Desember waktu lalu menjadi bulan yang paling padat pekerjaan. Ada banyak target belum terpenuhi, sehingga semua kegiatan tertumpuk-tumpuk di bulan paling bontot tahun itu. Celakanya di kantorku sangat minim tenaga. Staf yang membantuku satu-satunya sedang cuti melahirkan. Untung bulan sebelumnya aku mendapat staf baru yang cukup dapat diandalkan dalam bekerja. Namun dalam kapasitasnya sebagai pegawai baru, belum banyak yang sempat kuajarkan padanya, kecuali dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dasar yang rutin.

Selepas subuh di pagi itu, seperti biasa aku langsung meraih remote dan mengarahkan channel ke stasiun teve lokal untuk sekedar mendengar berita atau siraman rohani atau apapun yang bisa memancing otak agar berjalan setelah semalam beristirahat. Istriku juga terdengar sudah mulai menyalakan pompa air dan mesin cuci di belakang, sementara anak-anakku masih tertidur pulas.

Mata masih melotot ke televisi, tapi otak sudah jauh melesat ke rencana hari itu yang begitu padat juga ada sebuah seminar yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi, dan beberapa kegiatan yang wajib direalisasikan di akhir tahun ini. Anggaran untuk beberapa kegiatan tersebut memang belum sempat terealisasi sampai akhir tahun.

Hari itu aku sedang mempersiapkan sebuah presentasi evaluasi. Seperti biasa, presentasi aku buat dengan menggunakan MS PowerPoint, namun data yang akan ditampilkan berupa data evaluasi yang terlebih dahulu dianalisa dengan menggunakan MS Excel, sehingga tampilan di PowerPoint nantinya berupa tabel-tabel dan grafik hasil olahan dari MS Excel. Untung aku tahu bagaimana caranya menampilkan data spreadsheet di tampilan slide presentasi sehingga hasilnya tetap rapi dan dapat di edit tanpa merusak tampilannya, yaitu dengan paste special ==> as MS Office Excel Worksheet Object.

Data yang akan kupakai tidak begitu saja tersedia di Excel, aku harus mengimpornya dulu dari database kantor yang telah aku back-up dengan sebuah hard drive mungil. Hard drive sengaja kupilih dengan kapasitas 500GB agar cukup memback-up file database yang ukurannya cukup besar, disamping manfaatnya sebagai gudang software, baik software aplikasi kantor maupun software wajib yang sewaktu-waktu dapat kugunakan.

Aku hanya sedikit memahami MS SQL Server, sehingga agak susah juga memanfaatkan aplikasi Enterprise Manager dari MS SQL Server di laptop untuk mengakses cadangan database dalam hard driveku itu. Inilah celakanya kalau tenaga IT ditiadakan. Aku sendiri tidak begitu paham apa alasannya perusahaan tempatku bekerja menarik semua tenaga IT ke tingkat Regional, sehingga di cabang kecil seperti kantorku tidak lagi ada tenaga IT.

Mau tidak mau aku harus tahu bagaimana cara menyediakan data sendiri, lebih lagi aku bukan orang yang berlatar belakang pendidikan tekhnologi informasi. Tetapi aku harus belajar sedikit-sedikit tentang Server, jaringan LAN, server, DSN, dan sebagainya. Keterbatasan pengetahuan itu juga yang membuatku tidak pernah berani mengakses langsung ke database kantor, melainkan membuat cadangan dulu di harddrive.

Data dibuka lewat Enterprise Manager, disaring melalui Query, dicopy, lalu dipaste di MS Excel. Perlu copas beberapa tabel untuk menghubungkan beberapa referensi tambahan. Di Excel itulah waktuku banyak tersita untuk menganalisa dan merapikan data sehingga siap ditampilkan lagi di slide PowerPoint. Termasuk mewarnai tabel dan grafik. Sebuah data evaluasi memang harus tampil sedemikian rupa hingga tak hanya mudah dimengerti, tapi juga memiliki tampilan yang eye catching.

Tak terasa jam terus berputar, waktu sudah mendekati jam 7 pagi. Aku harus mengantar anakku yang sulung ke sekolah.

Sesampainya di sekolahan, aku baru ingat bahwa dua orang pembicara yang rencananya akan menjadi narasumber dalam seminar beberapa hari lagi sampai saat itu belum juga mengirimkan bahan presentasi. Alasannya, masih dilakukan editing di sana-sini. Aku berniat mau mengingatkannya lagi agar dapat dikirim melalui e-mail secepatnya. Jam tujuh pagi disini adalah Waktu Indonesia Tengah (WITA), kupikir rasanya belum cukup sopan menghubungi para calon narasumber itu pada jam 6 pagi WIB. Barangkali jam segitu di Jakarta masih seperti suasana di Gorontalo pada jam 5 pagi tadi.

Jadi kuputuskan untuk mengirim mereka SMS saja dengan beberapa kata permisi dan maaf seperlunya. Tak lupa kucantumkan kembali alamat e-mail kantor dengan permohonan cc ke e-mail pribadi di Yahoo. Hal itu mengingat e-mail alamat korporat masih sangat terbatas kapasitasnya dan sering penuh, jadi seandainya kiriman tidak masuk aku masih memiliki cadangan yang cukup leluasa di Yahoo.

Setelah pulang mandi dan sarapan serta persiapan seperlunya, aku segera bergegas ke kantor. Beruntunglah aku, di Gorontalo ini aku tidak pernah berpikir soal kemacetan lalu lintas dan khawatir terlambat datang ke kantor. Bahkan aku lebih sering mengendarai motor dengan kecepatan yang tinggi dengan memilih jalur-jalur yang relatif lebih lengang. Sepeda motor bebek ini sewaktu kubeli sengaja kupilih yang memiliki performa yang pas buat gaya pengendara seperti aku. Spesifikasinya benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang aku inginkan.

Sesampainya di kantor aku masih sibuk membenahi tampilan PowerPoint yang akan kupresentasikan dua jam lagi. Untung jauh-jauh hari sebelumnya aku sempat mendownload beberapa template untuk presentasi, sehingga tampilannya tidak monoton khas dari bawaan MS Office. Dengan begitu audiens yang memahami PowerPoint sekalipun tidak akan berkata dalam hati kalau aku kurang cukup waktu untuk mempersiapkan presentasi dengan hanya memanfaatkan template bawaan yang memang disediakan untuk keperluan instan.

Aku masih punya cukup waktu sebelum presentasi untuk sekedar membuat desain undangan buat seminarku yang hanya tinggal beberapa hari lagi. Beberapa contoh desain dari percetakan tidak cukup memuaskan aku, terpaksa harus buat sendiri desainnya. Bermodalkan CorelDraw X4 yang ada di laptopku, aku mencoba membuat beberapa objek gambar dan tulisan untuk membuat desain undangan.

Biasanya aku membutuhkan beberapa gambar sebagai tambahan, misalnya logo instansi dan foto yang menarik sekedar sebagai ilustrasi. Clipart yang aku punya ternyata tidak ada yang sesuai dengan tema seminarnya, jadi aku butuh koneksi Internet untuk sekedar mengunduh gambar. Sayangnya di tempat presentasi tidak ada koneksi nirkabel seperti halnya di kantorku. Untung aku membawa gadget kesayanganku waktu itu: BlackBerry tipe Storm 9550 yang pernah kucoba interkoneksi dengan laptopku. Akhirnya sebuah desain undangan yang menarik telah siap cetak, jauh lebih indah dari standar yang ditawarkan di beberapa percetakan yang telah kulihat beberapa hari lalu.

Budaya jam karet memang sering membuatku jemu. Hampir dua puluh menit dari jam yang dijanjikan, presentasiku belum dapat dimulai karena masih menunggu pimpinan instansi tempat aku presentasi. Untung BlackBerryku itu dengan setia menemaniku sehingga aku bisa kirim Messenger (BBM) ke beberapa teman dan grup, membuat status di Facebook tentang jam karet, dan membalas e-mail teman yang minta dikirimi contoh laporan.

Bahkan aku sempat membuat desain spanduk dan desain sertifikat untuk nantinya dibagikan kepada peserta seminar. Kubuat senada dengan desain yang ada di undangan, agar tampak konsistensinya. Masih menggunakan tool yang sama: CorelDraw X4. Ternyata belajar desain grafis ada gunanya juga.

Akhirnya presentasi berlangsung lancar. Evaluasi selesai dan semua permasalahan tuntas. Saatnya kembali ke kantor. Akupun kembali ke aktivitas berikutnya: membuat laporan dari hasil presentasi tadi. Hari sudah siang, tapi aku belum mau mengambil waktu untuk istirahat dan makan siang karena masih menunggu SMS dari anakku atau ibunya. Biasa, anakku itu pulang sekolah jam 13.00. kalau ibunya ada waktu longgar maka dia yang menjemputnya, tapi kalau tidak, tugasku menjemputnya. Jadi aku mesti sabar sampai jam satu siang baru mau memutuskan makan dimana.

Tepat jam 13.00 SMS dari istriku, dia tidak sempat menjemput anak, karena masih menyelesaikan beberapa tugas ujian S2nya. Jadi hari ini tidak ada menu makan siang di rumah. Setelah menjemput anakku, aku langsung menuju tempat makan favorit. Bukan karena menu makanannya tapi karena dekat dengan area free hotspot. Sehingga akupun bisa makan siang sambil online di sana.

Dalam makan siang itu anakku sempat menanyakan beberapa soal dalam PRnya. Aku sudah banyak lupa tentang pelajaran yang dimaksud. Aku hanya googling sebentar, semua PR sudah selesai. Aku tahu semua itu pasti sudah ada di buku pelajarannya, tapi sepertinya aku perlu mengajari anakku untuk mengenalkan digital lifestyleku sesekali. Buku memang media yang tidak selalu ramah. Aku sendiri mengakui termasuk orang paling malas membaca buku. Tapi aku sudah banyak memanfaatkan Internet untuk sekedar memperoleh informasi yang kuinginkan.

Makan siang memang hanya sebentar, tapi aku sempat melakukan multitasking di laptopku. Tidak hanya browsing Internet, tapi juga buka e-mail, buka Facebook, Twitter, Yahoo Messenger, dan juga Blogku yang kucintai ini. Semua itu sebenarnya sudah ada di BlackBerryku, tapi koneksi melalui operator seluler disini kadang tidak begitu baik. Jadi sering tidak memuaskan meskipun operator yang kupilih sudah merupakan operator paling top secara nasional.

Makan siang sudah hampir selesai ketika kulihat ada notifikasi di Facebook chat. Ternyata istriku sedang online juga di kampusnya. Rupanya dia sedang kesulitan menemukan artikel yang berkaitan dengan tugasnya. Dia memang kurang mahir dalam memanfaatkan search engine di Internet, terutama dalam memilih keyword yang tepat sesuai keinginan. Hasil yang didapat seringkali justru meluas ke mana-mana. Aku dengan mudah menemukan beberapa artikel yang mungkin dia maksudkan. Kebetulan sekali saya sempat belajar sedikit tentang SEO (Search Engine Optimization) yang memberiku pemahaman yang cukup lumayan tentang cara kerja sebuah search engine. Hal itu membuatku mudah melakukan pencarian terhadap topik-topik yang kuinginkan. Dari hasil pencarian itu lalu aku hanya memasang link saja di kolom Facebook Chat, agar istriku dengan mudah mengklik dan langsung ke sasaran.

Selesai makan siang aku langsung mengantar anakku pulang. Di rumah dia sudah disambut oleh adiknya yang masih belum genap berumur dua tahun. Ada juga bibi, pengasuh yang kami sewa khusus untuk menjaga si kecil saat kami tidak di rumah. Setelah sholat dhuhur, akupun langsung kembali ke kantor. Aku hampir melupakan sesuatu: aku harus ke percetakan untuk membuat spanduk dan undangan kegiatan seminarku nanti, juga sertifikat yang akan dibagikan kepada peserta seminarnya.

Setibanya di kantor, terdengar notifikasi di BlackBerry berbunyi. Ternyata ada e-mail yang masuk. Rupanya materi dari pembicara satu sudah masuk. Agar lebih cepat prosesnya, maka kubuka dengan komputer di kantor. Tidak banyak makan waktu untuk download file lampiran e-mail dan langsung kucetak. Kupanggil anak buah untuk memperbanyak hasil cetakan untuk dijadikan materi pegangan oleh peserta seminar nanti.

Tak terasa hari sudah sore. Selepas ashar di hari itu hanya ada beberapa pekerjaan kecil yang menyangkut penyelesaian laporan kegiatan dan rencana kerja buat besoknya. Setelah semuanya selesai, akupun langsung pulang tepat pada waktunya.

Sekarang saatnya menemui anak-anakku lagi di rumah. Ibunya masih sibuk menyelesaikan tugas yang tidak kunjung usai. Aku tahu benar bagaimana rasanya kuliah dulu. Tugas tidak pernah berhenti mengalir. Bahkan sampai sekarang aku belum sempat terpikir untuk kuliah lagi. Biar istriku dulu yang memulainya dengan melangkah ke studi di S2. Itupun berkat beasiswa yang didapatnya dari hasil mengkorek informasi yang dia temukan waktu berselancar di dunia maya.

Saat bibi pengasuh si kecil pulang, kami pun menunggu maghrib dengan menonton televisi di ruang keluarga. Anak-anakku lebih suka menonton film kartun, sedangkan aku sudah hampir tidak bisa lagi menikmati kartun. Aku memilih berpindah ke ruang sebelah, ruang yang kujadikan perpustakaan pribadiku itu telah lengkap dengan perangkat multimedia yang siap memanjakan mata dan telinga dengan apa saja. Seperti biasa, saat istriku tidak ada di rumah, aku memanfaatkannya dengan memutar lagu-lagu berirama keras: Heavy Metal. Kalau istriku mendengar aku memutar musik seperti ini pasti akan langsung mematikannya. Selera kami sangat jauh berbeda dalam banyak hal, apalagi musik. Makanya aku tidak mau melewatkan masa-masa sunyi ini, Metallica pun mulai meraung-raung dalam kamarku.

Tak lama kemudian bedug maghrib mengakhiri konser kecil itu. Istrikupun sudah ada di rumah. Diapun mulai banyak bercerita tentang hari-harinya di perkuliahan, disamping pekerjaannya sendiri sebagai tenaga pengajar di sebuah Universitas swasta. Setelah ritual mandi sore-sholat maghrib-makan malam dan menemani anakku belajar, akhirnya sampai juga aku di penghujung hari. Malam yang syahdu itu akan melebur semua penatku, dan menggulungnya dalam mimpi-mimpi indah malam itu.

2 komentar:

kharismaperaga mengatakan...

walah.... tenanan to iki

Sexygoodliving mengatakan...

yo tenanan noh... mosok gethokan?