Cam-whore using BlackBerry PlayBook and projected to TV
(dari http://www.liewcf.com/)
Tak terasa sudah hampir sebulan saya menghabiskan setiap waktu senggang bersama kekasih baru saya: BlackBerry PlayBook. Sebagai seorang suami, sebagai seorang ayah, dan sebagai seorang karyawan, saya memang harus mengendalikan diri untuk tidak terlalu dekat dengan kekasih baru itu. Pasalnya kalau sudah terlalu dekat, jangankan pekerjaan yang menjadi keteteran, bisa jadi anak dan istri juga tidak kebagian perhatian.

Jujur saja, saya termasuk orang yang menjadi korban trend dari perkembangan tekhnologi saat ini. Entah mengapa saya selalu tidak tahan melihat benda-benda itu untuk memilikinya. Saya membelinya bukan karena kebutuhan, melainkan hanya karena keinginan. Apalagi melihat orang-orang sekitar yang telah memiliki tablet, rasanya semakin ngiler saja aku dibuatnya. Lantas mengapa pilihan hati saya jatuhnya ke PlayBook? Bukan ke tablet yang lain? Itu semua telah saya ungkapkan beberapa waktu lalu di postingan saya sebelumnya.

Saat pertama kali bersentuhan dengan "benda pusaka" yang kupesan, hatiku sempat bergetar. "Benarkah ini BlackBerry PlayBook yang masyhur itu?" tanyaku dalam hati. Anda mungkin menilai saya lebay, ya? Terserahlah. Yang pasti kejadian itu tak pernah saya lupakan: pertemuan pertama dengan kekasih hatiku yang baru.

Saat aku memegang pusaka ini untuk pertama kalinya, memang ada kesan aneh, asing, misterius. Apalagi benda ini tidak ada tombol sama sekali di bagian mukanya. Hanya tombol di pinggirannya saja, tepatnya di sebelah atas. Disana hanya ada empat tombol, satu tombol terpisah dari tiga lainnya. Satu tombol ini adalah tombol power, dan ketiga lainnya yaitu tombol volume (+) dan volume (-) yang mengapit tombol play/pause. Di samping kiri-kanan tidak ada apa-apa. Di bagian bawahnya ada 3 colokan, salah satunya untuk charging. Di muka hanya ada lampu LED indikator dan sebuah kamera.

Misterius
Kesan misterius ini juga membuat saya sedikit berfikir, barangkali benda ini agak rumit pengoperasiannya. Betapa tidak, begitu minimalisnya tombol yang tersedia pasti akan ribet saya dibuatnya. Maka tak tahan sayapun ingin segera mencobanya. Kutekan tombol power agar pusaka ini segera menunjukkan kebolehannya.

Apa boleh buat, rupanya saya masih harus menyaksikan kemisteriusan benda ini lebih lama lagi. Karena sesaat setelah kupencet tombol power, tidak ada "tanda-tanda kehidupan" sama sekali. Hanya ada kedipan lampu LED merah sebentar saja, setelah dia mati tidak ada lagi tanda-tanda bergeming.

Sempat kucari buku petunjuk, tapi tidak ketemu bukunya, entah dimana. Yang kutemui hanya lembaran petunjuk aktivasi yang sudah dilakukan di toko tempat aku membeli. Mungkin tercecer waktu dikemas, karena saya sudah meminta kepada toko untuk melakukan aktivasi segala macem, agar sesampainya di tangan saya, tinggal ready to use. Mungkin saja mereka lupa memasukkan kembali ke kotaknya. Memang sih saya akui dari dulu tidak begitu peduli dengan buku petunjuk apapun. Setiap kali membeli perangkat baru, saya langsung menggunakannya begitu saja tanpa merujuk kepada buku petunjuk. Tapi itu bukan berarti buku petunjuk tidak penting, buktinya kali ini saya sempat bingung.

Maka sekali lagi saya tekan tombol power itu, tetap tidak ada reaksi apapun. Saya jadi khawatir, jangan-jangan ada hal-hal yang tidak saya harapkan terjadi selama pengiriman. Atau mungkin batrenya habis? Exhausting selama pengiriman? Oh tidak, jangan sampai batrenya ketinggalan juga di toko!

Ketiga, keempat, dan kelima kalinya saya menekan tombol power, dan beberapa kali pula lampu LED merah itu berkedip saja. Oh, mungkin batrenya memang habis. Sedikit lega karena LED merah mengisyaratkan batrenya sudah terpasang baik. Saya bergegas mencari di mana chargernya. Tiba-tiba layar gelap itu menampilkan logo dan tulisan khas "Blackberry PlayBook" berwarna putih terang persis di tengah-tengah layar. Saya tidak jadi mengecasnya, dan mencoba mengamati apa yang terjadi kemudian.

Belakangan saya baru tahu bahwa setelah sekali menekan tombol power, biarkan dulu. Selang dua detik akan ada tanda LED merah menyala dan mati lagi. Biarkan saja, beberapa detik kemudian layar akan menampilkan logo dan tulisan "Blackberry PlayBook". Saat itulah proses booting ternyata sudah dimulai. Warna hitam yang melatar belakangi tulisan putih itu berangsur-angsur akan fade-in dan berubah menjadi warna-warni cahaya dan akhirnya sampailah pada tampilan awal.

Tampilan Layar

Keren kan? Gambar ini diperoleh dengan menekan tombol volume (+) dan (-) bersama-sama (fungsi screen capture).

Tampilan awalnya jangan ditanya. Sexy abis! Nggak kalah sama Ayu Ting Ting! Beningnya seperti tampilan Windows 7. Layar yang berukuran 7 inch itu memiliki resolusi 1024 x 600. Semua icon seperti tersusun di atas sebidang kaca dan di sebalik kaca itu background berupa gambar wallpaper. Hebatnya lagi, layar bisa menyesuaikan ketika kita memutar PlayBook sampai 360 derajat.

   
Beginilah tampilan layar kalau diputer-puter 90, 180, 270 dan 360 derajat. Kalau mau dikunci juga bisa.

Miskin Aplikasi
Mungkin bagi Anda yang tidak suka ngoprek (mengutak-atik), Anda akan kecewa dengan minimnya ketersediaan icon di sana. Anda pasti akan mengatakan, "Apaan nih? Bayar mahal-mahal hanya untuk ini?" Karena di sana hanya ada icon Browser, App World, dua macam game, Media (Picture, Music, e-book reader), Facebook, Twitter, Yahoo Mail dan segelintir utility yang belum jelas kegunaannya. Tapi bagi yang suka ngoprek, kesempatan luas bagi Anda untuk memenuhi layar PlayBook Anda dengan segala macam game dan aplikasi sesuka hati.

Kita harus kembalikan kepada apa yang menjadi fungsi dasar dari perangkat ini. Namanya tablet, fungsinya lebih banyak mirip dengan netbook, yaitu untuk berselancar di dunia maya. Apa yang akan kita unduh dari Internet, itulah yang akan kita simpan. Mungkin itu alasannya PlayBook meminimalisir konten yang terpasang. Facebookpun tadinya juga tidak ada. Tapi karena permintaan konsumen, maka disediakanlah Facebook sebagai aplikasi bawaan.

User Friendly alias Nggak Ribet
Kesan misterius di awal pertemuan saya dengannya memang membuat saya sedikit berfikir, barangkali benda ini agak rumit pengoperasiannya. Begitu minimalisnya tombol yang tersedia mengesankan akan ribet penggunaannya. Tapi kesan ini hilang setelah beberapa saat mengenalnya. Bahkan saat mencoba mengoperasikan Samsung Galaxy milik teman, kesannya PlayBook justru lebih mudah.

Kemampuan multitasking yang dimiliki PlayBook memang terbukti nyata di depan mata saya. Bayangkan, ketika saya muter video musik sambil mendengarkan lagunya, saya membuka browser, membuka gambar, membuka game, membuka office (word to go), semua bisa. Bahkan suara musik dalam video itu masih terdengar jernih ketika bercampur dengan suara musik yang melatarbelakangi game yang saya coba buka. Pada browser PlayBook ini juga bisa melakukan multitab, beberapa alamat website dapat dibuka di tab-tab. Hmmm... multitasking yang sempurna! Saya pernah baca, multitasking ini bisa lebih dari 100 aplikasi untuk dibuka bersama-sama tanpa hambatan. Saya belum membuktikannya, tapi dengan kekuatan dual core processor dan memory 1 GB, saya tidak meragukan itu.

Blackberry Bridge
Di rumah, saya tidak memiliki sambungan Internet. Maunya sih punya Wifi sendiri di rumah 'kan keren, tapi apa daya tidak ada jaringan tersedia untuk sambungan telepon baru di wilayah tempat tinggal saya. Sudah coba minta tapi hanya dijawab dengan permohonan maaf. Saya memang sudah siapkan jauh-jauh sebelum pesanan PlayBook saya datang dengan keinginan mengetahui bagaimana kinerja yang dilakukan dengan menggunakan koneksi berupa jembatan BlackBerry Bridge ini. Jadi, saya telah menginstal BlackBerry Bridge di BlackBerry Storm2 saya jauh-jauh hari sebelum saya memiliki PlayBook. Bahkan saya sempat mengupdatenya sekali, padahal belum dipakai.

Tampilan sederhana Aplikasi BlackBerry Bridge di BB (BlackBerry)
Tadinya saya berpikir akan sedikit ribet karena harus melakukan setting di sana-sini (di BlackBerry dan di PlayBook). Tapi apa yang saya hadapi sungguh mencengangkan. Begitu mengaktifkan BlackBerry Bridge, hanya ada permintaan pengaktifan Bluetooth. Kemudian koneksi Blackberry Bridge yang ada di PlayBook juga harus diaktifkan. Di PlayBook hanya ada permintaan memberi nama device.

Ketika kedua bluetooth menyala, tiba-tiba mereka seperti sudah saling kenal. Di pihak PlayBook ada nama BlackBerry, dan nama PlayBook muncul di pihak BlackBerry. Selanjutnya hanya terjadi sekali saja: PlayBook menampilkan beberapa karakter untuk dientri di BlackBerry, berupa tanda pengesahan bahwa hubungan ini akan berlanjut untuk selamanya. Hahaa... seperti pernikahan saja!

Mengaktifkan Koneksi BlackBerry Bridge di PB (PlayBook)
Jadi sampai sekarang kalau saya mau melakukan bridging, saya hanya tinggal membuka BlackBerry Bridge di BB saya dan mengaktifkan koneksi BlackBerry Bridge di PB saya. Tampilan aplikasi BlackBerry Bridge yang begitu sederhana itu ternyata memang dibuat sederhana dari sananya agar tidak perlu setting ini-itu. Hanya sebuah langkah sederhana yang berlaku untuk selamanya. Tapi bukan berarti mereka tidak bisa berpoligami. Hah? Hohoo... maksudnya Blackberry Bridge di BB bisa untuk beberapa device PlayBook, demikian juga PlayBook bisa bridging ke beberapa BB.

Menggunakan koneksi BlackBerry Bridge itu pada prinsipnya sama dengan menggunakan BlackBerry kita, hanya saja layarnya diperlebar agar lebih lega. Tapi tidak semua aplikasi di BB bisa dioperasikan, hanya Browser, BB Messenger, Buka MemoPad, kalender, Tasks, BridgeFiles, dan Messages (e-mail). Tidak bisa SMS. Mungkin satu-satunya kegiatan bridging yang bisa dibanggakan hanyalah browsing. Kalau saja koneksi 3G di tempat tinggal saya bagus, tentu itu sudah cukup memuaskan. Tapi dalam kondisi lemot begini ya bikin stres juga. Tapi sempat saya rasakan keleluasaan berselancar karena pada menit-menit tertentu koneksi 3G sedemikian bagusnya, sebelum kemudian berganti menjadi EDGE dan akhirnya putus selama beberapa menit pula.

Tethering
Jika Anda tidak punya BlackBerry untuk bridging bersama BlackBerry Anda, maka bisa menggunakan Internet tethering, artinya menggunakan HP lain sebagai modem. Yang penting HP itu harus memiliki koneksi Bluetooth. Saya juga sudah mencobanya. Yang saya gunakan adalah SonyEricsson W705i. Tidak ada kesulitan sedikitpun. Kesan pertama malah membuat saya terkagum-kagum dengan kecepatan koneksinya. Tidak sampai tiga detik tampilan layar browser saya langsung terbuka lengkap disertai dengan iklan-iklan dan segala pernak-pernik animasi yang menyertainya. Tapi secepat itu juga pulsa saya langsung kering kerontang. Memang sih sebelum koneksi terjadi sempat muncul peringatan bahwa koneksi ini mungkin akan memakan biaya, tergantung tarip yang ada di operator langganan kita.

Game dan Aplikasi
Game bawaan hanya ada dua: NFS Undercover dan Tetris. NFS (Need For Speed) ini paling saya gemari. Mobil dalam game itu dikendalikan dengan cara memegang PlayBook seperti memegang stir mobil. Pegang kedua ujung kiri dan kanan PlayBook dengan kedua tangan di depan badan kita, kalau mau berbelok ke kiri hanya tinggal menggulingkan ke kiri dengan sedikit mengangkat bagian kanan lebih tinggi, begitu juga sebaliknya. Seru 'dah!

Aplikasi baru dapat kita peroleh di AppWorld-nya PlayBook. Tapi harus dengan koneksi Wifi. Tidak ada kesulitan dalam mendapatkan koneksi ini. Kebetulan di kantor saya terpasang Wifi. Waktu saya bawa ke kantor dan mengaktifkan koneksi Wifi, maka sinyal Wifi di kantor saya langsung ketangkep. Hanya dengan sekali sentuhan saja, koneksi telah terjadi. Memang untuk pertama kali kontak, seperti biasa, harus ada password yang dimasukkan. Tidak ada settingan lain yang ribet.

Katanya sih AppWorld itu miskin sekali. Memang tidak sebanyak kepunyaan iPad ataupun Android Market. Tapi jika Anda mengunduh aplikasi dan game dari AppWorld, rasanya tidak akan habis untuk diunduh dan disimpan. Lagian, untuk apa sih nyimpan aplikasi banyak-banyak? Nggak sempat mau memakainya semua.

Oke deh. Sekian dulu. Intinya, saya tidak salah memilih PlayBook. Ini memang gue banget. Ada banyak fitur lagi yang mungkin belum saya eksplorasi. Termasuk fitur Webcam yang mungkin tidak penting bagi saya saat ini. Sebagai informasi saya bahwa fitur Webcam hanya dapat dinikmati untuk sesama pemakai PlayBook. Nanti deh, kalau nemu yang bagus atau yang nggak bagus akan saya tambahkan lagi. Have a nice day!

0 komentar: