Mungkin kamu sudah nggak asing lagi dengar cerita anak-anak yang satu ini. Bisa menebak, kan? Kura-kura pasti jadi pemenangnya, dengan segala cara dan trik yang ada.

Tapi kamu salah. Yang itu sih kisah ceritera kancil dan siput! Yang ini nih, kancil dan kura-kura, loh! Memang mirip sih, sifat lambat dari siput dan kura-kura. Jadi kita bingung, ini ceritera yang bagaimana, sih? Nah, makanya simak dulu ceritanya. Tapi saya coba membawa cerita ini dalam perspektif yang lain. Perspektif orang dewasa, tentunya. Yang pasti, tidak akan jauh dari kaidah "indah dan seksi".

OK! Begini dia ceritanya:
Suatu hari kura-kura dan kancil berdebat tentang siapa yang tercepat. Untuk membuktikannya mereka menyetujui untuk mengadakan lomba. Lombapun dimulai. Sang kancil melesat dengan cepatnya meninggalkan kura-kura. Setelah merasa jauh melampaui kura-kura, diapun berhenti sejenak di bawah pohon untuk istirahat. Karena gembiranya akhirnya sang Kancil tertidur.

Pelan tapi pasti kura-kura berhasil melewati sang Kancil. Sang Kancil terbangun dan melanjutkan larinya. Tetapi ditemunya kura-kura sudah berada di finish dan keluar sebagai sang Juara.

Cerita ini seolah menggambarkan sikap seseorang yang terlalu berbangga diri dengan kemampuannya sehingga terlena. Dalam kehidupan nyata hal ini mungkin bisa saja terjadi dan menimpa kita. Kita bahkan sering melupakan bahwa upaya-upaya tertentu perlu dilakukan untuk mencapai suatu tujuan bersama yang lebih mulia, lebih dari sekedar membanggakan kemampuan yang kita miliki.

Sebagai contoh, ketika kita ditunjuk atau diajak bergabung dalam suatu organisasi dikarenakan orang melihat kemampuan kita di bidang tertentu. Orang tersebut punya harapan bahwa kita bisa membantu organisasi melalui kemampuan kita, tapi yang kita lakukan hanyalah berdiam diri dan terus berbangga dengan perasaan bahwa kita dibutuhkan dalam organisasi itu. Padahal ada tugas besar yang harus dilakukan. Manakala kita ditunjuk menjadi wakil rakyat, misalnya, kitapun bangga dengan hal itu. Tapi justru seringkali kepercayaan itu disia-siakan begitu saja. Si Kancil disini barangkali adalah contoh seorang oknum anggota hewan yang terhormat, yang selalu tidur saat peran dan fungsinya dibutuhkan.

Di lain pihak, si Kura-kura disini digambarkan sebagai sosok yang tidak kenal menyerah. Walaupun sudah hampir pasti dia yakin bahwa lawan yang dihadapi ini memiliki kemampuan yang jauh di atas kemampuannya, ia tetap konsisten dengan apa yang dilakukan. Ia tidak peduli apapun yang terjadi, ia hanya tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu sesuai tugas yang memang harus dilakukannya. Begitulah seharusnya kita bersikap. Tidak perlu terlena dengan kemampuan besar yang dimiliki orang lain, justru itu menjadikan motivasi bahwa "kita pasti bisa".

Konsisten, menjadi suatu sikap yang sangat penting. Biarpun lambat, tetap bisa mengalahkan yang cepat jika ternyata yang cepat itu tidak bisa konsisten.
Lanjut cerita, sang Kancil kecewa dengan kekalahannya. Lalu melakukan analisis penyebabnya. Dia sadar bahwa kekalahannya karena terlampau percaya diri, kurang hati-hati dan terlena. Lalu ditantangnya lagi kura-kura untuk lomba yang kedua kalinya. Hasilnya, sang Kancil menang mutlak karena dia berlari tanpa henti.
Cerita ini mengajak kita untuk introspeksi diri. Evaluasi diri yang bersumber dari kegagalan yang terjadi di masa lalu. Bahwa sebuah kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi di masa lalu telah menyebabkan kegagalannya itu. Kesalahan boleh terjadi, tapi sebisa mungkin tidak untuk yang kedua kalinya. Dengan berbekal kepercayaan diri akan kemampuan yang dimiliki, lalu menyingkirkan hal-hal yang tidak perlu terjadi, akhirnya kita bisa mencapai tujuan kita dengan hasil yang maksimal.

Ada banyak kesalahan yang menyebabkan kegagalan bisa terjadi dalam hidup ini. Ada kesalahan-kesalahan biasa, tapi ada juga beberapa kesalahan yang mungkin sangat memalukan bagi kita. Cerita di atas adalah contoh kesalahan memalukan. Kesalahan yang memalukan ini barangkali justru menjadi pelajaran paling berharga yang tidak akan pernah dapat dilupakan. Dia akan mendapat tempat tersendiri di hati kita agar kita berupaya tidak mengulanginya walau sekali saja.
Tapi ceriteranya tidak sampai disitu. Kali ini sang Kura-kura mulai berpikir dan sadar bahwa tidaklah mungkin berlomba dengan jalur seperti yang lalu. Setelah berpikir dengan cermat, kura-kura menantang sang Kancil untuk berlomba pada jalur yang berbeda. Sang kancil setuju.

Perlombaan dimulai. Sang Kancil berlari dengan cepat tanpa henti sampai akhirnya terpaksa berhenti di tepi sungai. Dia harus menyeberang sungai, karena finishnya berada beberapa ratus meter dari tepi sungai di seberang sana. Sang Kancil bingung harus berbuat apa.

Tak lama kemudian muncul kura-kura dengan santainya menyeberang sungai sampai ke garis finis sebagai sang Juara.
Kita sering lupa tentang adanya hal-hal yang seringkali berada di luar jangkauan kita dalam menjalaninya. Selama ini kita dididik untuk selalu optimis menjalani hidup, bahkan berprinsip: "Kalau dia bisa, mengapa saya tidak bisa?" tanpa menghiraukan batas-batas kemampuan kita sendiri secara rasional.

Pengenalan diri atas segala kemampuan yang kita miliki memang perlu. Tapi kita juga harus sesekali mengakui kemampuan orang lain yang secara nyata berada di posisi yang berkompetisi dengan kita. Dari pihak yang sebaliknya, kita juga harus memahami kelemahan diri kita sendiri dan sesekali melirik kemungkinan adanya celah kelemahan pihak lawan. Dengan begitu sebuah kompetisi akan benar-benar berlangsung secara ketat.

Tetap kita harus temukan dulu kekuatan utama kita sendiri kemudian cari tempat bertanding yang sesuai dengan kekuatan utama itu. Bekerja pada titik kekuatan sendiri bukan hanya dalam rangka menunjukkan kehebatan, akan tetapi juga menciptakan kesempatan untuk maju dan berkembang.

Di Perusahaan, kalau kita pandai berbicara, carilah kesempatan untuk memberika presentasi sehingga pimpinan bisa melihat kemampuan kita. Kalau kekuatan kita dalam hal menganalisis, carilah peran yang membutuhkan kemampuan analisis. Kalau kekuatan kita adalah mengorganisir, carilah peran untuk mengorganisir sesuatu kegiatan penting agar perusahaan tahu bahwa kita mungkin pantas dipromosikan. Kalau Kekuatan berupa waspada dan teliti carilah peran yang membutuhkan kewaspadaan dan ketelitian seperti peran yang terkait dengan keselamatan, hukum atau keuangan.
Sehari, seminggu, sebulan dan hari-hari berikutnya selalu muncul perdebatan dan saling mengejek kelemahan pihak lain.

Akan tetapi di suatu saat mereka dipertemukan dalam suatu acara. Kali ini sang Kancil dan kura-kura menjadi sahabat dan mulai memikirkan solusi kekalahan dan kemenangan pada lomba sebelumnya. Keduanya sadar bahwa lomba bisa dilakukan dengan jauh lebih baik, akan tetapi mereka berlari dalam satu tim.

Perlombaan dimulai. Mula-mula sang Kancil menggendong kura-kura sampai ke tepi sungai. Kemudian saat menyeberang sungai, kura-kura menggendong kancil. Sampai di garis finish, keduanya merasa puas. Karena berhasil tiba dengan waktu yang jauh lebih cepat dari lomba sebelumnya.
Disinilah perlunya suatu kerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Kolaborasi. Tujuan tertentu kadang tidak mungkin dicapai secara perorangan. Ada semacam pembagian tugas. Ada wilayah-wilayah job description. Dalam kisah ini kita melihat adanya saling menggabungkan keunggulan dan saling menutupi kelemahan masing-masing individu sehingga pencapaian tujuan lebih efektif. Si Kura-kura yang jalannya lambat digendong oleh si Kancil, giliran menyeberang sungai, si Kancil yang digendong oleh si Kura-kura.

Tidak dapat dipungkiri bahwa yang terjadi seringkali justru saling ejek dan saling menjatuhkan. Ada anggapan bahwa perbedaan adalah kehinaan. Yang terlihat bukan potensi menyatukan keistimewaan masing-masing individu, malah saling membanggakan keunggulan sendiri-sendiri dan menganggap orang lain tidak ada apa-apanya. Dibutuhkan kerelaan dan kelapangan dada untuk bisa mengakui kebaikan orang lain. Barangkali harus ada yang menyadarkan mereka untuk kembali ke tujuan bersama. Mereka harus dipertemukan sebagai tim yang memiliki visi bersama.

Sekali lagi, kesombongan tidak akan berarti apa-apa. Kesombongan hanyalah tanah yang gersang. Tak ada sesuatupun tumbuh padanya, kecuali sisa-sisa rumput yang telah kering bersama daun-daun yang layu dan meranggas bersama debu-debu yang tertiup angin.
Akhir cerita ini, keduanya tampak menyandang gelar Tim Juara. Sebagaimana selalu kita lihat di film-film, endingnya sangat romantis. Tak lama setelah adegan kemenangan itu, kemudian sang Kancil mendapat tawaran makan malam dari seekor kancil betina yang bahenol. Pada waktu yang sama si Kura-kura mendapatkan kecupan mesra dari kura-kura cantik penggemarnya.
Ceritapun usai.

0 komentar: