Maaf lama nggak menyapa kawan,
dan engkaupun mungkin 'dah tahu mengapa.

Seperti yang engkau katakan,

Kehidupan kita lima atau sepuluh tahun yang akan datang (bahkan kehidupan setelah mati) sangat ditentukan oleh 'Referensi', yaitu buku yang kita baca, acara yang kita saksikan, dan orang-orang yang kita temui. Untuk itu, jangan salah memilih buku, acara yang anda saksikan, serta memilih sahabat anda.

Pilihan Anda akan suatu referensi memiliki pengaruh yang paling besar terhadap keberhasilan Anda dibandingkan dengan hal-hal yang lain.

Aku hanya orang yang ingin menjadi baik, maka harus aku hindari referensi yang menjauhkan dari kebaikan. Walaupun aku belum tahu apakah aku telah melakukannya atau belum.

Sobat,
Orang yang mencintai seseorang, tidaklah dia ingin memanfaatkan orang yang dicintai, tetapi tidak juga memenuhi semua yang dimintanya. Tetapi dia selalu ingin memberi yang terbaik untuk yang dicintainya, dan selalu berharap kebaikan selalu menyertai kekasihnya (walau dia sendiri tidak bisa selalu menyertai).

Berharap kebaikan ada 2 macam:
1. menunjukkan jalan kebaikan tersebut, bila dia belum tahu.
2. mencegah/melarang kepada jalan-jalan yang menjauhkannya dari kebaikan, bila dia salah jalan.

"Demi Alloh wahai saudara-ku aku mencintaimu", maka tatkala aku tidak mampu mencegahmu, aku hanya mampu berdo'a ... semoga engkau mengerti.

Sebab aku yakin engkau mampu membaca pesan dari diamku selama ini,
"Semoga sinyal modem -yang nggak jelas kumengerti mengapa bisa buat internetan ini- mampu menghantarkan kiriman message-ku yang lugu ini ke layar laptopmu -yg juga nggak aku mengerti mengapa bisa dibaca dan dilihat-.

Semoga dua bola dibalik kacamata milikmu sudi untuk membacanya
dan semoga getar-getar kalbu di hatimu mampu tersentuh oleh sinyal-sinyalku yang lemah, sayup-sayup yg hampir-hampir lenyap di tiup semilir angin yang membawa butiran embun ba'da siraman dari Sang Pencipta."

Sekian dulu, semoga berkenan

(dari seseorang yang ingin menjabat tanganmu tanpa perantara -bukan angin, bukan sinyal, bukan kantor pos, bukan kabel, bukan kurir, dan apapun yg bisa mengirimkan-, tapi aku belum bisa).

*****

Kadang hidup membuat kita jenuh, keruh, penuh sesak, tak terasa kita sudah terlibat dalam suatu sistem yang rumit dan complicated! Pada saat itu kita mencari apa sih sebenarnya yang kita cari. Maka pada saat itu kita mencoba menenangkan diri untuk mengupas sesuatu untuk menemukan sebuah arti.

Pada saat aku terhempas sepi sendiri tanpa teman, tanpa musuh, tanpa siapapun, aku kembali menjadi manusia yang mencari-cari makna dirinya. Pada saat itu hanya ada aku dan Tuhan.

Melirik masa lalu, ada hal-hal yang tidak berkenan, ada pula yang mengesankan. Memang tidak ada yang sempurna untuk setiap insan.

Ada hal-hal yang menurut kita baik, ternyata ditangkap orang lain tidak baik. Ada hal-hal yang dianggap lucu, ternyata tidak berkenan bagi orang lain. Bahkan ada juga hal-hal yang buruk menurut kebanyakan orang, tapi justru membuat kita belajar memahami mengapa seseorang bisa terlibat dalam keburukan-keburukan itu.

Tapi pada dasarnya setiap orang mencintai kebaikan dan ingin menjadi baik. Karena kita memiliki hati nurani. Tinggal bagaimana nurani itu bekerja dan hal-hal apa yang mempengaruhi kinerja nurani itu sehingga membawa kita (individu) mengarah kepada kebaikan atau memilih jalan kesesatan.

Referensi yang membangun diriku sejak lima-sepuluh tahun yang lalu mungkin sebagian menjauhkan aku dari kebaikan. Tapi aku beruntung, karena ternyata sebagian dari hal-hal buruk itu membuatku tahu, paham, mengapa hal itu terjadi. Sehingga aku tidak larut di dalamnya dan selalu mengambil hikmah darinya.

Aku sangat menghargai bagaimana caramu belajar dan menghadapi hidup ini. Tapi rupanya kita punya cara belajar yang berbeda. Itupun juga tidak lepas dari pengaruh referensi yang membangun hidupku selama ini.

Perbedaan adalah anugerah. Tapi aku tetap mencintaimu sebagai sahabatku. Aku tidak pernah meremehkan apa arti persahabatan, baik dekat maupun jauh.

Terima kasih semuanya.
Wassalam.

0 komentar: