Tampak Qur'an dan Injil disediakan di laci Hotel Aston.

Sudah kesekian kali saya berkunjung ke kota ini. Kota yang dihuni oleh penganut Muslim dan Nasrani yang hampir sama dominannya, disamping beberapa penganut agama lain. Kerukunan antar umat beragama disini memang bikin salut. 
Memang sih, nuansa muslim di kota ini jadi agak berkurang, tak seperti kehidupan di masyarakat yang dominan Muslim seperti di kota-kota yang pernah saya tinggali: Gorontalo, Ternate (Maluku Utara), ataupun Solo (Jawa Tengah). Misalnya, saya jadi bingung soal waktu shalat. Adzan hampir tak pernah terdengar di kota ini, bahkan Shubuh sekalipun. Biasanya sepagi itu belum banyak aktifitas masyarakat, tapi adzan Shubuh nyaris tak terdengar. Bahkan lebih dominan suara anjing menggonggong di mana-mana. Hampir semua warga, terutama yang Nasrani memelihara anjing di rumahnya. Bahkan banyak juga anjing-anjing liar yang tidak memiliki tuan.

2 komentar:

roosmalia mengatakan...

Hmmm itulah indonesia... Dan bersyukurlah nginep di hotel indonesia... Setidaknya di kamar hotel juga ada petunjuk arah kiblat bagi kita yg mo sholat...
Krn pengalamanku kmrn, pas main ke thailand... Di kamar hotel gakda Al Quran (yg ada kitab Budha). Bahkan petunjuk arah kiblatpun gak ada!!! Alhasil kita liyat dimana matahari terbit n tenggelam aja utk jd patokannya.. Hehehe...

Sexy Goodliving mengatakan...

Lebih tepatnya bersyukur jadi warga negara Indonesia, bisa tahu arti manisnya perbedaan.
Mungkin di Thailand memang dominan Budha ya?