Baiklah, mari kita bicara cinta.

Bicara cinta sesungguhnya nggak akan ada habisnya. Apalagi di bulan Februari ini. Bulan penuh cinta. Sebagian orang memperingatinya sebagai hari Valentin. Saya sendiri nggak paham betul latar belakang pervalentinan. Tapi yang pasti akan jadi pas banget buat saya kalau bulan Februari ini menjadi bulan penuh cinta. Pasalnya di bulan Februari inilah saya bisa memperingati hari pernikahan. Cihuui! Ada cerita seru yang selalu terkenang di bulan Februari. Begitu indah! Begitu seksi!

Nah, cinta itu makanan apa? Belum ada yang bisa mendefinisikannya secara memuaskan. Tapi menurut saya, sebagai kata benda, cinta itu sesuatu untuk diberikan, bukan diminta. Pengucapan kata cinta harus sambil dibayangkan disitu ada unsur memberi, bukan meminta. Ada unsur persembahan, bukan perampasan. Lebih jauh lagi mestinya ada unsur keikhlasan, bukan mengharap sesuatu atau balasan langsung. Apalagi disertai unsur paksaan.

Hal ini sangat berlawanan makna dengan "nafsu", disitu ada unsur mengharap, meminta, bahkan memaksa/merampok! Boleh jadi lawan kata atau anonim dari cinta adalah nafsu.

Sinonimnya yang paling tepat adalah "kasih". Coba perhatikan makna "kasih" kalimat percakapan berikut:

"Nich, saya kasih duit. Jangan buat beli rokok, ya?"

Sayangnya banyak yang nggak paham, sehingga salah mengerti makna cinta yang sesungguhnya amat suci. Bahkan banyak yang tidak dapat membedakannya dengan nafsu. Kalau seseorang melihat lawan jenisnya lalu tertarik secara fisik, itu bukan cinta, melainkan nafsu. Coba pahami kalimat ini:

"Pesonamu membuatku (jatuh) cinta padamu!"

Kalimat itu mengandung arti yang lebih tepat adalah:

"Pesonamu telah membangkitkan nafsuku terhadapmu."

Memang kalimat kedua terasa kasar bahkan vulgar, makanya sering diperhalus menggunakan kata cinta. Sayangnya penghalusan kalimat ini tidak disertai pemahaman yang cukup. Kalimat cinta terucap dan diterima mentah-mentah, sehingga makna cinta dan nafsu menjadi kabur dan seolah sama.

Belum lagi hadir pula istilah-istilah lain yang makin mengkaburkan makna keduanya, misalnya: sayang, suka, naksir, hasrat, gairah, asmara, dan sebagainya. Ditambah kian banyak media, film, lagu, bertemakan cinta yang memang dibuat untuk mengeksplorasi keindahan cinta hanya semata-mata agar laku dijual.

Itulah sebabnya banyak orang patah hati, banyak orang sakit jiwa, banyak pula yang sampai kehilangan sesuatu yang paling berharga karena semua salah menafsirkan cinta. Lalu seolah-olah cinta yang dipersalahkan. Padahal itu lantaran kata cinta yang digunakan secara salah (abuse) untuk menggantikan kata nafsu tadi. Begitu indahnya kata cinta sampai orang bisa tersanjung setinggi gunung, lupa bahwa sebenarnya ada nafsu yang terkandung disitu. Lalu pada akhirnya dia jatuh tersungkur di jurang kehinaan.

Jadi kalau kamu sedang galau karena cinta, coba koreksi diri. Nafsulah sebenarnya yang telah membuatmu seperti ini. Asalkan kamu mau jujur pada diri sendiri, bahwa kamu memang bernafsu kepadanya. Kamu berharap padanya, kamu memintanya menjadi bagian dari hidupmu, kamu memaksakan diri untuk bersatu dengannya. Kalau memang kamu mencintainya, biarkan dia bahagia. Bagaimana? Berani nggak?


0 komentar: