Halooooooo....?
Apa kabar duniaaa?
Lama tak berjumpa nih!
Maklum lagi sibuk di dunia nyata!
Hahahaaa...

OK, deh! Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya karena rahmatNyalah kita masih bisa bertemu di blog saya yang bersahaja ini untuk sekedar membaca tulisan dalam rangka say hello dan say something.

Barangkali kalau bukan hari penting nih, saya juga belum mau nongol. Berhubung hari ini kembali jadi hari bersejarah bagi saya, maka sayapun menyempatkan diri untuk mengetik. Tak, tik, tak, tik, bunyi kibod saya. Walaupun cuman kibod virtual, tapi sengaja dikasih click-sound biar efeknya lebih mantap!

Hari bersejarah? Yup! Sembilan belas Oktober sekian tahun yang lalu adalah hari lahir saya. Sori, tahunnya nggak usah disebutin, ya? Malu, dah tua soalnya! Dah om-om nih!

Walaupun sebenarnya nggak perlu malu sih. Kan nggak ada alasannya untuk malu? Tapi nggak tahu juga kenapa orang suka malu kalau diketahui umurnya. Bahkan di setiap penampilan profil di media sosial semacam Facebook dan kawan-kawan biasanya ada fitur untuk menyembunyikan tahun kelahiran. Nah, pasti tetep ada alasannya donk?

Mungkin malu itu memang berlaku bagi mereka yang pada usia tertentu belum mencapai visi tertentu pula. Nah biasanya ada semacam standar yang berlaku bahwa di usia sekian harus sudah mencapai level sekian, tentu saja ditinjau dari aspek kehidupan yang beraneka ragam. Anggaplah contoh mudahnya aspek kehidupan yang saya maksud adalah karir, kekayaan, cinta, ataupun tingkat pendidikan.

Pada umur sekian kok karirnya masih mentok sampai disitu, tentu malu donk? Usia segitu kok belum berkeluarga? Nggak laku donk? Nah, begitulah kira-kira alasannya kenapa kemaluan itu ada. Hohohooo... Kemaluan?

Karena bersyukur itu wajib, maka ya sebaiknya bersyukur saja. Itulah mengapa di awal tulisan ini saya ajak Anda semua bersyukur. Supaya inget bahwa kenikmatan itu sudah banyak kita terima. Walaupun hidup kadang terasa pahit, tapi dengan bersyukur kepahitan itu nggak akan lama. B'ner deh!

Walaupun di sisi lain kita juga harus inget, bahwa semakin tua usia kita berarti makin dekat dengan titik umur kematian kita. Makin sempit kesempatan memperbaiki diri. Jadi mestinya makin kesini makin banyak perbuatan baiknya daripada mudorotnya (pinjem istilah ustad saya). Kalau perlu pakai ilmu padi, makin merunduk makin jadi. Bukan malah ilmu keladi.

Jadi, apa yang sudah Anda persiapkan buat bekal kematian Anda yang semakin dekat? Pertanyaan ini sudah harus ada jawabannya lho? Tentu saja Anda masing-masing yang paling tahu itu. Saya hanya mengajak diri saya sendiri dan juga Anda semua untuk menyadarinya.

Bukan hanya kehidupan saja yang perlu nampak indah dan seksi, tapi kematian juga harus khusnul khotimah (pinjem istilah ustadzah yang suka bikin posting di grup BBM). Jadi ada sexy good living, ada pula sexy good dying! Kematian kok seksi tuh trus gimana mbayanginnya? Mau tau? Baca postingan saya sebelumnya tentang kematian.

Terima kasih buat istri tercinta yang telah memberi surpres di malam gelap buta!I love you so! Mmmmuach! Semalem untuk pertama kalinya dapet ciuman mesra di depan banyak orang!

Trus lagi, buat teman-teman di Facebook, di Twitter, di BBM, di kantor dan di mana saja: saya mengucapkan banyak terima kasih atas ucapan dan doanya. Karena berkeras tak mau nyebutin tahun lahir, sampai akhirnya teman kantor pesan kue tart dengan lilin berbentuk angka 17. "Sweet Seventeen", katanya. Makasih, semoga maksudnya agar saya selalu awet muda, gitu ya? Hehee...

0 komentar: