Malam sudah sedemikian larut. Tapi pemandangan di tengah kota kali itu masih seperti jam delapan malam. Mobil-mobil masil lalu lalang di jalanan. Apalagi sepeda motor, muda-mudi berboncengan memenuhi jalan raya, seakan tidak mau melewatkan malam itu. Lampu-lampu jalanan turut semarak menghiasi kota yang biasanya gelap dan lengang di larut malam begini.

Ada yang istimewa: Bukan hanya lampu hias yang berwarna-warni, melainkan dominasi lampu minyak. Hanya lampu minyak sederhana, terbuat dari botol bekas minuman suplemen yang diberi sumbu pada tutupnya. Lampu minyak berjumlah ratusan, bahkan ribuan itu disusun berjajar membentuk formasi tertentu. Di setiap rumah warga, di jalan-jalan, di tepian sungai, di lapangan-lapangan dan tak ketinggalan juga di halaman kantor, semua terpasang formasi lampu minyak ini.

Di beberapa sudut terdapat pula pasar malam dengan aneka barang jualan. Mulai dari makanan, pakaian, perabotan rumah, CD musik, kembang api, petasan, dan beberapa hiburan berupa permainan. Inilah yang disebut malam "Tumbilatohe", malam yang dihiasi lampu pertanda masuk hari ke-27 bulan Ramadhan di Gorontalo.

Di rumah-rumah penduduk biasanya hanya ada beberapa lampu yang disusun berderet di pagar rumah atau diletakkan di bangku papan yang panjang. Ada pula yang memenuhi halaman rumahnya dengan formasi lampu yang digantung-gantung di bambu. Sedangkan di halaman kantor atau di lapangan, formasi lebih banyak lagi dan lebih kompleks. Bahkan hulu sungai dekat jembatan pun tak luput dari hiasan lampu minyak.

Biasanya ada pihak tertentu yang menjadi sponsor penyelenggaraan pemasangan lampu massal yang ada di tempat-tempat umum, terutama para calon kepala daerah yang sedang giat berkampanye. Meskipun belum tiba waktunya kampanye pilkada, mereka sudah memasang baliho besar di belakang ribuan lampu yang brrjajar di lapangan. Bahkan ada pula lampu yang disusun membentuk formasi tulisan nama dari pasangan calon kepala daerah.


0 komentar: