Capek, jemu, dan bete melanda. Tak ada lagi gairah untuk melakukan sesuatupun. Semuanya begitu flat dan tidak ada yang berbeda maupun baru. Ingin rasanya menyandarkan diri untuk sekedar berlabuh melepaskan semua rasa. Tapi ke mana?!

Malam begitu panjang, detik jam dinding menghitung, membawaku berangan-angan betapa malam ini dipenuhi desah penuh cinta. Banyak pasangan yang tengah asyik masyuk dan larut tenggelam melepaskan segala kerinduan. Ooohhh!!!

Asyiknya bila bisa saling bersandar sambil membisikkan kata cinta. Menyatukan hati dan bercinta tiada henti. Hmmmhhh!!!

Aku masih suka cemburu kepada pantai. Ketika ombak datang membelai bebatuan di tepian. Riak yang basah itu terpercik menjadi tempias-tempias yang hangat. Seperti para bidadari yang turun ke bumi.

Bahkan alampun tak memberiku waktu untuk berguru, berbagi inti untuk sekedar pelarut kesedihan. Kalaupun ada kepedihan, hanyalah aku tahan saja semampuku sambil menyalakan api unggun. Semoga hujan tidak mengacaukan acaraku dengan kebekuan dingin yang selalu merenggut keleluasaan.

Aku masih lelaki yang dulu. Lelaki biasa yang juga harus bersandar sambil membisikkan kata cinta. Aku tidak sanggup berdoa untuk hal-hal seperti ini. Karenanya aku juga tidak pernah meminta. Aku malu. Aku tidak menjiwai peminta-minta yang selalu mengharap dibelaskasihani. Bukannya harus saling mengerti?

Kurasa Tuhanpun begitu. Tidak suka diminta-mintai. Memangnya apa yang sudah kauberikan kepadaNya? Malu aku meminta tanpa lebih dulu berbuat sesuatu yang berharga bagi sesama, dengan mengharap ridhoNya tentu. Kurasa Diapun tahu kenapa aku sudah mulai jarang berdoa akhir-akhir ini.

Rasa-rasanya tubuhku ini sudah berlumuran debu dan lumpur. Kotor tiada terkira. Kurasa mandi janabat sekali saja mungkin tidak cukup. Akhirnya, seperti biasa, lingkaran setan ini membelitku. Aku jauh dariNya, cintapun berguguran, aku merasa kotor, aku tak pantas berdoa, aku makin jauh dariNya.

Aku semakin malas. Lihatlah, kamarku berantakan. Aku tak peduli tikus-tikus bermain akrobat setiap malam di kolong tempat tidurku. Biar saja mereka bercinta. Bersetubuh dan berkembang biak di bawah bantalku. Asalkan desah percintaan mereka tidak mengganggu tidurku.

Tapi malam ini aku merasa benar-benar harus menggerutu. Berkawan dengan semua hal yang  begitu membosankan sering membuat lambungku mual dan tenggorokan gatal. Batuk-batuk sudah seminggu ini tidak sembuh. Mungkin TBC atau cuma Tekanan Batin Cinta. Aku juga malas minum obat. Efek sampingnya ngantuk. Berasa makin tak berguna kalau pikiran tidak mau jalan.

Terserahlah, kalau tidak mau mengerti ya sudah. Malas! Sulit untuk membuat orang lain mengerti akan diri kita. Masih lebih baik kita saja yang mencoba mengerti mereka. Tapi sekarang sama saja, malas! Saya sadar sepenuhnya dengan segala kekurangan saya dan itu tidak akan pernah berubah.

Hmm... Mungkin sebentar lagi saya sudah akan kehilangan keinginan untuk semua itu. Kalau sampai itu terjadi, biar ada bidadari kinclong yang mengajakku bercinta sepanjang hari selama tiga hari tiga malam sekalipun, aku nggak yakin apa masih bisa ereksi.

Setidaknya sekarang saya belum mencapai stadium itu. Saya masih punya rasa dan keinginan kuat untuk bercinta. Saya berusaha untuk menghidupinya dengan gambar-gambar seksi sebagai sekedar konservatorium untuk mengawetkan rasa, agar taste dan flavornya tetap terjaga.

Yah, sudahlah. Memang pada akhirnya semua mau dibawa ke mana, sih?! Pelabuhan terakhir itu hanya akan menuju pada muara yang sama. Kembalikan saja semuanya kepada Dia, biarlah Dia yang memberikan cahaya tuntunan dan juga mengarahkan hati kita. Bagaimanapun juga itu akan selalu jadi yang terbaik karena Dia memang memiliki cinta yang sungguh agung buat kita semua.

Rasa capek, jemu, dan bete tentunya bisa menjadi sesuatu yang memberikan manfaat tersendiri bila mau menantang diri untuk mengalahkannya.

Salam hangat penuh cinta,

0 komentar: