Di jaman sekarang ini yang namanya hubungan itu sangat penting. Hubungan yang saya maksud berupa koneksi maupun interkoneksi antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dia bisa berupa hubungan interpersonal, antar disiplin ilmu, antara pikiran dan perasaan, dari hati ke hati, antara masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Bahkan di dalam individu sendiri, hubungan antara otak kiri dengan otak kanan juga menjadi kian penting karena dianggap menjadi bagian yang utama dalam meningkatkan kompetensi seseorang.

Pemikiran out of the box sudah menjadi basi, apalagi pemikiran yang masih terkotak-kotak. Pemikiran yang masih membagi segala sesuatu sebagai bagian dari sebuah hal yang tidak berkaitan dengan hal lain sudah tidak relevan lagi saat ini. Pemikiran terbaru yang akan dikembangkan ke depan sudah tidak seperti itu. Pemikiran sebaiknya bebas, tidak terpancang pada kotak tertentu. There should be no box!

Dengan adanya kotak-kotak atau box-box akan membatasi ruang gerak pikir sehingga kita cenderung mengabaikan hubungan antara satu hal dengan hal lain yang seharusnya penting untuk diperhatikan. Memang tidak selalu hubungan itu bersifat langsung. Adakalanya hubungan tidak terlihat jelas. Seperti tidak berhubungan tapi memiliki pengaruh, keselarasan, sinergi, maupun serangkaian sebab akibat. Output atau outcome satu bagian akan menjadi input bagian lain, dari sistem satu dengan yang lainnya. Begitu seterusnya.

Untuk bisa melihat seluruh interkoneksi antar bagian itu kitapun harus bijaksana. Mengatur helicopter view yang tepat sehingga semua objek terlihat jelas tata letak dan hubungannya. Melihat letak kotak satu dengan kotak lainnya, lalu melihat bagaimana jika kotak itu tidak ada. Kita akan melihat bagaimana hubungan antar manusia, hubungan antara manusia dengan alamnya, antara kelompok satu dengan kelompok lain, suatu sistem dengan sistem lainnya, dan sebagainya.

Hubungan bukan hanya untuk diselidiki melalui penelitian maupun pengamatan. Ada banyak kondisi dimana hubungan itu harus diciptakan. Jika tidak diciptakan, kita tidak bisa mendapatkan gambaran yang lengkap dan mendalam, lengkap dengan perspektif inovatif.

Menurut Eileen Rachman, seorang pengembang SDM, menciptakan hubungan itu seperti menciptakan simfoni. Kreativitas itu mengalir melalui keselarasan antara otak kiri dengan otak kanan. Tanpa mengaktifkan peran otak kanan, otak kita tidak akan bisa membuat hubungan.

Mengembangkan belahan otak kanan tidak hanya terkait seni, lukisan, musik, drama, film, dan sebagainya. Kita juga perlu ketrampilan menanamkan dan mengembangkan kinerja otak kanan dengan memanfaatkannya dalam aktivitas keseharian kita, termasuk dalam bekerja.
Creativity is just connecting things. When you ask creative people who they did something, they feel a little guilty because they didn't really do it. They just saw something. It seemed obvious to them after a while. That's because they were able to connect experiences they've had and synthesize new things. - Steve Jobs
Seorang senior CEO GE Indonesia menganjurkan kita untuk banyak membaca novel agar pikiran kita bisa lebih cair, tidak terkotak-kotak, tidak terbidang-bidang. Hal ini akan membiasakan kita menghubungkan berbagai disiplin ilmu yang ada dalam pikiran kita. Tentu saja ini tidak hanya bisa berproses dalam satu-dua hari. Diri kita sekarang ini terbentuk oleh referensi yang terkumpul antara lima sampai sepuluh tahun terakhir. Referensi yang dimaksud disini bukan hanya berupa buku atau media tulisan yang sering kita baca, tapi juga teman yang sering diajak bergaul, acara televisi yang sering ditonton, dan sebagainya. Jadi kalau ingin hasil berupa kemampuan lebih baik dalam mengembangkan ide baru, inovasi baru, juga dalam seni mengambil keputusan di tempat kerja, kita bisa menambah referensi berupa novel-novel dengan berbagai topik cerita.

Sekarang kayaknya bakalan jadi tantangan untuk melakukan itu. Saya sendiri kemarin sudah membeli buku kumpulan cerpen setebal kurang lebih 700 halaman. Saya belum kuat kalau harus langsung membaca novel yang ceritanya cenderung utuh dan berkesinambungan. Lebih baik yang terpecah-pecah dulu, terfragmentasi, karena berangkat dari pemikiran lama yang masih terkotak-kotak. Nanti pelan-pelan sambil ber-evolusi menambah tabungan referensi dan interkoneksi di dalam pikiran ini.

Tantangan selanjutnya kayaknya harus rajin senam otak. Senam otak kanan dapat dilakukan dengan mengasah empati, sense of humor, serta "bermain" dan mengotak-atik data. Sementara itu otak kiri juga diwarnai lagu, simfoni, cerita, warna dan desain. Semua itu akan membuat hidup ini semakin indah dan seksi, dan yang diharapkan tentunya adalah hidup yang "lebih bermasa depan".

0 komentar: