsung "wah". Operatornya apa dulu. Dah gitu layanannya diaktifkan gak? Kalau cuman buat sms sama telpon doank mah, kuno!

Woke up lately at 12.00 pm. There was nothing in the mind. Even a simple plan. But then we had to put some parcels into the car baggage. After taking a bath, I put those packed materials before went to a supermarket with my sweethearts. They loved to have some walk and got new dresses, glasses, and shoes. We spent the time in that supermarket, until it was the time to eat. Yeah, it's still fasting month, of course.

Someone once said, "There comes a time in your life, when you walk away from all the drama and people who create it.

You surround yourself with people who make you laugh.

Forget the bad, and focus on the good.

Love the people who treat you right, pray for the ones who don't.

Life is too short to be anything but happy.

Falling down is a part of life, getting back up is living.

Being alive is a gift, living life happily is a choice.

So choose today to Live, Laugh, & Love...".

Lurung sepi
Nyimpen wewadi
Ngukir laku urip iki
Nganti saiki

Terusna
Aywa lena
Ngupaya urip mulya
Ngupadi urip mukti

Aja lali
Nyembah Gusti

Kesempatan itu datang juga akhirnya, walau masih versi beta yang saya dapat waktu membeli majalah komputer edisi Juli ini. Windows 8, sebuah OS baru dari Microsoft yang sudah pernah digunakan di beberapa perangkat mobile, seperti Nokia misalnya.
Waktu menginstal harus melalui compact disk (CD) atau Flashdrive, jadi tidak langsung dari CD bawaan majalah yang ternyata memang tidak bootable. Dari CD bawaan itulah ada sebuah file yang akan mengekstrak diri ke dalam flashdrive atau CD lain sehingga jadi bootable.

Jadi kita tinggal booting dari flashdrive saja sampai proses instalasi berlangsung.

Akhirnya sampai juga pada tampilan awal dari Windows 8. Tampilan yang aneh. Dalam arti, masih asing. Sudah bertahun-tahun bergumul dengan tampilan seperti itu, dimana tombol Start secara default ada di kiri bawah dan beberapa ikon Quick Launch ada di dekatnya. Kali ini Start tak ubahnya sebuah halaman menu yang memenuhi layar berisikan ikon-ikon yang lebih pantas menjadi tampilan sebuah smartphone atau tablet berlayar kecil.
Desktop menjadi bagian kecil saja di menu Start itu.

Kalau tidak biasa memang jadi rumit. Untuk itu memang perlu membiasakan diri. Karena banyak sekali tampilan dan fungsi-fungsi tombol yang berubah letak. Rasanya mirip waktu mencoba Office 2007 untuk pertama kalinya, setelah sekian lama menggunakan MS Office 2003.

Sewaktu memasuki Desktop, tombol start tidak nampak, kita harus menekan tombol berlogo Windows di keyboard untuk menuju Start, itupun kembali ke bentuk menu satu layar penuh.

Di taskbar sebelah kiri bawah hanya ada tombol untuk Internet Explorer versi lama dan pembuka jendela Windows Explorer baru. Windows Explorer baru tampilan menunya mirip seperti menu di MS Office 2007 ataupun 2010.

Adapun Internet Explorer model baru ikonnya ada di menu Start. Berbeda dengan yang model lama, tampilan seperti itu lebih pantas jika diperuntukkan bagi smartphone layar sentuh ataupun komputer tablet.

Sayangnya tidak lama saya mencoba Windows 8, mendadak laptop saya itu rusak. Mati total. Entah apa penyebabnya belum diketahui pasti. Yaaah, kayaknya lama nih saya bakal memperbaikinya lagi.

Membaca status di Facebook rasanya seperti membaca pikiran orang. Tapi memang benar. Status Facebook muncul dari pertanyaan, "Apa yang Anda pikirkan?" Jadi isinya memang pikiran orang-orang itu. Sebenarnya tidak beda jauh dengan blog. Blog ini juga isinya merupakan isi pikiran saya, jadi Anda sedang membaca isi pikiran saya, kan

Pengalaman berselancar di dunia maya, terutama di jejaring sosial semacam Facebook memang unik. Status yang biasanya ditulis singkat padat itu lebih nyata menggambarkan isi pikiran dia pada waktu itu. Secara aktualita, lebih update. Walaupun ada yang jarang meng-update status, tetapi biasanya akan segera tenggelam tertimbun status lainnya yang bertebaran di luar sana.

Saya termasuk orang yang suka mengamati isi pikiran orang-orang itu dan lebih sering tanpa memberikan komentar. Ada beragam kalangan umur yang menjadi teman Facebook saya. Sayapun tadinya menganggap apa yang mereka tulis tidak jauh-jauh dari umurnya dan itu memang setara dengan tingkat kedewasaan masing-masing. Namun belakangan, saya keliru. Mereka yang dewasa kadang memiliki cara berfikir yang jauh lebih infantil dari usia mereka. Jarang ada yang menulis sesuatu yang hebat, lebih hebat dibanding usianya yang remaja, misalnya. Justru mereka yang saya anggap berilmu malah cenderung diam, tidak pernah memiliki status sendiri dan hanya memilih berkomentar lucu di sana-sini.

"Teman" dalam terminologi Facebook tidak selalu merupakan teman kita dalam dunia nyata. Menemukan teman baru di situs jejaring sosial seperti itu sudah merupakan hal biasa di jaman digital sekarang ini. Barangkali saat ini teman virtual di akun Facebook saya sudah semakin banyak. Bahkan sebagian besar mereka tidak pernah kutemui sebelumnya di dunia nyata. Sebagian dari mereka disarankan oleh teman lain lantaran ternyata kami sama-sama berada di bawah "bendera" perusahaan yang berlingkup kerja nasional. Namun sebagian mereka juga teman dari teman, yang tidak tahu asal usul dan latar belakang budayanya. Bahkan beberapa diantaranya berwarga negara asing: Filipina, Malaysia dan Amerika!

Pergaulan memang bisa membawa kita mengalir kemana saja. Bisa menjerumuskan ke hal-hal negatif, namun bisa juga menjadikan kita semakin kreatif.

Facebook sendiri juga berkembang seiring waktu. Yang sekarang lagi ngetrend adalah bahwa kita bisa memasang gambar sampul untuk akun Facebook kita. Saat dibuka profil, akan gambar sampul tersebut akan tampak berdampingan sedemikian rupa dengan gambar profil kita. Posisi yang sedemikian rupa itulah yang memacu kreativitas para pengguna dalam menampilkan gambar profilnya sehingga jika dihubungkan dengan gambar sampul akan kelihatan seolah-olah nyambung. Saya juga tidak mau ketinggalan, karena bagian mengedit-edit gambar ini adalah hobi utama saya. Apalagi kalau yang diedit gambar yang seksi, wow! Mau lihat hasilnya? Ada di bawah ini nih ....

Tadi sore temen saya ada yang membawa sesuatu yang aneh. Sebuah produk baru khusus wanita. Saya nggak begitu tertarik karena pastinya produk itu bukan buatku. Aku kan bukan wanita? Aku pria sejati lho! Mau bukti? Boleh! Kapan-kapan saja dibuktiin. *hmm, mulai nih...

"Sayang istri... Sayang istri..." begitu dibilangnya, nggak kurang akal agar saya ikutan beli produk gak jelas itu.

Sebuah produk yang menurut saya tidak tampak manfaatnya selain hanya buat objek bisnis jualan barang saja. Bayangkan, ini produk berupa sebuah kantong dari kertas hidrofil yang diisi ramuan tradisional. Semacam jamu. Tapi penggunaannya pada saat menstruasi, dipasang bersama pembalut wanita. Trus, apa gunanya coba? Heran nggak?

Mereka berharap khasiat dari ramuan bisa meresap masuk dan mempercepat proses haid, menuntaskan haid dengan sempurna. Mencegah kanker juga bisa. Alamak! Aneh-aneh saja. Pusing dah! Ini produk memang udah keterlaluan ngibulnya.

Apalagi sekarang ini lagi ngetrend-ngetrendnya apa yang disebut oleh teman saya sebagai pseudosains. Mereka mengatasnamakan sains untuk memperoleh tujuan tertentu yang ujung-ujungnya bisa menghasilkan duit. Sebagian sih ada yang memang benar sesuai sains, tapi ada juga yang ngawur.

Contohnya banyak. Mulai dari aktivasi otak tengah, persalinan di air (water birth), diet berdasar golongan darah, terapi air kencing dan masih banyak lagi. Nah rupanya orang-orang jaman sekarang cenderung terbuai harapan tanpa mau mikir, bener nggak sih, masuk akal nggak sih, yang penting ikut trend aja gitu.

Maraknya kebetulan bareng dengan berjamurnya terapi herbal semacam penggunaan ramu-ramuan yang dipercaya bisa menyembuhkan penyakit tertentu, atau bikin lancar sesuatu, atau bikin keharmonisan rumah tangga jadi bertambah, atau bikin Mr.P jadi gede, atau bikin Ms.V jadi singset, alaaa... Preeetz...

Menjual mimpi mereka ini. Kitapun mau-maunya udah dibodohi begitu. Merasa mampu bayar ya bayar saja, padahal... Hmm... Mimpi doank...

Saya juga pernah mengolok-olok sebuah produk khusus wanita. Produk cairan yang dikemas dalam botol plastik itu mengklaim bisa membersihkan area paling pribadi bagi wanita lebih baik dari sabun. Yang katanya mengandung herbal ekstrak daun sirihlah, ekstrak buah pinanglah, ekstrak jengkollah, tai kucinglah... Entahlah! Intinya beda dengan sabun biasa, karena pH sabun biasa tidak sesuai dengan pH daerah situ. Gitu katanya.

Sore yang indah. Walaupun tanpa kicauan burung yang biasa ramai di sarangnya (Sarangnya udah dibersihin. Nggak lagi ngotor-ngotorin tembok di beranda rumah).

Matahari belum terbenam, masih nongol di sela-sela dahan. Entah mengapa tiba-tiba hati terasa hampa. Padahal seharian aktivitas berjalan sesuai skedul, harusnya seneng donk? Nggak tahu juga. Pikiran kok kosong. Nggak ada ide.... Impoten! How could it be so fool?

Apalagi untuk nulis blog. Sudah buka leptop, mau ngetik apa ya? Kok jadi mati gaya gini sih?

Menjaga konsistensi memang berat. Pengennya bisa eksis, maunya update blog minimal seminggu sekali. Tapi kenyataannya jauh dari harapan.

Kalau lagi gini inget waktu ikut pelajaran di sekolah, tepatnya pelajaran Bahasa Indonesia pas kalau disuruh ngarang. Oh, why God! I can't believe this! Lebih baik saya push up atau lari keliling sekolah deh daripada harus mengarang. *lebay

Kalau disuruh ngarang tuh pasti sukanya nyritain waktu liburan ke rumah nenek di desa. Awal mula cerita pasti dimulai dengan "Pada suatu hari, bla, bla, bla, bla, ... ." itu sudah seperti Indonesia Raya di waktu upacara bendera.

Untungnya nenekku dulu masih ada dan memang tinggal di sebuah desa yang jauh dari tempat saya tinggal. Saya kan tinggal di kota, jadi cerita dalam karangan saya biasanya tidak jauh-jauh dari kenyataan. Coba kalau misalnya saat itu sudah tidak punya nenek, pastilah aku sudah bisa ngibul dari dulu. Bikin karangan bebas yang jauh dari kenyataan. Itulah mengapa saya tidak terbiasa ngarang. Ada baiknya juga sih, saya bisa jadi orang jujur sampai sekarang. *ehm... kata siapa

Oww… No! No! No! Sudah terlalu lama tidak update blog nih… Kangen juga rasanya ngeblog. Habisnya, sibuk banget sii… Sebenarnya banyak yang musti ditulis. Lumayan, dari jatuhnya pesawat Sukhoi di gunung Salak sampai gagalnya Lady Gaga tampil di Indonesia, banyak tuh sebenarnya mau saya komentarin. Tapi apa dayaku. Sibuk, Men!

Kemarin barusan pulang dari Manado, sebuah acara kolosal diselenggarakan oleh perusahaan tempatku bekerja, sehingga semua pegawai dari bos di top management sampai krucuk-krucuk berangkat semua ke sana rame-rame naik pesawat. Hari Sabtu dan Minggu kebetulan pelayanan tutup. Jadi di kantor hanya tinggal para sekuriti otsorsing jaga kantor.

Begitu kok sibuk? Ya iya laa… Persiapannya itu yang bikin sibuk. Lantaran kitorang musti siapin tampilan di acara Malam Bakudapa di employee gathering kolosal itu. Ini acara, baru terselenggara sekali sepanjang hidup waktu perjalanan saya nimbrung di perusahaan ini. Jadi musti ditampilin seprima mungkin. Walaupun akhirnya sepakat pasukan dari Gorontalo akan tampil gokil disana.

Berhubung saya yang ditunjuk rame-rame jadi koordinator, ya terpaksa saya harus lebih gokil dari yang lain. Saya juga tidak tahu kenapa dengan mudahnya mereka tunjuk saya ya? Apa karena dasarnya saya paling gokil di kantor? Sebenarnya nggak juga. Yang pasti dalam hal ini mereka berharap bisa ketularan gokilnya doank. Biasa lah. Pegawai gitu loh! Biasanya suka tampil serius, marah-marah, kadang-kadang malah ngambek sendiri. Hehe ... hayooo.... siapa yang suka begitu? Ngaku aja! Jadi lupa bahwa di dalam diri masing-masing sebenarnya ada bakat-bakat gokil. Bakat gila!

Mungkin selama ini saya selalu mencoba untuk bisa memiliki rentang (range) yang luas dalam bersikap. Bisa serius, bisa marah, bisa santai, bisa gokil, bisa segalanya. Yang namanya sexy good living ya mustinya begitu. Jadi rentangnya lebar, istilah jaman digital sekarang ya: broadband lah! Kok bisa begitu? Ya belajar. Katanya kalau mau jadi orang hebat itu harus bisa mengatur emosi sedemikian rupa hingga emosinya itu bisa menjelajah gelombang dari alpha sampai gamma. Ya nggak sih? Eh, ngerti nggak nih?

Malam itu tidak seperti malam Minggu yang lainnya. Aku lebih suka menyendiri di kamar, dengan alunan musik yang ala kadarnya. Lagu-lagu MP3 yang sudah lama tersimpan di flashdisk dan tidak lagi update seperti yang sekarang sedang ngehit-ngehitnya di media elektronik. Pikiran sedang galau setelah siang tadi mas Basiran tumben-tumbennya datang ke kantorku untuk mengabarkan sesuatu yang sangat tidak ingin aku dengar.

Mas Basiran bekerja di sebuah perusahaan yang agak jauh dari kantorku. Kami memang tidak saling akrab satu sama lain. Dulu ketika masih sama-sama hidup di kampung pun, aku juga jarang bertemu dia. Disamping tinggalnya di kampung seberang, kami juga jauh terpaut umur dan sangat jarang bertemu. Sudah tiga hari dia mencariku dan baru bertemu siang itu. Hari Sabtu kebetulan kantornya libur, jadi ada waktu lebih banyak untuk mencari alamat kantorku. Walaupun sebenarnya kantorku juga libur di hari Sabtu namun kebetulan aku sempat ke kantor hanya untuk mengambil cas HP yang ketinggalan kemarin sore. Siang itu dia datang untuk sesuatu yang sangat penting: Simbok sakit keras!

Memang sudah beberapa hari perasaanku selalu tidak enak, entah mengapa. Resah, tidak semangat dalam bekerja. Seperti rasa cemas tanpa sebab yang jelas. Ingin mengambil cuti, tetapi rasanya pekerjaan masih terlalu menumpuk dan sepertinya tak mungkin ditinggalkan. Tapi setelah kabar siang hari itu, apapun yang terjadi aku harus segera memutuskan sebelum ada hal-hal yang tidak diinginkan.

"Simbok, maafkan aku ya, Mbok?" sepertinya kata-kata itu terucap begitu saja lirih keluar dari mulutku. Sungguh, aku benar-benar terjerumus dalam dilema besar. Pada saat aku tidak ingin lagi pulang-pulang ke kampung, di sisi lain sepertinya aku harus ke sana secepatnya.

Lima tahun tidak terasa kutinggalkan simbok sendiri di kampung setelah peristiwa itu. Sungguh sebuah peristiwa yang sebenarnya tidak ingin aku kenang. Aku tahu benar perasaan simbok waktu melepas kepergianku ke Jakarta untuk waktu yang lama. Tapi perasaanku waktu itu jauh lebih hancur. Kuharap simbok dapat mengerti perasaanku waktu itu.


Malam telah larut. Hanya tinggal suara serangga dan lolongan anjing malam yang terdengar. Sepi, tak ada lalu lalang lagi terdengar melintasi jalan. Cuaca cukup cerah, sehingga bintang-bintang tampak berbinar di angkasa hitam.

Mata belum mau terpejam, tapi badan telah lelah merengkuh hari dengan segudang aktivitas. Seharian esok, segudang aktivitas baru siap menghadang, sudah teragenda untuk dilaksanakan.

Lelah, letih menggelayuti badan. Tak ada keinginan apa-apa lagi kecuali hanya ingin istirahat. Biarlah malam berlalu dengan ketenangan.

Sepertinya malam ini benar-benar malam yang sempurna. Untuk sebuah peristirahatan yang tak terusik. Walaupun mimpi di alam sana begitu menggelora, gaduh, benar-benar mimpi yang seru.

Detik berganti, menit berganti, dan jampun berlalu. Sepertinya raga belum mau terbangun. Jiwa masih asyik larut dalam mimpi yang berganti-ganti. Mulai dari kesedihan hingga keindahan. Bahkan sempat bertemu bidadari yang bernyanyi. Kadang juga kembali ke masa lalu, bahkan ke suatu masa yang tak tau lagi kapan.

Malam semakin larut, semakin dingin. Sempat terbangun sebentar. Sudah hampir pagi. Namun rasanya masih terlalu lama. Tidurpun berlanjut lagi.

Sampai pagi.


peraduan dingin menggigil
deru sang malam mulai bergelora
bintang berkedip menyeruak langit

sang malam berisik
tiada hentian cerita hari
di lembaran esok menari-nari

tidak ada kuasa menerka angin
hanya larut sepi menyelinap
sang malam berlari, semakin sunyi

dekam malam menghunjam dalam
melahirkan lolongan
desahmu menggelegar bagai halilintar

terpana merasuk mimpi
degup di dada belumlah hilang
penala bara bidadari menjelma

desahmu mengingatkanku menuju
pusaran waktu dimana
sang malam tak lagi mesra

berserak
melangkah lagi
belum jua tiba

hanya desahmu terus menemaniku
gontai melangkah di gemulai senja
walau sang malam masih menguntit


peraduan telah memanggil
seru sang malam mulai menggeliat
sepasang mata berkedip diantara bintang

sang malam berbisik
serangkum cerita hari
meramal di lembaran esok

tidak ada kuasa mendekap ingin
hanya larut merunut sepi
segala tertuju sang malam berlari

sang malam pun mendekam
menghunjam dalam
desahmu mendesir bagai angin

terpana kepada mimpi
mengusik cemas di dada
bidadari dengan penala bara

desahmu mengantarku menuju
sebuah pusaran waktu
dimana sang malam tak lagi hangat

berderak
selangkah lagi
belum jua tiba

hanya desahmu saja terus menemani
setiap gontai dan gemulai lindap senja
hingga sang malam menguntit

Ngising? Bwek! Wingi ngomongake bab entut, saiki ngising! Iki blog kok suwe-suwe isine bangsane nggilani ngene. Ketara sing duwe wonge kemproh banget ya? Wis ben lah. Lha witikna kepriye? Arep nulis sing muluk-muluk ya tiwas ora gaduk. Luwih becik dadi wong kuwi kan sing prasaja, apa anane, ya ta? Sing penting uripe tansah katon endah lan seksi wae.

Kepriye wae sing jenenge ngising lan ngentut mono rak ya padha. Dina-dina dilakoni minangka padatan kang tan kena kendat. Malah yen nganti lowong, kudune ana pitakonan, "Sedina iki kok durung ngising ya? Mengko gek-gek…." Lha. Ndang dipriksakne kana.

Luwih-luwih padatan ngentut lan ngising iku kala mangsane ora kenal wektu lan panggonan. Yen pinuju lagi ana ing panggonan kang pribadhi, umpamane neng ngomahe dhewe, ora bakal dadi masalah kang wigati. Beda dene yen kedadeyan kebelet ngising mau pas pinuju ing sangkan paran, lagi mertamu, apamaneh ing sajroning kendharaan umum. Mesthine rada rikuk anggone bakal nglakoni mbuwang hajat iku mau. Yen wis kepepet, ya kepeksa sing lagi mertamu enggal pamit utawa nyilih jedhing. Sing numpak mobil ya bisa mudhun dhisik golek paturasan umum. Yen ra ana paturasan umum ya golek kali utawa kepepet-kepepete ngising neng kebon.

Yen lagi ing jero sepur biasane ana paturasan umum kang bisa dinggo ngising. Lha yen neng jero pesawat, sanajan ana paturasane, nanging mung bisa kanggo nguyuh. Semono uga ing bis-bis kalamangsa WCne ora bisa kanggo ngising. Lha, rak repot? Arep ngising neng kathok ya malah mesakne kiwa lan tengene, dadi korban aromaterapi sing ngedap-edapi ambune kuwi.

Luwih becik sumadya payung sadurunge udan. Iku unen-unen kang sejatine anane mung neng basa Indonesia. Tegese, tinimbang rekasa ing tembe mburine, luwih becik cepak samubarange. Tinimbang kebelet ngising nalika ing jero pesawat, mumpung ana wektu ngising dhisik neng bandar udara.

Iku mau pengalamanku wingi, nalikane mabur bali saka Manado menyang Gorontalo. Iku jalaran aku kudu budhal PP saka Gorontalo wiwit subuh nganggo pesawat perdana sing budhal saka bandara. Nglakoni ujian PAMJAKI ing dina Rebo, 18 April 2012, mung sak Modul (Fundamental B) langsung bali ing wanci sore nganggo pesawat jam 16.30 WITA.

Kentut, itulah topik pembicaraan kali ini. Sebelumnya saya ingin memperingatkan bagi siapapun Anda yang sedang membaca, bahwa tulisan ini tidak penting. Daripada anda buang-buang waktu habis membaca informasi tidak penting ini, maka lebih baik anda tinggalkan membaca sekarang juga. Silahkan baca yang lain saja. Tapi bagi yang memang suka membaca hal-hal yang tidak penting, silahkan diteruskan.

Kalau tidak penting, kenapa juga dimuat? Nah, ini dia menariknya. Itulah bedanya antara orang awam dengan pemerhati ataupun expert. Whaa... jadi pemerhati kentut? Orang awam sudah barang tentu memandang kentut tidaklah terlalu penting untuk dibahas, apalagi di dalam forum pertemuan resmi, terlebih dalam perdebatan sengit!

Bagi orang awam kentut itu sesuatu yang menjijikkan, bau, dan tidak baik jika dihubungkan dengan kesopanan, norma, maupun tata krama. Pokoknya selalu berkonotasi negatif dan yang pasti: nggak penting, dah!

Lalu bagaimana seorang expert kentut menilai hal ini? Katakanlah expertnya seorang dokter, pasti tahu betul apa itu kentut. Mulai dari bagaimana terbentuknya, kandungan unsur yang membentuknya, lalu sampai dengan efek yang ditimbulkan bila seseorang tidak bisa menghasilkan kentut.

Jika anda atau keluarga anda pernah menjalani operasi (pembedahan), anda pasti pernah mengingat hal penting yang ditanyakan dokter sewaktu pasca pembedahan. "Sudah kentut belum?" itulah pertanyaannya. Sebab jika jawabannya belum, anda tidak akan diijinkan makan atau minum sampai anda kentut.

Banyak orang menganggap binatang laba-laba (arachnoidea) adalah serangga. Padahal sebenarnya dia sudah jauh berbeda dengan serangga (insecta). Salah satu ciri nyata yang membedakannya adalah kaki. Kaki laba-laba ada empat pasang, sedangkan serangga kakinya tiga pasang dan sebagian diantara spesies serangga ada yang memiliki sayap. Kehadiran keduanya, baik serangga maupun laba-laba biasanya tidak mengganggu kehidupan manusia sekalipun mereka hadir di dalam rumah. Namun serangga tertentu seperti semut, kehadirannya dalam jumlah besar bersama koloni dan biasanya suka mengotori meja makan, baru akan dianggap mengganggu.

Laba-laba di rumah kita biasanya membuat sarang di sudut-sudut dinding yang cenderung jarang terkena sentuhan manusia. Jadi mereka juga tidak mengganggu. Apalagi kalau binatangnya kecil dan hampir tidak kelihatan secara sekilas. Kadang kehadiran laba-laba yang besar, bisa sampai menimbulkan rasa takut, jijik, sampai phobia.

Disamping sosoknya yang menakutkan, beberapa spesies juga memiliki racun. Saya sendiri juga pernah terkena sengatan laba-laba jenis tarantula kecil. Waktu itu saya masih duduk di sekolah dasar, pulang sekolah suka main-main di kebun. Di selembar daun pada sebatang pohon jeruk, hinggap seekor laba-laba putih kecil berbulu lebat. Dominasi warna putih dengan ruas kaki paling ujung berwarna hitam. Demikian juga dengan kedua bola matanya tampak hitam berkilau. Dari bentuknya yang imut itu saya tertarik dan mencoba menangkapnya. Tapi apa daya ketika saya memegangnya. Terlihat jelas rahangnya menggigit ibu jari tangan saya dan secara refleks saya mengibaskan tangan diikuti rasa yang teramat nyeri. Jelas-jelas dia berbisa. Kalau hanya gigitan tanpa bisa, saya sudah sering merasakan sewaktu digigit belalang ataupun capung. Saya memang dulunya usil, jadi tahu rasanya digigit capung segala.

Untungnya hanya gigitan tarantula kecil, kalau yang besar katanya ada yang sampai mematikan. Itu juga kemudian baru saya ketahui beberapa hari setelah digigit laba-laba. Kebetulan buku di perpustakaan sekolah ada ensiklopedi tentang binatang ini. Sejak itu saya mulai hati-hati menghadapi binatang yang bernama laba-laba ini, jenis apapun, terutama yang bentuknya besar dan hidup di luar rumah.

Siapa nggak kenal Angry Birds? Game animasi yang semula hanya ada di iPad/iPhone tapi sekarang sudah dirilis di berbagai OS, baik Android, Symbian, PlayBook OS, maupun Windows. Game yang mengisahkan burung-burung berwarna-warni sedang marah karena telurnya dicuri oleh para babi.

Saya tidak akan bicara tentang bagaimana memainkan game ini, saya yakin Anda sudah sering memainkannya, bahkan mungkin sampai bosen. Jika ada yang belum pernah memainkannya, kalau penasaran ya silahkan donlod. Mungkin Anda perlu membelinya dari penyedia game ini. Di beberapa OS, mungkin bisa didapatkan secara gratis. Saya sendiri membeli dari AppWorld untuk PlayBook saya, waktu itu harganya 5 US dollar. Sekarang sudah turun sekitar 3,5 US dollar saja. Pernah juga saya donlod dari AppStore punya Nokia, waktu itu dapet gratisan pas lagi promosi akhir tahun 2011 lalu. Sekarang sudah harus bayar. Kalau mau ya silahkan coba cari yang bajakan, jika beruntung pasti dapet gratis beneran!

Saya cuman terpikir bahwa burung-burung beginian ini mungkinkah nyata? Apakah pihak yang membuat game ini hanya asal bikin karakter saja? Atau punya semacam inspirasi dari spesies tertentu? Pasalnya burung-burung dalam game ini tidak dapat terbang. Mereka menyerang dengan cara dilempar oleh pemain game menggunakan ketapel hingga mengenai para babi.

Nah, beberapa waktu lalu ketika sedang gugling mencari gambar burung dari berbagai sumber, saya kebetulan nemu gambar-gambar burung yang mirip. Kebetulan waktu itu saya mencari gambar burung untuk ilustrasi postingan saya yang berjudul: "Burung", secara tidak sengaja menemukan beberapa gambar burung yang mengingatkan saya pada tokoh-tokoh Angry Birds. Entah kebetulan mirip ataukah memang burung-burung itu yang dimaksud, saya belum tahu. Sayangnya saya tidak menemukan nama spesies burung-burung tersebut.

Ini dia beberapa gambar diantaranya:


disini semata
serangkaian duri yang terkubur
di sepanjang pantai
pasir panas yang terhampar
melelehkan jejak-jejak perjalanan
jauh dari biduk dan kepulauan
berarak awan
seperti gelombang pasir
hilang menelan manis
di dalam hutan

sebuah lorong bergema
burung-burung berkicau dalam mimpi
tentang tanah merah di seberang
panorama lama yang pernah kukenang
kutenggelamkan dan enyah

tidak pernah menyangka begitu sulitnya mempercayai api agar terus menyala di tengah badai, melarutkan kehangatan di setiap denyut dan ayunan langkah agar senantiasa sedemikian adanya
mengabdikan diri pada keabadian yang selalu diterkam oleh kenyataan yang mengharuskan untuk tersendat
tentu saja tidak boleh dirundung keluh manakala kegaduhan menghimpit secara simultan dari berbagai arah
walau akhirnya di sepanjang pantai hanya ada torehan-torehan di atas pasir, enyah tersiram ombak, tak berbekas
setitik bintang di ufuk sekarang tidak lagi bisa menunjukkan kemana harus berlabuh, karena haluanpun tidak jelas ke mana tujuan

aku masih disini, di pantai yang kaujanjikan untuk menemukan surga cinta yang berpacu bersama sang waktu
dari dulu aku masih di pantai ini, berharap malaikatmu akan turun mengirim salam dan mengusir kegalauan
atau bidadarimu yang halus, mulus, putih serta harum dan bersinar itu akan menjemputku untuk sekedar mengajakku menghirup teduh sayap-sayapnya yang wangi, atau sekedar mengirimi aku bunga, atau apalah...

sama saja, masih hitam juga pucuk-pucuk cemara yang rimbun menutupi gunung
masih terdampar dan terus terkapar, menjauh.

Yaah... BBM naik kok malah hore? Seneng ya? Nggak sih... Siapa yang seneng coba? Habisnya sudah capek menggerutu, nih. Biar demo-demo sampai mati juga pasti tetep naik 'dah! Mendingan hore sajalah.

Masalahnya kalau harga BBM naik tuh bukan hanya bahan bakar berupa minyak saja yang naik. Gas juga pasti naik, angkutan umum juga taripnya naik, bahkan sembako juga pasti ikutan naik harga. Kalau begini siapa yang bahagia?

Yang bahagia bisa jadi orang yang nggak ngeh dengan kenaikan BBM. Tapi di jaman kayak gini, siapa yang nggak ngeh? Kalau dulu orang masih pada naik sepeda onthel, kendaraan umum masih berupa kereta kuda, barangkali saja masih ada orang yang tidak masalah dengan kenaikan BBM. Kalaupun ada pengaruhnya pada kenaikan harga bahan pangan yang tidak terlalu besar. Tapi itu dulu, jaman kuda gigit besi. Sekarang ini jamannya kuda gigit roti, barangkali bukan manusia kalau tidak terpengaruh kenaikan harga BBM.

Tapi hidup ini kan selalu harus dihadapi. Kalau pemerintah bersikeras menaikkan harga BBM tentunya ada alasan yang cukup kuat untuk itu. Ini bukan berarti dalam hal ini saya pro pemerintah lho. Saya hanya berposisi sebagai pihak yang mencoba survive dengan keadaan, bagaimana menyikapi sesuatu dengan sebaik-baiknya, sepositif mungkin yang saya bisa. Jadi hidup harus tetap indah dan seksi 'kan?

Kendaraan bermotor sudah semakin banyak, kemacetan sudah menjadi masalah kronis yang tak kunjung bisa dipecahkan. Setidaknya mengurangi jumlah kendaraan bermotor yang berlalu lalang di jalan bisa mengurangi macet. Yang masih bisa naik sepeda onthel ya silahkan nggowes, disamping lebih sehat, ya irit energi, mengurangi polusi udara, mengurangi macet juga.

Mungkin lagi musimnya, hujan hampir tiap hari turun. Udara dingin, tapi kadang panas lantaran mendung. Jalanan yang biasanya penuh debu sekarang jadi penuh genangan air keruh. Sepertinya saya jadi punya kebiasaan baru, yaitu mencuci kendaraan pribadi. Saya harus bangun lebih pagi agar bisa mencuci bersih "rata kresna" tunggangan saya itu. Sebab kalau tidak dicuci, kotornya tampak sekali. Pada jam tertentu di pagi hari kalau biasanya saya membenahi selimut, kali ini harus bangkit untuk bermain semprotan air di depan rumah.

Ternyata dengan bangun lebih pagi, pikiran jadi lebih fresh. Nggak tahu ya, mungkin karena sebelumnya dibiasakan untuk tidur terlalu lama, otak jadi malas berpikir. Tapi dengan bangun lebih awal, otak sepertinya juga akan bekerja lebih awal. Dengan begitu rasa-rasanya tuh, jadi lebih siap dalam menghadapi hari.

Selama ini paling terasa kalau hari Senin. Banyak orang tidak suka hari Senin lantaran pikiran masih terbawa suasana libur panjang dua hari sebelumnya. Dengan model kelembaman ala Newton, otak maunya juga malas terus. Senin pagi, bangun kesiangan, nggak siap dengan aktivitas hari itu. Lantas ada istilah I hate Monday. Lalu banyak upaya juga mengubah paradigma itu menjadikan istilahnya I love Monday, Happy Monday, dan sebagainya.

Sudah beberapa hari ini otak saya juga rupanya bekerja lebih awal dari biasanya. Ada beberapa ide muncul begitu saja tanpa diduga. Senin pagi biasanya datang di kantor dengan mata sembab, otak masih kosong, kali ini saya tiba di kantor paling awal. Bibir tersungging senyuman merasakan indahnya pagi itu. Beberapa teman kerja yang kemudian datang ke kantor dengan muka kusut, mata bengkak, rambut basah, tak terhindar dari senyumku yang lebar itu. Bukannya membalas senyum malah menatap kosong tanpa ekspresi, membuat senyumku tambah lebar dan akhirnya akupun tertawa dibuatnya. Habis, lucu sih! Melihatku tertawa malah dia mengernyitkan dahi dan menatap curiga. Akhirnya bertanya, "Apanya yang lucu?" "Hehe Hehe... Nggak!"

Sudah lama RIM memperkenalkan sejumlah fitur baru sistem operasi BlackBerry PlayBook 2.0 tepatnya di ajang Consumer Electronic Show (CES) Las Vegas, Januari lalu. RIM juga telah mendemonstrasikan beberapa fitur baru OS tersebut, terutama dalam hal pesan (messaging), social media, kemampuan produktivitas hingga beragam aplikasi baru.

Dengan update fitur baru BlackBerry PlayBook OS 2.0, Presiden dan Co-CEO RIM Mike Lazaridis menjanjikan kemampuan integrasi dan produktivitas tablet itu bakal meningkat. Sehingga PlayBook bakal semakin diminati oleh masyarakat sepanjang hari.

Inilah beberapa fitur baru yang ditambahkan di Blackberry OS 2.0:

1. Integrasi Pesan
Integrasi Inbox: Semua pesan akan terintegrasi dalam sebuah kotak masuk baru yang memungkinkan pengguna bisa mengatur email personal atau email kantor. Begitu juga pesan-pesan dari situs jejaring sosial seperti Twitter, LinkedIn dan lain-lain, dalam satu tempat
Multi tasking lewat email: Pengguna bisa membuka beberapa tab email dalam satu waktu
Editing tulisan: Saat menulis pesan, pengguna bisa mengatur ukuran, jenis tulisan, format dan melakukan penyuntingan secara mudah di email, sama mudahnya ketika mengirim email di PC atau laptop
Inbox management tools: Pengguna bisa melakukan pencarian di Inbox, sekaligus di beberapa akun email

2. Integrasi media sosial
Kalender: Pengguna bisa menambah agenda pertemuan yang bisa langsung terintegrasi otomatis dengan media sosial yang diikuti pengguna.
Buku Alamat: Buku alamat akan langsung diintegrasikan dengan media sosial yang ada. Nantinya semua kontak akan menampilkan informasi seperti update status, percakapan, berita terkait dan daftar teman yang sama dengan kita.

Hidup ini sulit. Jangan membuatnya semakin sulit. Kalimat yang pernah dikatakan oleh seorang sahabat ini sekarang kian terngiang-ngiang di telinga. Waktu itu saya sempat menyangkal, "Apanya yang sulit? Hidup kan tinggal hidup saja. Kalau nggak suka hidup ya mati sana." Say live and let die! Seperti judul lagu, ya? Maksudnya, hidup itu ya sebaiknya optimis, jangan mudah putus asa lah.

Sekarang baru memahami, lagi-lagi saya terlambat memahami sesuatu. Hidup ternyata memang sulit dan saya telah membuatnya semakin sulit. Bukan karena sekarang saya jadi pesimis, tapi memang ternyata ada sudut pandang lain yang terlepas dari optimisme ataupun pesimisme.

Melihat di sekeliling, ternyata saya bukan satu-satunya orang. Hampir semua orang telah mempersulit hidupnya sendiri-sendiri. Bahkan telah menjadi sistemik dan mengakar dimana-mana, hingga budaya dan rutinitas hidup bersama ini telah membuat dunia ini menjadi kian sulit untuk hidup.

Kasus 1
Suatu ketika saya mengendarai mobil bersama keluarga, berkeliling kota dan sekedar menikmati jalan-jalan menggunakan mobil yang baru saya beli belum lama ini. Terlihat pemandangan yang sebenarnya sudah tidak asing lagi: di tepi jalan tampak berderet-deret mobil mengantri bahan bakar premium di sebuah SPBU. Walau ini bukan SPBU satu-satunya di kota ini, namun hampir semua SPBU terdapat pemandangan serupa. Bahkan di sebuah SPBU lain dengan jelas mereka memasang papan bertuliskan, "HABIS".

Terlintas sebuah gambaran betapa saat ini jumlah mobil sudah jauh lebih banyak daripada dulu. Permintaan jumlah bensin jauh lebih banyak dari ketersediaannya. Ini bukan salah SPBU saja, bukan juga semata-mata salahnya Pertamina. Jika kita mau sedikit melek, ketersediaan minyak bumi kita juga semakin menipis. Coba cari informasi di Internet, tahun lalu saja saya mendapat informasi bahwa cadangan minyak bumi sekarang ini hanya akan cukup untuk 21 tahun ke depan. Itu tahun lalu, dengan asumsi bahwa penggunaan masih tetap seperti sekarang ini. Kalau benar angka itu, artinya cucu saya kelak sudah tidak kenal lagi apa itu minyak bumi.

Adalah Afriyani Susanti, pengendara Xenia yang mendadak terkenal karena kecelakaan yang menewaskan sembilan orang di kawasan Tugu Tani, seputaran Monas baru-baru ini. Mobil Xenia itu dikemudikannya di bawah pengaruh obat terlarang. Mobil melaju, tanpa kontrol, melesat lalu menerjang para pejalan kaki sejumlah belasan orang. Sama sekali tidak sadar dengan apa yang telah dilakukannya, karena berada di bawah pengaruh obat itu, habis nabrak ekspresinya malah seperti orang tak punya dosa.

Saat ini Polda Metro Jaya masih terus mengembangkan penyelidikan kasus kecelakaan Daihatsu Xenia yang menewaskan sembilan pejalan kaki itu. Selain menyelidiki kasus kecelakaannya, polisi kini juga membidik sindikat besar peredaran narkoba.

Afriyani dinilai lalai dalam mengemudikan Daihatsu Xenia B 2479 XI pada hari Minggu pagi, 22 Januari 2012 saat melintas di Jalan Ridwan Rais, Gambir, Jakarta Pusat, sehingga menyebabkan sembilan orang tewas dan empat orang lainnya terluka. Ketika itu, Afriyani mengaku kehilangan kesadaran beberapa detik sehingga tak melihat ada pejalan kaki di trotoar, lalu ia menghantamnya.

Setelah ditelusuri, Afriyani ternyata mengemudi di bawah pengaruh alkohol dan ekstasi. Sebelum kecelakaan terjadi, Afriyani berpesta semalam suntuk dengan mengonsumsi minuman keras dan ekstasi di kelab malam Stadium, Jalan Hayum Wuruk, Jakarta Pusat. Akibatnya, Afriyani juga dijerat dengan Pasal 112 UU Nomor 35 Tahun 2009 juncto Pasal 132 subsider 127 Undang-Undang Narkotika. Ancaman hukuman untuk pasal-pasal ini yakni 4 tahun atau maksimal 12 tahun penjara.

Sampai saat ini pemberitaan di televisi, koran, internet, dan media massa lain masih hangat membicarakan progres permasalahan "Xenia Maut" itu. Sejak awal memang kasus ini dikenal dengan kasus Xenia Maut. Seperti biasa, sejak awal-awal diberitakan kabar masih simpang siur, bahkan saya sempat berpikir bahwa Xenianya yang bermasalah.

Akhirnya, aku bersandar pada Subuh yang dingin, ketika benua yang biadab ini menggores namaku di atas selembar sejarah. Lalu memulai cerita dari setetes embun Subuh yang jatuh ke hulu. Dalam waktu yang tak begitu lama, aku sudah merindukan pantai yang menjanjikan kehidupan nan jauh dari ketololan dan kebusukan yang selama ini menodai seluruh tubuhku.

Barangkali hanya ada satu pantaiku yang selalu menderu-derukan ombak. Tiada hentinya kemesraan diciumkan ke pantai, ombak-ombak berbuih yang hangat. Siang malam bahkan tak ada hentian sejenak untuk menghilangkan letih. Pun setiap hempasan adalah kekuatan yang maha besar, hingga bebatuan itupun hancur bebenturan sesamanya.

***

Aku, setetes embun yang jatuh ke hulu, telah jauh melampaui perjalanan dari tebing-tebing yang curam. Saat aku masih dingin-dingin sejuk, merasai keberadaanku di tempat yang tinggi. Lalu aku meluncur dengan kekuatan deras, bersama buih-buih dan sisa-sisa kesejukan. Aku memang tak bisa mengalir tenang, beberapa turbulensi terbentuk, terpuntir, mengulang lagi perjalanan. Sebab semenjak itu sudah mulai membawa debu-debu, pasir dan material lain. Kesemuanya merupakan bekal yang kudapat di sepanjang perjalanan ini. Hulu yang curam itu membuatku harus berlari terburu-buru, hingga tak semua material sempat kubawa.

Setelah ada keberadaanku di hilir nanti, aku berharap perjalananku menjadi lebih tenang dan hening. Tak perlu lagi harus berdesak-desak di tebing yang curam dan menakutkan. Bekal hidupku pun sudah kian banyak, terlihat dari warna keruhku yang telah menghapus kepolosanku dulu.

Hilir ini memang tenang, tapi semakin banyak beban kubawa. Tidak tahu lagi masih berapa banyak harus dihanyutkan. Kinipun tibalah saatnya nasibku harus terbentur cadas keras. Arahku ke sana memang kian dekat. Belum juga kupunya kekuatan untuk mengalihkan arah dari cadas keras itu. Aku memang harus membenturnya, aku harus siap menghantamnya. Pengorbanan besar diantara pengorbanan-pengorbanan yang telah kulepaskan. Aku memang harus yakin bahwa cadas keras itu akan hancur oleh kekuatanku membenturnya. Tapi cukupkah kekuatanku selama ini? Yang kubawa hanyalah puing-puing kecil tak berarti.

Banyak orang yang lebih suka berdiam diri di zona nyaman, tak ubahnya batu bata yang tergolek di pinggir jalan. Kalau sudah nyaman jadi pengangguran, tak perlu mimpi menjadi pekerja yang handal. Kalau sudah jadi karyawan, asal bisa mencukupi kebutuhan finansial sehari-hari, ya sudah, mau apa lagi? Ada juga yang sudah merasa memiliki segalanya: harta, pangkat/jabatan, lalu merasa tak perlu lagi mengembangkan sesuatu yang lebih berarti. Untuk apa? Toh sudah kaya, sudah terpandang, kurang apa?

Di sisi lain, banyak juga orang yang justru membiarkan dirinya terseret arus dalam hidup. Hidup ini sangat kompleks, dengan segala dinamika dan fluktuasinya, bagi orang-orang tertentu sangatlah berat untuk dijalani. Mereka biasanya merasa hidup ini begitu kejam, begitu sulit, lalu pasrah dalam arti yang tidak positif, yaitu pasrah bongkokan. Sikap seperti ini sarat dengan keputusasaan, masa depan pun suram.

Bukanlah sebuah kehidupan yang indah dan seksi namanya kalau hidup itu hanya begitu-begitu saja. Apalagi sampai jatuh teronggok dalam keputusasaan, buntu! Sebab hidup haruslah terus berjalan, berjuang, pantang menyerah. Kitalah yang seharusnya menciptakan dinamika dalam hidup ini, bukannya malah terseret arus yang ganas.

Hufft... Serius amat sih?
Hehehee... Sebenarnya saya tadi mau sharing apa ya? Jadi lupa gara-gara terlalu serius membuat pendahuluan. Soalnya akhir-akhir ini saya juga lagi stres menghadapi beberapa perubahan dalam hidup saya. Rupanya saya juga lagi nyadar, bahwa sejauh ini pencapaian saya dalam banyak hal kok cuman sampai segini, nih? Lambat banget ya? Makanya perlu lebih dari sebuah perubahan.

Inilah celakanya kalau jadi orang jarang introspeksi. Harusnya berkaca itu ya setiap hari, bukan kalau ada momen-momen tertentu saja. Ini lantaran ada momen pergantian tahun trus mencoba evaluasi diri ternyata banyak yang kurang. Jadi siapa bilang kalau tahun baru itu hari biasa? Teman saya tuh, bilang gini, "Ngapain kamu ikut-ikutan ngerayain tahun baru? Apanya yang istimewa? Apa bedanya dengan hari-hari biasa? Sudahlah, ngapain ikut-ikutan pesta pora? Tidak ada gunanya! Maksiyat sih iya!"
Astaghfirullah...!

Kalau di akhir tahun banyak kebisaan orang membikin-bikin kaleidoskop, memasuki awal tahun begini banyak orang yang suka membuat resolusi untuk satu tahun kedepan. Seperti awal tahun lalu saya ditanya, "Apa resolusimu di tahun 2011?" Waktu itu saya menjawabnya begini: Resolusi tahun 2011: 1280 x 600 megapixels LED Touchscreen. Yang bertanya malah jadi bengong mendengar jawaban saya. Tak sadar saya juga ketularan bengong darinya. Ternyata jawaban saya nggak nyambung!

Habisnya, saya nggak ngerti apa yang dia maksud dengan "resolusi". Istilah "resolusi" yang saya kenal saat itu hanyalah resolusi berhubungan dengan jumlah pixel suatu layar monitor komputer, atau layar gadget semacam hape. Makin besar resolusinya, maka makin besar pula susunan dot matrix yang tersusun atas pixel-pixel, baik pada layar tabung, layar LED maupun LCD. Jadi ketika saya ditanya resolusi, yang terbayang dalam pikiran saya waktu itu adalah sebuah komputer tablet, semacam iPad dan kawan-kawan.

Jadi sebenarnya resolusi saya tercapai donk! Karena akhirnya saya memiliki PlayBook dan masih aktif dan setia sebagai pengguna sampai sekarang. Resolusi layar PlayBook kan tepat sama dengan ukuran yang saya sebut di atas. Hehehe... Jadi kalau di tahun 2012 ini harus ada resolusi baru, ya gampang! Tinggal pilih saja pesawat televisi monitor layar LCD atau LED yang sekian inch. Pasti resolusinya ada yang lebih besar tuh!

Bagaimana dengan pamornya yang meredup dan akhirnya padam di akhir tahun? Yaah, itu lain cerita. Lagian itu juga bukan masalah saya. Itu masalah bagi sang Produsen. Saya kan user/konsumen? Selama layanan purna jualnya tidak mengecewakan, it's OK! Buktinya di akhir tahun mereka juga masih menambah berbagai aplikasi di AppWorld, termasuk game fenomenal Angry Birds yang sudah lama ada di iPad dan di Android. Terlambat jauh sih, mahal pula!

Biarpun begitu, saya tidak kecewa sedikitpun. Redupnya citra RIM saat ini tidak mempengaruhi kinerja produk yang sudah terlanjur saya beli. Penurunan pamor itu bukan hanya karena kegagalan dalam hal pemasaran produk PlayBook, tapi juga karena sempat matinya layanan BlackBerry selama berhari-hari di beberapa belahan benua di luar sana. Itu sih kayaknya kecelakaan. Maksimal sabotase, atau apalah! Di dalam negri juga pernah terjadi kericuhan sewaktu ada penjualan produk BlackBerry dengan harga diskon. Dampaknya memang jadi luar biasa. Bagaikan jatuh tertimpa tangga, berulang kesialan menghampiri RIM, sang Produsen ponsel dan layanan BlackBerry sekaligus produsen tablet yang digadang sebagai pesaing iPad itu.