Alkisah, ada beberapa orang buta sedang berdebat tentang seekor gajah. Mereka sama-sama buta dari lahir sehingga belum pernah melihat beberapa jenis binatang yang jarang ditemui di sekitar rumah. Pada hari itu mereka sedang diperkenalkan dengan yang namanya gajah. Merekapun diberi kesempatan untuk meraba seekor gajah yang sama. Ada yang meraba dari depan, dari belakang, kiri, kanan, ada juga yang dari bawah.

Yang meraba dari belakang kebetulan mendapatkan ekor gajah. Dia mengatakan bahwa gajah adalah binatang yang bulat, kecil dan panjang, serta ujungnya berbulu-bulu.

Yang meraba dari depan membantah. Menurutnya bulatan itu tidaklah kecil. Menurutnya gajah itu bulat panjang tapi besar.

Yang meraba dari samping dengan pedenya menolak bahwa gajah itu binatang yang bulat panjang. Menurutnya gajah itu sangat besar. Terlalu besar untuk dikatakan bulat.

Nah, ada lagi yang lucu, nih! Dia kebetulan pendek, jadi cuma bisa meraba dari bawah. Dia memegang-megang penis gajah! Akhirnya dia lebih setuju dengan mereka yang mengatakan bahwa gajah itu bulat panjang. Tapi ukurannya berubah-ubah. Kadang-kadang membesar, kadang mengkerut jadi kecil!

Lalu merekapun sepakat dengan kesimpulan bahwa gajah itu adalah binatang yang berbentuk bulat dan panjang.

Kamu pasti dah pernah ngerasain apa yang disebut beda persepsi kan? Kadang kalau cuman masalah sepele, nggak apa-apa sih. Tapi kalau menyangkut hal serius, perbedaan persepsi ini bakalan panjang urusannya.

Rasanya gimana kalau orang lain salah persepsi, sementara kita berada di persepsi yang benar? Nyesek, kan? Iya, nyesek banget! Bikin malas, gitu loh! Apalagi kalau kita udah njelasin ngalor ngidul, eh, si dianya masih nggak ngerti juga, nggak sepaham sama kita. Rasanya pengen ngebunuh aja tuh orang.

Tapi itu bener lho! Itu sering terjadi biasanya dalam forum rapat atau pertemuan. Sering liat, kan? Misalnya kalau di forum-forum rapat anggota DPR sampai ricuh begitu, pernah lihat kan? Nggak harus jauh-jauh deh, di lingkungan keluarga saja itu sering terjadi, kok! Apalagi beda persepsi diikuti dengan beda kepentingan, wah seru itu! Walaupun cuman kasus rumah tangga biasa, bisa jadi besoknya nongol di koran atau televisi. Taglinenya jelas banget: KDRT. Bukan Kris Dayanti-Raul Termos, lho!

Nah, kalau kita terjebak masalah seperti itu, jangan buru-buru emosi dulu. Ademkan dulu hati, biar pikiran bisa jalan dengan baik. Sampaikan persepsi menurut kita, baru kasih kesempatan orang lain bicara. Lebih bagus lagi kalau sebaliknya, kasih waktu dulu buat dia. Jangan beranggapan bahwa persepsi kita selalu benar, lho! Siapa tahu saja justru kita yang salah. Kita kan manusia juga?

Kalau perlu kita harus merujuk pihak ketiga yang independen, yang boleh dikatakan lebih tahu perihal apa yang kita persepsikan beda tadi. Kalau seperti contoh analogi di atas, mereka mestinya merujuk pada orang yang lebih tahu. Dalam hal ini orang yang tidak buta.

Kita harus menyadari bahwa buta disini boleh diibaratkan sebagai orang yang tidak tahu. Ada istilah buta huruf, buta tekhnologi, misalnya. Pernah pula kita dengar orang bilang, "Ah, saya masih buta terhadap masalah-masalah seperti itu!"

Tapi kita kadang terlalu sombong untuk mengakui bahwa kita ini buta. Padahal ilmu pengetahuan itu sangat luas dan mustahil bisa dipahami semuanya. Akhirnya kita sendiri yang kesulitan, ya kan?

OK? Sukses buat kita semua!

0 komentar: